Minggu, 27 Januari 2019

Pustakawan, Pemustaka dan Ide Menulis

Sejatinya ingin sekali saya mempraktikan secara ideal apa yang pernah dilakukan Bung Hatta kepada peminjam bukunya. Apa yang dilakukan? Jadi, setiap selesai meminjam buku, maka Bung Hatta akan menyuruh si peminjam tersebut untuk menceritakan kembali buku yang dipinjamnya. Tentunya kalau sudah dibaca tuntas semuanya.

Pustakawan, Pemustaka dan Ide Menulis
Credit: Pixabay
Lantas, bagaimana kalau belum selesai dibaca? Maka Bung Hatta akan melarang si peminjam tersebut untuk mengembalikannya, lalu menyuruh si peminjam tersebut untuk membawa kembali buku itu dan harus dibaca sampai selesai.

Bertanyalah dan Dengarkan

Nah, apa yang dilakukan oleh Bung Hatta tersebut, saya coba lakukan kepada pemustaka saya.

Apa yang terjadi? Untuk buku-buku bergenre umum, ternyata mereka senang juga untuk menceritakannya kembali kepada saya. Tapi, akan lain ketika buku-buku tersebut bergenre khusus yang lebih serius. Misalnya karena perpustakaan saya adalah perpustakaan khusus fokus dibidang nuklir, maka si pemustaka yang telah meminjam itu sepertinya agak berat untuk menceritakannya kembali. Mungkin si pemustaka itu sudah bisa menerka-nerka kepada saya,"ngerti apa sih sampeyan tentang nuklir."

Kalaupun si pemustaka itu mau menceritakan, yang berat juga saya pastinya. Menerima informasi terkait istilah-istilah radiasi, nuklir, zat radioaktif, dan sejenisnya apalagi yang bersifat teknis, waduh makin mumet yang saya alami. Bagai buah simalakama memang.

Atas kondisi itu, saya jadi merasa berbahagia ketika berkerja di perpustakaan sebelumnya seperti di perpustakaan umum dan sekolah. Dulu, memang saya sering bertanya kepada siswa terkait buku kesukaannya hingga saya ajak ke toko bukunya langsung. Setelah selesai membaca, mereka akan menceritakan tanpa disuruh dengan berapi-api.

Sementara itu, di perpustakaan umum juga tidak kalah menariknya, saya sering berdiskusi dengan semua pemustaka dari latar belakang yang berbeda. Mulai dari securiti, pegawai, siswa, mahasiswa, petani, nelayan, guru, pemuda pencari kerja, siapa lagi yah, saya lupa. Biasanya saya selalu bertanya terkait buku yang sudah dipinjamnya. Rata-rata memang pemustaka dengan senang hati untuk menceritakannya kembali, baik secara detail atau singkat.

Dari situ, saya memperoleh pelajaran. Sejatinya para pemustaka itu ada rasa senang ketika ditanya dengan apa yang sudah dipinjamnya. Mengapa demikian? Mungkin karena memang buku yang dipinjam sudah dipilih sesuai kesukaanya. Walaupun, ada juga yang meminjam buku hanya karena yang tersedia saja. Tapi tak mengapa, toh nyatanya ketika mereka mengembalikan dan saya tanya selalu dijawab dengan muka ceria. Sepertinya, setiap manusia yang ditanya tentang kesukaanya, pasti akan semangat untuk menjawabnya. Sebagai contoh, ketika ada yang hobi dengan motor, coba tanyakan tentang motornya itu, pasti akan bercerita dengan senang hati. Begitu juga misalnya ada yang suka drama korea, coba tanya tentang drama korea, pasti akan cerita dengan berbunga-bunga.

Eits, tapi jangan senang dulu, perlu diingat juga, kadang kita pustakawan harus sensitif, misalnya ketika bertanya itu harus disesuaikan dengan buku yang dipinjamnya. Kalau yang meminjam itu buku tentang misalnya "mudah mencari jodoh," maka jangan sekali-kali bertanya lebih spesifik, misalnya bertanya "sudah dapat jodohnya?" Kalau tetap maksa juga bertanya, maka jangan salahkan kalau misalnya si pemustaka itu sampai-sampai ngemplang wajah sampeyan.

Pelajaran Penting

Satu hal yang bisa diambil pelajaran, menjadi penanya dan pendengar setia itu perlu bagi seorang pustakawan. Jangan cuek apalagi abai terhadap pemustaka. Mulailah bertanya terkait buku-buku yang dibacanya. Itu adalah salah satu bentuk wujud apresiasi yang mungkin sedikit sekali pustakawan untuk mau melakukannya.

Jika itu dikaitkan dengan dunia menulis, saya jadi teringat petuah dari Tere Liye tentang tips-tipsnya untuk bisa menulis, diantaranya selain dari sering latihan, mengisi amunisi otak, mempunyai sudut pandang bebeda juga tentunya menjadi penanya dan pendengar. Dua yang terakhir itu pastinya bisa melahirkan ide atau gagasan untuk bahan menulis. Mau mencoba?

Salam,
#pustakawanbloggerindonesia

2 komentar:

  1. Jd ingin mencobanya. Meski sblm membaca artikel ini ank sdh sering bercerita tntg buku yg dibacanya, tp g da salahny jk sy membiasakan diri untuk bertanya kpd mrk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik, tinggal menunggu nih hasil bertanya untuk jadi tulisan di blog ini.he..2

      Hapus