Rabu, 19 Agustus 2020

Menghitung Umur Pustakawan (Refleksi Tahun Baru Islam 1442 Hijriah)

Oleh: Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag, S.IPI, M.Pd.I

Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag, S.IPI, M.Pd.I
Tak terasa sekarang kita memasuki tahun baru Islam 1442 Hijriah, yang tentunya umur atau usia kita juga bertambah dan sekaligus kontrak hidup di dunia ini semakin berkurang. Karena bertambahnya usia kita, membuat semakin berkurangnya masa hidup di dunia.

Bicara tentang umur merupakan misterius problem. Tidak ada seorang pun yang tahu, apakah dia seorang ulama, kyai, raja, presiden, termasuk juga seorang pustakawan yang sehari-hari bekerja di perpustakaan bersahabat dengan buku, perihal tentang berapa lama umurnya ia hidup di dunia.  

Umur itu bisa dilihat dari dua makna yaitu umur biologis dan umur amal shaleh atau kebaikan. Umur biologis adalah umur yang sudah ditentukan batas waktunya oleh Allah SWT seperti ada orang yang diberi umur 60 bahkan 100 tahun. Umur biologis ini tidak bisa ditawar dan tidak diketahui oleh manusia. Tetapi untuk umur kebaikan, bisa kita perpanjang. 

Ada sebuah nasehat perkataan dari Buya Hamka yang dikenal sebagai seorang Ulama dan Sastrawan Indonesia, beliau mengatakan bahwa “kita sudah MATI hancur dikandung tanah, tapi kita masih hidup. Dalam umur yang sekian pendeknya yang telah kita lalui di dunia, misalnya 70 tahun, dia bisa kita panjangkan. Dengan apa! Dengan sebutan, dengan bekas tangan (tulisan), dengan iman dan amal shaleh”. Sesuai dengan apa yang disebut dalam pantun Melayu “Pulan Pandan Jauh Ditengah, Dibalek Pulau Angsa Dua, Hancur Badan Dikandung Tanah, Budi Yang Baik Terkenang Jua”.

Ada juga satu syair dari Syauqi Beikh seorang Penyair Arab Mesir yang terkenal mengatakan “Sebelum engkau mati, peliharalah sebutan dirimu yang akan dikenang orang daripada dirimu, karena kenangan atas ketika hidup yang dulu itu adalah umur yang kedua kali bagi manusia”. Banyak orang yang setelah dimasukan ke dalam kubur, masuk sudah ditimbun kubur tadi, orangpun pulang ke rumah, sebutan orang tadi keluar dari kuburnya tiap hari dia keluar, setahun, dua tahun, sepuluh tahun, seratus tahun, malah ada yang beribu tahun.

Nabi kita Muhammad SAW umurnya cuma 63 tahun, tapi beliau sampai sekarang sudah 1442 tahun, masih seperti kemaren saja hidup beliau, menjadi sebutan orang siang dan malam. Inilah maksud yang dikatakan orang, “sesudah mati dia hidup kembali”, lebih panjang umurnya 63 tahun dibandingkan dengan 1442. Dan selama adzan masih kedengaran di puncak menara, entah ratusan ribuan lagi, itu nama akan tetap hidup.

Fase Umur

Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr (1998: 13-14), menjelaskan bahwa kehidupan manusia terbagi ke dalam 5 (lima ) fase umur, yaitu Fase Umur Pertama, dimulai sejak Nabi Adam AS diciptakan oleh Allah SWT. Saat itu juga dalam punggung Nabi Adam AS terdapat anak-cucunya. 

Fase Umur Kedua, dimulai sejak kelahiran manusia ke dunia ini hingga meninggal dunia. Dalam fase umur kedua ini, berlaku taklif dimana manusia dibebani kewajiban-kewajiban tertentu ketika telah mencapai usia baligh dengan kewajiban menunaikan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya.

Fase Umur Ketiga, dimulai sejak manusia mati meninggalkan alam dunia ini hingga ia dibangkitkan oleh Allah dari kubur dengan tiupan sangkakala. Dan inilah masa tunggu manusia di alam barzakh. Fase Umur Keempat,  dimulai sejak manusia dibangkitkan keluar dari kuburnya atau tempat lain yang Allah kehendaki, lalu dikumpulkan di Makhsyar untuk diadili di hadapan Allah SWT dengan ditimbang semua amalnya untuk dihisab. Sesudah itu meniti jalan kecil (shirath) dan menerima buku catatan amal masing-masing. Fase Umur Kelima, sebagai fase terakhir dimulai dari saat masuknya manusia ke dalam surga atau neraka yang kekal abadi di dalamnya sesuai dengan catatan amal masing-masing selama di dunia. 

Kelima fase umur tersebut berlangsung secara urut dan berlaku pada semua manusia, yakni dimulai sejak fase umur pertama/alam azali, fase umur kedua/alam dunia, fase umur ketiga/ alam kubur/barzakh, fase umur keempat-kelima/alam akhirat yang dimulai dengan kebangkitan manusia dari kubur, berkumpul di makhsyar, ditimbang untuk dihisab amal-amalnya ketika hidup di dunia, hingga mereka mendapat sorga/neraka sebagai balasan atas amal yang kita lakukan.

Batasan Umur

Rasulullah SAW mengabarkan melalui hadits beliau yang artinya “Usia umatku (umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati (angka) itu.” (HR At-Tirmidzi). Penyebutan kelaziman angka umur umat akhir zaman ini tidak menafikan mereka yang wafat sebelum mencapai atau sesudah melewati kisaran tersebut. Meski ada yang berusia melebihi 70 tahun, jumlah mereka sangat kecil. 

Abdurra’uf Al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengatakan bahwa “umatku” yang disebut dalam hadits di sini bukan hanya pemeluk agama Islam (ummatul ijabah), tetapi manusia secara umum yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW dan seterusnya (ummatud da’wah). 

Umur umat Nabi Muhammad SAW relatif singkat dibanding umat terdahulu yang mencapai usia ribuan tahun, tetapi Allah SWT mengistimewakan segala amalan ummatnya dengan  limpahan rahmat berupa pahala kebaikan berlipat ganda atas amal ibadah yang membantu mereka di tengah keterbatasan usia mereka yang sangat singkat di dunia. Allah SWT juga memuliakan umat Nabi Muhammad SAW sebagai umat akhir zaman ini dengan sedikit siksa dan hisab yang dapat menghalangi mereka dari masuk surga. Oleh karena itu, mereka adalah umat pertama yang masuk surga sebagaimana sabda Nabi SAW, “Nahnul ākhrūnal awwalūn” (Kami adalah umat akhir zaman yang awal (masuk surga). Ini termasuk kabar Rasulullah yang terbilang mukjizat. (Abdurra’uf Al-Munawi, At-Taysir bi Syarhil Jami’us Shaghir). 

Kualitas Umur

Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. (HR. Ahmad). 

Kenapa orang yang panjang umurnya dan baik amalnya merupakan orang terbaik? Karena orang yang banyak kebaikannya, setiap kali umurnya bertambah maka pahalanya juga bertambah dan derajatnya semakin tinggi dengan sebab nilai kebaikan yang terus tambah. Sebaliknya, seburuk-buruk orang adalah orang yang panjang umurnya dan buruk amalnya, berarti telah menyia-nyiakan umurnya, dia tidak akan beruntung bahkan merugi dengan kerugian yang nyata.

Nilai umur manusia memang tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh KUALITAS amal yang kita perbuat semasa hidup. Umur yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah AMANAH yang harus dipertanggungjawabkan dan diisi dengan berbagai amal shaleh. Rasululllah SAW bersabda, “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan”. (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).   

Sebagai penutup, di awal tahun Islam ini mari kita berdoa bersama “Ya Allah jadikanlah sebaik-baik UMURKU pada ujungnya & sebaik-baik AMALKU pada AKHIR hayatku & jadikanlah sebaik-baik HARIKU yaitu hari ketika aku bertemu dengan-Mu di hari kiamat”. (HR. Ibnu Sunny). Wallahu A’lam.

2 komentar: