Selasa, 01 September 2020

PERPUSTAKAAN (PUN) PEDULI LINGKUNGAN

 


Kondisi  lingkungan berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia. Coba bayangkan betapa tersiksanya kita apabila lingkungan sekitar berbau, kotor dan tercemar akibat polusi udara, air dan tanah. Alih-alih menikmati hidup, lingkungan yang kotor dapat memicu berbagai penyakit yang menurunkan kualitas hidup manusia. Apabila kita renungkan, sesungguhnya lingkungan rusak akibat kebiasaan buruk manusia, antara lain: membuang sampah secara sembarangan, menebang pepohonan tanpa upaya menanam kembali dan masih banyak lagi. Celakanya, akibat rendahnya kesadaran manusia terhadap pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan maka kebiasaan buruk tersebut masih terpelihara sampai saat ini. Bahkan kebiasaan tersebut diprediksi akan terus ada di tahun-tahun mendatang jika tanpa ada upaya merubah kebiasaan tersebut.

Dilain sisi, perpustakaan sebagai salah satu pilar peradapan memiliki tanggung jawab moral untuk mengikis kebiasaan buruk terhadap lingkungan. Menurut cendekiawan, perpustakaan merupakan wahana pendidikan non formal sepanjang hayat sebab perpustakaan menyediaakan beragam sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan manusia. Jika ditelisik lebih lanjut, apa benang merah antara perpustakaan dan pelestarian lingkungan? Benang merahnya adalah literasi terhadap isu-isu lingkungan atau meminjam istilah Fritjof Capra (Fisikawan Austria) adalah Ekoliterasi. Sebuah konsep yang dikenalkan pada tahun 1995 yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan memanfaatkan sumberdaya alam secara lestari dan berkesimbungan. Ekoliterasi menyasar pada perubahan perilaku yang ramah lingkungan dan perubahan pola pikir yang bersandar pada prinsip lestari dan berkesinambungan.


Perpustakaan R.I Ardi Koesoema, sebagai perpustakaan khusus dibidang lingkungan hidup dan kehutanan, mulai mengadopsi konsep ekoliterasi  sejak 2019. Kegiatan ekoliterasi dikemas dalam beberapa event, seperti: penyuluhan kepada peserta Perkemahan Bhakti Saka Wanabakti dan Kalpataru di bumi perkemahan Cibubur tahun 2019, story telling tentang lingkungan yang menyasar pelajar sekolah dasar pada tahun yan sama. Ternyata kegiatan ekoliterasi tersebut mendapat sambutan positif baik dari siswa, guru maupun mitra perpustakaan R.I Ardi Koesoema. Menyadari bahwa merubah perilaku dan kebiasaan perlu dilakukan sejak dini dan berkesinambungan maka Perpustakaan R.I Ardi Koesoema rutin mengagendakan ekoliterasi setiap tahunnya. Namun pelaksanaan ekoliterasi tahun 2020 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Awal tahun 2020, Dunia digemparkan oleh pandemi Covid-19. Jejak-jejak virus covid-19 masih dapat ditemui sampai saat ini. Guna mencegah penyebarluasan virus tersebut, maka pemerintah pun memberlakukan protokol pencegahan virus dibarengi perubahan perilaku sehat dengan menjaga kebersihan diri. Menimbang hal tersebut, Perpustakaan R.I Ardi Koesoema menyelenggarakan ekoliterasi yang dikemas dalam acara bercerita dengan tetap mengacu pada protokol pencegahan Covid-19. Para peserta story telling bertema ‘Lingkungan Sahabat Kita’ diupayakan mematuhi ketentuan seperti: mencuci tangan sebelum memasuki ruangan, menjaga jarak dan memakai masker dan face shield. Peserta yang berasal dari perwakilan kelas 4,5,6 salah satu sekolah dasar di Kabupaten Bogor tersebut dibatasi hanya 20 orang. Sedangkan siswa lainnya menyimak acara tersebut melalui link Zoom dan Youtube yang telah disediakan oleh panitia. Acara bercerita tersebut menampilkan Kak Bugi dan boneka Otan-nya (orang hutan) dengan menekankan pesan-pesan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dengan cara membuang sampah pada tertib, manfaat pepohonan, cara menyemaikan benih. Selama acara, pendongeng menyelingi materi dengan menyanyi  bersama. Terlihat antusiasme peserta mengikuti dan menyimak kegiatan bercerita tersebut.

Penyuluhan dalam bentuk mendongeng diyakini efektif dalam menyampaikan pesan kepada audiens berusia anak-anak. Mendongeng merupakan kegiatan yang mengkombinasikan aspek hiburan dan aspek informasi. Pesan dikemas secara non formal dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak. Boneka berfungsi sebagai alat bantu visualisasi dalam menyampaikan pesan sehingga pesan cerita dapat meninggalkan kesan mendalam dalam benak anak-anak. Diharapkan kesan kognitif  terkait kelestarian lingkungan tersebut tersebut akan berpengaruh positif terhadap perilaku (afektif)  anak-anak dimasa dewasanya kelak.

Sebagai penutup, Perpustakaan sebagai pilar peradapan berperan penting dalam pelestarian lingkungan melalui penyebar luasan ekoliterasi. Sebuah konsep yang bertujuan membekali masyarakat dengan pengetahuan/seperangkat keterampilan mengakses informasi terkait lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Khususnya untuk anak-anak usia sekolah, ekoliterasi dapat dikemas dalam bentuk mendongeng. Mengkombinasikan pesan verbal dan visual, mendongeng dinilai efektif untuk meninggalkan kesan kognitif yang mendalam sehingga dapat merubah perilaku anak dimasa dewasanya. Ekoliterasi sebagai wujud kepedulian perpustakaan terhadap pelestarian lingkungan. Semoga tulisan ini bermanfaat. (RAH)

0 komentar:

Posting Komentar