Senin, 06 Juli 2020

Harlah Pustakawan sebagai spirit pembaharu literasi

Pustakawan. blogspot.com

Tepatnya 07 Juli setiap tahunya Hari Pustakawan di Indonesia genap berumur 30 tahun pada hari ini moment yang diresmikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 1990. Berawal dari didirikannya Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) pada tanggal 7 Juli 1973 dalam Kongres Pustakawan Indonesia yang diadakan di Ciawi Bogor. 

Sejenak mindset kita akan terbawa ke sebuah gedung dengan petugas yang stand by melayani,  mengarahkan,  membimbing dan menanyakan kebutuhan pemustaka (pengguna perpustakaan). 

Spirit ini akan terus hidup meskipun akan berhadapan dengan dimensi yang berbeda,  ruh kepustakawanan sudah terdesain oleh kebijakan pemerintah melalui undang undang tentang profesi kepustakawanan. 

lihat Undang undang no. 14 tahun 2007 Tentang Perpustakaan dan masih banyak lagi peraturan pemerintah dan kepala perpustakaan nasional yg mendukung dan melindungi eksistensi profesi pustakawan. 

Pustakawan saat ini adalah sebuah profesi yang menjadi suluh lahirnya semangat literasi,  profesi pustakawan menginspirasi lembaga perpustakaan dalam kanca pembangunan nasional. 

Ada tiga peran perpustakaan dalam pembangunan nasional; Pertama,  peran perpustakaan  sebagai pusat ilmu pengetahuan bisa melahirkan inovasi maupun kreativitas. Kedua, peran perpustakaan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan potensi yang berbasis literasi. Dan yang terakhir peran  perpustakaan sebagai pusat kebudayaan. (Berita Perpusnas juli 2019). 

Menurut pasal 34 ayat 1-4 UU No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan sudah jelas diatur tentang organisasi profesi yang mengatakan:"Pustakawan mempunyai organisasi profesi, yang berfungsi untuk memajukan dan memberi perlindungan profesi kepada pustakawan. 


Pustakawan dengan layanan berorientasi pengguna. 


Layanan prima dengan senyuman adalah salah satu karakter dasar yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan. 

Perpustakaan dengan beragam dimensi layanan harus didukung oleh eksistensi profesi pustakawan yang diibaratkan ruh kehidupan bagi perpustakaan yang penuh dengan atmosfir keilmuan. 

Kehidupan dan kelangsungan spirit literasi dalam setiap dimensi layanan perpustakaan diutamakan untuk pemenuhan informasi bagi pemustaka yang beragam dengan tujuan yang beragam pula. 

Melangkahkan kaki kedalam gedung perpustakaan akan kita temui sosok yang menyambut dengan senyuman menghantar para pemustaka (pengguna perpustakaan) menemukan informasi dalam koleksi perpustakaan. 

Layanan sirkulasi buku buku beragam genre akan tersusun dengan subyeknya,  berjejer dengan angka angka klasifikasi,  akan ditemukan buku buku yang diproses dari seleksi panjang untuk pemenuhan kebutuhan komune baca di lingkungan perpustakaan. 

Jurnal,  majalah,  koran, dan bahan pustaka lain ditemukan dalam sebuah susunan yang apik dengan desain ruangan sesuai selera membaca pengunjung menjadi sebuah kearifan yang tidak bisa diabaikan.


Pustakawan di masa pandemi


Pandemi Covid-19 membawa pada suasana yang jauh berbeda dengan masa sebelum Covid berpandemi,  fokus layanan di perpustakaan didesain secara konvensional dan digital. 

Pustakawan bergelut belajar dan terus mengupgrade cara-cara baru dalam pelayanan informasi,  layanan baca bagi pemustaka terus didesain mulai dari plosok desa sampai perkotaan. 

Masyarakat akan mulai akrab dengan kunjungan2 yang dilakukan oleh para pustakawan untuk memfasilitasi buku buku untuk masyarakat,  mobilisasi ini melibatkan kendaraan darat air bahkan udara sehingga, perpustakaan model delivery (pesaan antar) juga ikut mewabah seiring pandemi yg belum kita tahu kapan berakhirnya. 

Disrupsi digital semakin terlihat nyata oleh Prof Rhenald Kasali menarasikannya "doing things differently, so others will be obsolete: membuat banyak hal baru sehingga yang lama menjadi ketinggalan zaman". 

Guru,  dosen,  mahasiswa,  dan murid akan terus menenteng gawai ditangan tanpa batas untuk belajar dan mengajar dengan metode digital yang terbaharu oleh beragam aplikasi,  fenomena ini disambut dengan desain layanan pustaka digital oleh para pustakawan untuk mendukung pembelajaran. 

Melansir Tempo, di era digital, perpustakaan diharapkan bukan sekedar meningkatkan jumlah pengunjung. Perpustakaan masa kini diharapkan bisa menyediakan akses bagi masyarakat lewat pengembangan aplikasi teknologi informasi. Nah, disinilah pustakawan harus punya bekal dalam merancang program yang menarik minat masyarakat.

Pustakawan terus eksis berinovasi,  mengupgrade dan sharing pengetahuan melalui webinar (webseminar) yang di programkan secara virtual oleh perpustakaan nasional dan beberapa perguruan tinggi. 

Saat ini hanya dengan stay at home kita bisa masuk ke ruang baca perpustakaan secara virtual melalui pintu platform digital seperti iPusnas yang dirintis oleh Perpustakaan nasional dan banyak lagi layanan perpustakaan digital saat ini yang bisa kita akses secara berbayar maupun gratis. 

"Pustakawan pembaharu literasi dalam beragam dimensi layanan akan terus hidup bersama zaman" adalah quote penyemangat yang ingin sy share melaui tulisan ini,  Selama Hari Lahir Pustakawan. 

2 komentar:

  1. Mantabs Pak, demikianlah sejatinya pustakawan...selamat berkarya dan mengabdi padamu negeri...

    BalasHapus