Tampilkan postingan dengan label Susetiyanti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Susetiyanti. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Juli 2020

MEMUPUK LITERASI PEMUSTAKA DI ERA "NEW NORMAL"

Hal yang akan sampaikan disini bukanlah suatu cerita, tetapi kegiatan nyata sehari - hari yang biasa kami  lakukan karena tugas dan tanggung jawab kami sebagai seorang pustakawan . Dapat dipastikan bahwa sebagai seorang pustakawan tentunya  seringkali bersentuhan atau berhubungan langsung dengan  pengunjung yang biasa disebut pemustaka, atau pengguna perpustakaan.

Ilustrasi diatas berbeda dengan pejabat struktural yang justru  memiliki PR  sendiri yang sangat berat,  dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan berupa berbagai jenis berkas diatas meja kerjanya tentang beberapa rencana dan strategi yang justru sangat memerlukan perasan keringat yang tak terukur. Bukankah begitu ?

Dinas kami adalah  termasuk salah  satu Dinas Kearsipan dan Perpustakaan di Wilayah Provinsi Jawa tengah yang tentunya juga  mengikuti rangkaian aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan menerapkan  "Protokol Kesehatan Layanan Pengunjung" tepatnya  sejak tanggal 5 Juni 2020 ditengah "gelontoran" Era " New Normal " .

Perpustakaan umum di Dinas kami sudah mulai  dibuka kembali, setelah lebih dari sebulan  yang lalu sempat ditutup karena pandemi corona Virus Disease yang dikenal dengan Covid 19 , walaupun demikian pemustaka masih bisa menikmati layanan  Perpustakaan digital melalui iPekalongan Kab.

Layanan  bagi pemustaka di perpustakaan Umum yang sudah dibuka tersebut ,  berpedoman pada  syarat utama dan wajib menerapkan Pola " Protokol Kesehatan Layanan Pengunjung " secara ketat .Berbagai hal  yang diatur dalam Protokol Kesehatan Layanan Pengunjung tersebut antara lain meliputi : Cuci tangan pakai sabun, memakai dan menggunakan  Masker, pengukuran suhu tubuh, Jaga Jarak melalui kapasitas daya tampung maksimal, pakai hand sanitizer sebelum dan sesudah memegang buku. serta aturan tehnis lainnya yang diatur secara fleksibel oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan guna mengantisipasi hal hal riil yang mungkin terjadi saat pelayanan perpustakaan berlangsung,pada masa pandemi Covid 19.

Pemustaka yang telah mentaati  Protokol kesehatan layanan pengunjung  dimaksudkan agar pelaksanaan pelayanan pada Perpustakaan tetap berjalan aman, nyaman, lancar dan lebih baik guna memupuk kemampuan "literasi "dan menggairahkan semangat bagi pemustaka untuk kembali berkunjung ke perpustakaan pada era new normal dengan mematuhi  Kewajibannya  sebagai  pemustaka melalui penerapan Protokol kesehatan layanan pengunjung secara tertib dan teratur .


Namun kenyataannya dalam memberikan layanan perpustakaan tidak semulus yang kita harapkan, tampak masih kita temui ada beberapa pemustaka yang belum mematuhi aturan terutama anak-anak. Ketidak patuhan ini sebagaian besar dikarenakan  tidak memakai masker saat berkunjung ke perpustakaan. Hal tersebut tampak dalam Foto berikut:


Menghadapi kenyataan ini, bagi kami selaku pustakawan dan para pustakawan lainnya di Dinas kami sungguh sangat dilematis . Sanksi memang harus diberlalukan secara tepat dan benar . Hal inilah yang membuat para pustakawan jadi berfikir secara lebih serius dan sangat hati  hati dalam mengambil tindakan ,karena jika kita salah dalam mengambil tindakan maka bisa jadi pemustaka akan " Kapok " dan tidak mau kembali berkunjung ke Perpustakaan. Dalam mengatasi masalah ini , tentu saja kami tidak bisa langsung "Mengusir" Mereka dari perpustakaan secara kasar dan tanpa toleran , karena anak-anak memiliki jiwa yang sangat peka dan masil labil . Tindakan ini juga tidak bisa diterapkan bagi pemustaka lainnya walaupun bukan anak-anak.

Disamping hal tersebut , Pustakawan juga memiliki tugas yang sangat berat terutama dalam memupuk " Literasi Pemustaka Di Era New Normal . Anak anak atau siapapun pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan adalah  mereka yang sudah memiliki kemampuan mengenal dan menginginkan literasi . Jika keinginan atau harapan dari pemustaka ini kita hentikan dan kita putus , tentu mereka  akan kecewa , terlebih jika pemutusan itu karena pemustaka belum mengetahui aturan Protokol Kesehatan layanan pengunjung di Era New Normal walaupun sudah  dipublikasikan melalui berbagai media yang terrsedia.

Dalam Wikipedia didefinisikan bahwa literasi adalah 

"Seperangkat kemampuan individu dalam membaca, menulis , berbicara , menghitung dan memecahkan masalah ".

Masalah riil yang dihadapi oleh pustakawan terkait dengan pelayanan perpustakaan pada era " New Normal " adalah masih ditemui pemustaka yang tidak menggunakan masker . Pemustaka yang tidak atau belum menggunakan masker ketika berkunjung ke Perpustakaan ada  dua kemungkinan :

Kemungkinan pertama adalah :  pemustaka yang belum mengetahui aturan " Protokol kesehatan layanan pengunjung " walaupun sudah dipublikasikan melalui berbagai media .Kemungkinan Kedua pemustaka yang sudah  mengetahui aturan " Protokol kesehatan layanan pengunjung " tetapi dia tidak mematuhi aturan tersebut secara tertib dan teratur karena belum memiliki Masker, ataupun sarana lainnya yang diperlukan ,

Sesuai dengan gagasan diatas , maka solusi yang tepat dalam memupuk literasi pemustaka di Era new Normal adalah dengan cara berupaya melakukan berbagai tindakan yang komprehensif meliputi :

Pertama : Bimbingan secara persuasif dan kontinue kepada pemustaka  tentang berbagai aturan yang harus dipenuhi sebagai pemustaka  di Era New Normal . 

Kedua : Lembaga menyediakan sarana dan prasarana tehnis yang diperlukan bagi Pemustaka  beserta tehnis pelaksanaannya , walaupun terkadang tehnis pelaksanaan tersebut di luar jangkauan tugas  pustakawan, tetapi pustakawan mempunyai kewajiban untuk membantu pemustaka .Misal anak anak yang belum bisa menggunakan masker maka kita sebagai pelayan pemustaka perlu membantu mereka dalam menggunakan masker tersebut.

Jika kedua hal tersebut diatas dipenuhi maka kami berharap semoga Pupuk literasi yang ditebarkan oleh Pustakawan kepada Pemustaka akan mampu menumbuhkan tingginya minat baca bagi pemustaka guna meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan  sehingga akar budaya belajar di negeri yang kita cintai ini semakin kuat dan berkembang serta membuahkan hasil karya nyata guna peningkatan kesejahteraan masyarakat seperti yang kita dambakan bersama . 

Salam Pustakawan 
Penulis : Susetiyanti 
Pustakawan Dinas Arpus Kab Pekalongan.

Rabu, 03 April 2019

Bingkisan Terindah Seorang Pustakawan

Bingkisan terindah seorang pustakawan adalah pemenuhan kebutuhan pengetahuan berupa sajian tercepat kemasan informasi literasi terseleksi sebagai modal awal dalam memberikan rujukan untuk pemustaka maupun dirinya sendiri"

Oleh: Susetiyanti

Tugas dan Pekerjaan di Dinasku, menjelang akhir bulan Maret, sangat bertumpuk karena semua laporan kegiatan menjelang akhir triwulan satu, harus sudah terselesaikan  Kesibukan ini juga diperparah karena beberapa rekan pustakawan sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang kepustakawanan di ibu kota, ditambah datangnya buku-buku baru sebagai konsekuensi pengadaan buku yang pelaksanaannya jatuh di triwulan pertama dan sudah harus bisa dilayankan ke pemustaka. Keadaan ini sungguh menjadikan para pustakawan agak sedikit "keteteran" termsuk juga diriku .

Akhirnya dengan seizin dan kebijakan dari Ibu pimpinan, semua siswa dari SMK yang sedang PKL di dinas kami diminta untuk membantu pengolahan buku dengan instruksi dibawah komando para pustakawan. Kebijakan ini sangat melegakan hati dan membuat para pustakawan lebih bersemangat, sebab setidaknya hal-hal yang bukan non prinsip bisa ditangani oleh siswa tersebut.
Kami bekerja secara bersama dan kompak disertai tawa canda dan cengkerama dari rekan rekan pustakawan serta siswa PKL Semua ini kuanggap mampu memberikan hiburan ringan yang semarak

Dalam melaksanakan pekerjaan yang sedang kami geluti, setiap pustakawan tetap berpedoman pada jadwal yang telah direncanakan oleh staf admin. Alhamdulillah pagi ini aku bersama dengan salah seorang pustakawan yang sekaligus merangkap sebagai driver mendapatkan tugas untuk pelayanan eksensi . Kami memberikan layanan perpustakaan keliling ke sekolah sekolah yang jaraknya melebihi 5 km dari pusat pelayanan perpustakaan. Kuakui bahwa dalam memberikan pelayanan perpustakaan keliling pada siswa Sekolah Dasar tentu saja ada suka dan dukanya, namun bagiku suka duka itu kuanggap sebagai simphoni kehidupan yang harus kulalui radius yang cukup jauh, jalan licin, kadang juga terjal dan berliku mewarnai dalam perjalanan kami ke lokasi yang akan kami tuju.

Pusling ke SD
Pusling ke SD
 Ketika aku memberikan pelayanan kepada siswa di sekolah tersebut sungguh dalam hati aku merasakan ada ketenangan batin yang mengalir lembut ke kalbuku. Kuperhatikan kegembiraan , keluguan, kelucuan, dan canda tawa mereka sebagai penghilang rasa capaiku selama dalam perjalanan. Awalnya para siswa saling berebut buku absensi yang kukeluarkan dari tas besar yang sengaja kubawa setiap kali melaksanakan kegiatan di luar dinas. Setelah kuberitahu agar jangan berebut akhirnya mereka menurut, lalu kutinggalkan mereka setelah selesai mengisi daftar absensi satu persatu secara tertib. Absensi ini kusimpan sebagai bukti pertanggungjawaban kami yang telah melaksanakan tugas di lapangan.

Kemudian aku bergegas menuju ke ruang kepala sekolah untuk mengkoordinasikan berbagai jenis bacaan yang sangat diminati oleh para siswa. Kecuali itu, juga hal- hal lainnya yang dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran di sekolah  terkait dengan Gerakan Literasi Sekolah. Namun ketika aku belum sampai ke ruangan tersebut langkahku terhenti karena ada bunyi thing, thing, ting  yang berasal dari saku baju yang kupakai. Aku segera membuka pesan masuk dari HP yang kubawa.
Ternyata pesan tersebut dari Andini salah seorang  siswa PKL.
"Bu, ada bingkisan, yang dititipkan oleh seseorang buat ibu"
Oh ... bingkisan? Dari siapa? Dan apa maksudnya dia memberikan bingkisan itu untukku, bingkisan apakah gerangan?  Seumur hidupku selama aku menjadi pustakawan baru kali ini aku mendapat bingkisan, batinku jadi bertanya tanya .

Karena rasa penasaranku akhirnya aku membuat pesan balasan .
 " dari siapa mbak Din ?
 " Nggak tahu bu, si pengirim hanya bilang, bingkisan untuk ibu dan didalam bingkisan tersebut ada nomor hp yang bisa ibu hubungi"
" ok , makasih ya mbak Din, " kututup gawaiku ,walau rasa penasaranku belum terurai , namum  sementara kuabaikan masalah bingkisan tadi demi pelaksanaan tugasku. Akhirnya kulanjutkan langkah bersama temanku pustakawan menuju ke ruang kepala sekolah, berbagai hal yang kami perbincangkan dengan beliau antara lain tentang kebiasaan anak-anak ketika waktu istirahat dan waktu waktu libur bisa dipakai untuk membaca bacaan ringan dan bermanfaat, jenis jenis bacaan yang diminati sesuai kondisi tempat tinggal .

Selain pembicaraan mengenai hal tersebut juga berbagai usulan dari bapak kepala sekolah yang menghendaki supaya anak-anak bisa meminjam buku dari perpustakaan keliling dalam jangka waktu pengembalian buku selama 2 minggu . Usulan tersebut kami tampung sebagai bahan evaluasi kegiatan dan akan kusampaikan secara tertulis kepada kepala bidang. Intinya bapak kepala sekolah sangat renponsif terhadap keberadaan perpustakaan keliling di sekolahnya yang cukup jauh dari toko buku. Dengan pelayanan ekstensi menggunakan motor atau mobil perpustakaan keliling para siswa bisa membaca buku yang dikehendakinya dan kami pun selalu up date buku baru dengan bacaan-bacaan yang bermutu khusus untuk anak-anak setiap 3 bulan sekali .

Tepat  jam 11.45 tepat, Pelayanan pusling di sekolah tersebut telah selesai, akhirnya kami berpamitan pulang pada para guru untuk melanjutkan pelayanan pusling ke sekolah SMP yang berjarak 2 km dari lokasi ini. Setiap kali pelaksanaan Pusling kami memang mendapat target sebanyak 2 Titik. Keadaan di lokasi sekolah SMP tampak lebih nyaman karena berada di lereng bukit dan dikelilingi oleh pagar tembok yang cukup tinggi , Waktu itu pas jam istirahat kedua , tergopoh , seorang satpam membukakan pintu gerbang sekolah, kemudian diikuti para siswa berlari kecil ingin segera membaca buku yang kami layankan.

Pusling ke SMP
Pusling ke SMP
Mereka secara tertib mengisi absensi dan memilih buku yang diinginkannya. Bacaan ringan dalam bahasa Ingrris sangat diminati para siswa, kami tak banyak mengatur, karena siswa SMP ini menurutku sudah memiliki etika dan tata pergaulan yang menyenangkan walau masih sedikit lugu. Kulihat ada sebuah Masjid yang terletak disamping kanan sekolah. Aku memberitahu kepada temanku untuk melaksanakan Salat Dzuhur. Kumohon pada Allah dalam doaku semoga aku diberikan kekuatan, kesehatan yang prima dan keselamatan untuk tetap  selalu berada di jalanNya. Ditengah doa panjang yang kualunkan, tak lupa  kuselipkan harapan semoga aku bisa bertemu siapa pemberi bingkisan tadi .

Setelah selesai salat aku kembali memberikan pelayanan pusling pada siswa. Berdasarkan catatan peminjaman ada sekitar 65  anak yang meminjam buku  sedangkan yang mengisi abesensi ada 97 Anak. Kami Pamit Pulang setelah  jam pelajaran sekolah telah berakhir. Sebagai tanda rasa hormatku kujabat tangan guru pendamping siswa tersebut selama pelayanan Pusling berlangsung.


Sampai di dinas, kulihat sudah ada  bingkisan yang terletak diatas  meja kerjaku, dengan tak sabar aku ingin segera membuka bingkisan itu , namun dering telepon yang cukup keras mengagetkanku , terpaksa kuangkat telpon itu, terdengar suara disebrang sana yang tak lain adalah ibu kepala bidang perpustakaan.
" siang ini semua pustakawan dimohon ikut rapat persiapan  lomba perpustakaan "
" Apa sekarang bu? "
" Ya . Sudah ditunggu di ruang rapat "
" Ok, siap "

Aku segera menginformasikan kepada  rekan-rekan  pustakawan lainnya di dinas kami untuk mengikuti rapat tersebut, topik yang dibahas dalam rapat mengenai berbagai macam atau jenis lomba yang harus segera ditinjak lanjuti meliputi , Lomba perpustakaan Desa, Lomba Perpustakaan Umum, Lomba menulis artikel bagi siswa SLTA dan lomba bercerita bagi siswa SD/MI. Intinya pada kesempatan tersebut dilaksanakan pembagian tugas antara kelima pustakawan yang ada di dinas kami, kebetulan kami diserahi tugas untuk membantu perpustakaan desa yang kebetulan tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal kami. Menjelang pukul 15 30 WIB rapat tersebut selesai, dan tak lupa kami fringer print sebagai bukti kehadiran kami setiap harinya.

Karena rasa penasaranku untuk segera membuka bingkisan tadi, maka aku larikan motor yang aku naiki agak sedikit kencang dibanding  hari-hari lainnya walaupun jalanan  agak licin karena gerimis. Setelah aku melepas sepatu, tas dan helm serta mengganti pakaian dengan daster longgar kesayanganku aku mulai membuka bingkisan yang tadi titipkan untukku dari Siswa PKL. Kalau melihat bungkusnya menurutku yaa, memang menarik, lumayan bagus, dan membuat aku semakin penarasan melihat apa isi dari bingkisan tersebut, o ternyata........  sebuah  buku yang berjudul Care Your Self Hepatitis  dan  nomor HP yang tertulis diatas selembar kertas putih kecil tak bergaris.

Care Your Self Hepatitis
Care Your Self Hepatitis 
Aku segera memasukan no tersebut kedalam list di HPku , tapi setelah aku lihat tidak ada foto profil, aku ketik ucapan salam dalam no tersebut terselebih dahulu sebelum aku menanyakan siapa namanya, juga tak ada jawaban, masih penasaran aku telpon no tersebut ternyata nggak aktif,  ooh pusing ..... memangnya gue pikirin. Berbagai perasaan berkecamuk didadaku antara jengkel, senang, benci, penuh harap, marah, bimbang, dan perasaan-perasaan lainnya yang sulit dilukiskan, namun kenyataanya  hatiku bergetar juga.

Untuk mengatasi perasaannku ini akhirnya kubaca saja buku  yang baru saja kudapatkan dari seseorang  dalam  bingkisan tadi. Sambil bersandar di kursi  aku mulai membuka dan membaca serta mencermati isi  buku tersebut . Berbagai jenis menu bagi orang yang menderita penyakit hepatitis baik yang baru gejala maupun yang sudah sangat kronis tersaji dengan runtut dalam buku tersebut. Disaat aku mulai terlarut dalam memahami isi buku tersebut tiba tiba sebuah tangan yang sangat kukenal menutup buku yang sedang aku baca aku sangat kaget dan lebih kaget karena orang itu adalah suamiku sendiri yang kupikr tadi belum pulang .
" Subhanalloh , ngagetin aja sih , ayah "
" Aku pengin tahu  buku apa yang sedang  mama  baca "
"  Rahasia, " jawabku, aku jadi kesal  atas apa yang terjadi
" Ditanya koq malah main rahasia rahasiaan," jawabnya
" Ini urusanku, bukan urusan ayah," jawabku semakin sebal
" O, gitu ya sudah," jawab suamiku dengan sabar  sambil berlalu dari hadapanku

Perasaanku semakin nggak enak, apa sebaiknya aku terus terang saja ya tentang  bingkisan berupa buku yang kubaca ini , ahh nggak jangan sekarang nanti saja jika semuanya telah jelas aku akan bicara terus terang padanya,  batin dan perasaanku terus meronta , tapi kapan aku harus berterus terang. Lamunanku buyar saat tangan suamiku tiba-tiba menyodorkan sebuah HP bermerk beserta sebuah nomor yang terlulis di lembaran kertas kecil .

" Ini kan no hp yang sedang mama  cari "
aku tergagap , " Lho koq ayah tahu,  apa yang sedang aku pikirkan?" Tanyaku ,  kegagapanku semakin bertambah  saat kupadukan no hp tersebut dengan no hp yang kuterima bersamaan dengan bingkisan tadi sama persis , tak terasa wajahku merah membara,
" ya karena aku yang memberi bingkisan tadi "
 aku hanya bisa diam, dan suamiku melanjutkan perkataanya  lagi
" Tahukah  mama , bahwa ini adalah hadiah terindah buat mama , untuk seorang pustakawan, walau tidak terlalu mahal yang penting bermanfaat kan ? Suamiku balik bertanya kepadaku.

Aku hanya bisa diam dan membeku, namun didalam sanubariku , aku sangat setuju dan membenarkan  dengan apa yang dikatakannya, karena menurutku hadiah terindah bagi seorang pustakawan bukanlah keindahan  bungkusnya, isi bingkisannya yang berupa kemewahan materi  atau segudang sanjungan atas prestasi yang diperoleh  serta banyaknya uang yang didapat,  tetapi  bingkisan terindah seorang pustakawan adalah pemenuhan kebutuhan pengetahuan berupa sajian tercepat kemasan informasi literasi terseleksi sebagai modal awal dalam memberikan rujukan untuk pemustaka maupun  dirinya sendiri sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya secara tepat waktu (up to date ) .

Sekarang ini aku memang sangat membutuhkan informasi  mengenai penyakit hepatitis yang tersaji dalam kemasan buku yang barusan  aku baca tadi  karena putraku beberapa hari yang lalu  opname atas gejala hepatitis yang dideritanya , aku yakin buku tersebut akan sangat bermanfaat bagiku, bagi seorang pustakawan yang sekaligus berperan sebagai pemustaka, sangat memerlukan informasi tersebut secara cepat dan up to date .  Kini hatiku terasa tenang karena sudah aku temukan siapa pemberi bingkisan tersebut.

Salam Pustakawan

Blog: https://pustakajatidiri.blogspot.com

Minggu, 24 Februari 2019

Jati Diri Pustakawan

Jati diri pustakawan sesungguhnya adalah pustakawan yang memiliki kepribadian lembut, bisa memahami pemustaka, melayani dan memberikan tambahan wawasan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan pemustaka"
Oleh: Susetiyanti

Entah benar atau tidak, menurutku modal utama seoarang pustakawan adalah suka membaca, dan kebetulan mambaca adalah hobiku sejak kecil, selain membaca aku juga senang mendengarkan cerita atau dongeng yang dituturkan ibuku menjelang tidur hingga kantuk datang dan tak terasa aku terlelap.

Hobiku membaca terus berkembang hingga sekarang, bahkan saat ini aku juga suka membaca melalui searching tentang hal hal yang menarik perhatianku. Seperti pagi ini, udara yang cukup cerah membuatku lebih bersemangat, kelima pustakawan di dinas kami telah berbagi tugas sesuai dengan jadwal masing - masing. Kebetulan jadwal yang aku terima di unit pelayanan intern, Jadi aku hanya duduk didepan laptop, siap melayani berbagai perangai pemustaka yang datang dan memerlukan informasi maupun bahan rujukan.

Jati Diri Pustakawan
Credit: Openclipart
Setiap hari biasanya banyak pemustaka yang datang, tetapi pagi ini agak sepi. Kumanfaatkan kesempatan ini untuk searching sesuai hobiku. Ketika aku terlarut, tiba tiba dikejutkan oleh suara rengekan seorang anak yang sangat keras dan telah berdiri didepanku bersama seorang pria yang mungkin ayahnya. Anak tersebut berbicara gagap dan tak jelas sambil menarik narik baju lelaki yang ada di depanku dan menunjuk ke deretan rak buku yang tertata rapi di ruang pelayanan.

Aku mengamati keduanya dengan seksama, kemudian aku bangkit dari tempat dudukku dan mengulurkan tangan untuk menyalami anak itu, tapi reaksinya diluar dugaannku dia berulang ulang menjerit sangat keras aku jadi bimbang lalu berkata pada pria yang kuduga sebagai ayahnya

"Monggo pak."

Lelaki itu menjawab pelan, "nggih bu matur nuwun."

Mereka segera kuantarkan ke ruang anak yang berisi rak rak buku dan alat permaian edukatif serta program aplikasi khusus untuk anak anak yang ada di komputer. Lalu, kutinggalkan mereka dan aku kembali searching sambil berfikir setengah melamun.

Berbagai pertanyaan berkecamuk di benaku. Apakah anak tadi termasuk kategori hiperaktif atau disabilitas ringan? Apa yang bisa kulakukan untuk membantunya guna mewujudkan jati diriku sebagai pustakawan?  Dan mengapa kesini tidak ditemani ibunya? Kemana ibunya dan apakah pria tadi adalah ayahnya . Om atau mungkin pakdhenya, apa tujuan mereka datang ke perpustakaan? Apa yang sebenarnya diperlukan oleh anak tersebut?

Belum selesai aku berpikir, lamunanku buyar oleh langkah seseorang didepanku yang tidak lain adalah lelaki tersebut, aku lihat dia tampak kebingunan dan sedikit khawatir walau terukir senyum tipis di parasnya, kemudian dia berkata kepadaku.

"Bu ada nggak buku-buku tentang gambar-gambar hewan, tumbuhan, bunga-bunga, pesawat atau tentang angkasa?"

Woowww, bisa shock nih aku dibuatnya bila tidak bisa memberikan rujukan ke lelaki tersbut.

"Nggih pak wonten, sebentar kami carikan dulu," Jawabku dengan tenang. Aku carikan buku yang dimaksud di ruang referensi tentang ensiklopedia ilmu pengetahuan bergambar khusus untuk anak ada 3 Jilid , tetapi belum sempat aku menunjukan buku pada pria tersebut tiba-tiba anak itu berlari dan memanggil dengan suara keras, "paaapaaa .....paaapaaa..."

Bearti dugaanku benar lelaki ini adalah ayahnya. Dengan sigap pria tersebut segera memegang tubuh anaknya supaya tak terjatuh. Kuperhatian suasana itu lebih seksama, Jika kupadukan peristiwa tadi dengan hasil searching yang baru saja kudapatkan dari media kemungkinan besar anak ini mengalami disabilitas berkategori ringan dengan ciri ciri hiperaktif dan minta perhatian lebih, namun disabilitas ringan ini bisa disembuhkan seiring dengan berjalannya waktu.

Intinya untuk kesembuhan anak sangat diperlukan perhatian khusus dari kedua orang tua dan dukungan lingkungan yang menyenangkan bagi sang anak. Ketika anak itu sudah mulai tenang, kusodorkan tiga jilid buku pada ayahnya, melihat hal tersebut anak itu segera meronta untuk meraih buku yang sudah berada ditangan ayahnya. Aku dan ayahnya segera membujuk supaya lebih tenang dan Alhamdulillah akhirnya anak itu menurut.

Aku bertanya pada ayahnya,"Apa buku ini yang bapak maksud?"

"Coba bu kami lihat dulu," Jawabnya singkat sang ayah segera membuka lembaran buku yang telah aku sodorkan dan anak itu tertawa tawa sambil mengangguk anggukan kepalanya.

"Ya Bu benar"

"Kami tinggal dulu ya pak, silahkan dilihat gambar gambarnya supaya putrinya senang"

Namun, sebelum aku berlalu pria iru berkata kembali.

"Bu, apa boleh kami meminjam buku ini?"

Aku ragu untuk menjawabnya karena buku-buku referensi hanya boleh dibaca dan tidak bisa dipinjam itu aturan baku yang tertulis di dinas kami, tetapi dalam teori manajemen perpustakaan yang pernah aku baca menurut Sulistiyo Basuki, apapun jenis literatur yang ada di perpustakaan jika untuk kepentingan pendidikan bisa dipinjam dengan sistem "Over Night Loan" dan juga sesuai kebijakan dari pimpinan di dinas kami untuk hal hal teknis di bidang perpustakaan diserahkan sepenuhnya kepada pustakawan, setelah berfikir demikian akhirnya aku menjawab.

"Ya pak boleh tapi bersyarat"

"Maksudnya bagaimana bu?"

"Boleh dipinjam tapi besok buku sudah harus dikembalikan itu syarat pertama dan syarat yang kedua bapak wajib meninggalkan arsip identitas diri berupa SIM atau KTP"

"Ya bu, ini KTP saya"

Setelah proses sirkulasi selesai pria itu segera pamit karena putrinya merajuk minta ingin segera pulang dengan memukul-mukul dada sang ayah. Setelah mereka pergi aku mencoba mengamati identitas KTP yang ditinggalkan pria tersebut. Ternyata Pria itu bernama Chandra, dia adalah seorang duda dan memiliki pekerjaan sebagai pengusaha konveksi.

Bagiku, status dan profesi apapun lelaki itu tak masalah. Aku kembali merenung, batinku meronta keras bersentuhan dengan jati diriku sebagai seorang pustakawan. Aku harus menunjukan walau hanya pada segelintir orang yang benar-benar membutuhkan bimbingan penuh dariku yang berprofesi sebagai pustakawan berupa tambahan wawasan.

Dampak "literacy" yang telah kugeluti selama ini, hobi membaca dimasa kecilku, kupadukan dengan jati diri profesiku, dengan semangat aku bertekad membantu pria tersebut untuk memberikan tambahan wawasan pengetahuan guna membimbing putrinya secara lebih baik.

Kini muncul suatu gagasan dalam hatiku, besok ketika Pak Candra mengembalikan buku, aku akan menemuinya secara khusus dan menanyakan tentang perilaku putrinya, terlebih saat ini perpustakaan memang bukan hanya berfungsi untuk pelayanan pembaca saja tetapi juga kemanfaatan hasil membaca tersebut dapat diarahkan untuk membangun kemandirian yang berbasis inklusi sosial termasuk didalamnya adalah disabilitas yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus dan serius.

Pagi harinya sekitar Pukul 09.15, Pak Chandra datang ke dinas kami memenuhi janjinya untuk mengembalikan buku yang dipinjam kemarin. Aku mengajak Pak Chandra untuk berbicara di ruang referensi, sedangkan ruang pelayanan sirkulasi kuserahkan kepada siswa yang sedang PKL.

Sebenarnya aku agak rikuh mau bicara tentang putrinya dengan lelaki ini, namun demi tugasku kuabaikan hal itu. Dari hasil pembicaraan tersebut dapat kusimpulkan bahwa istrinya telah meninggal 4 tahun yang lalu saat putrinya masih berumur 3 tahun. Putrinya yang bernama Sifa itu ternyata memang sejak kecil memiliki sifat yang sedikit berbeda dibandingkan dengan anak-anak lain seuasianya.

Sifat tersebut semakin bartambah parah setelah ibunya wafat. Sebelum Pak Chandra pamit pulang sempat kusarankan padanya agar putrinya diberikan perhatian secara khusus, dan putrinya sangat memerlukan sosok seorang ibu yang benar-benar mau peduli dengan kondisi putrinya. Di akhir pembicaraan itu aku memberikan literatur kepadanya yang sudah aku persiapkan kemarin terkait tehnik dan solusi penanganan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang berhasil disembuhkan.

Setelah pak Chandra pamit pulang, aku merasa lega karena jati diriku sebagai seorang pustakawan sudah aku tunaikan. Ya, jati diri pustakawan sesungguhnya adalah pustakawan yang memiliki kepribadian lembut, bisa memahami pemustaka, melayani dan memberikan tambahan wawasan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan pemustaka baik yang bersifat "board storming " maupun "deep deeping" secara tulus, ikhlas dan tanpa pamrih apapun.

Salam pustakawan

Blog: https://pustakajatidiri.blogspot.com

Rabu, 30 Januari 2019

Sistem Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (Sebuah Opini dan solusi Penerimaan CPNS di Masa Mendatang)

SISTEM PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
(Sebuah Opini dan solusi Penerimaan CPNS di Masa Mendatang)


            Mengamati kondisi yang sedang marak akhir akhir ini , khususnya desas desus tentang  berbagai keluhan berasal  dari orang orang di sekitar kita ,baik teman dekat maupun kerabat . Salah satu tetangga berkeluh kesah kepada kami demikian “ aduh jeng koq sulit banget ya sekarang  test CPNS itu lho ,kata anak saya sih pakai alat komputer yang nilainya langsung keluar, hasilnya  langsung bisa dilihat setelah selesai ujian , tapi anak saya nggak lulus Jeng , nilainya kurang 3 point , akhirnya secara sepontan kami menjawab “ sabar ya mbak , suatu saat pasti Alloh akan merencanakan sesuatu yang jauh lebih baik begitu jawabku untuk sekedar menghibur dan menguatkannya .
            Berawal dari keluhan atau  perbincangan dari tetangga tersebut muncul suatu pemikiran di benak kami, bahwa pada kenyataanya sekarang ini memang sulit  untuk dapat diterima sebagai CPNS. Peserta seleksi harus  memenuhi syarat sesuai dengan Passing grade ( Batas  nilai minimal yang dipersyaratkan )  yang ditentukan oleh pemerintah atau pengambil kebijakan. Dengan nilai batas minimal yang telah dipathok tersebut ternyata banyak yang kurang memenuhi standart dan berada dibawah pathokan yang harus dipenuhi oleh para peserta yang mengikuti ujian pada tingkat seleksi kompetensi dasar .
            Ketika realisasi quota penerimaan CPNS tidak terpenuhi  maka pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 61  Tahun 2018 Tentang “Optimalisasi pemenuhan Kebutuhan /Formasi pegawai Negeri Sipil  dalam seleksi calon pegawai Negeri Sipil Tahun 2018 “. Melalui penerbitan Permenpan tersebut diharapkan mampu mengakomodir dan sebagai solusi penerimaan CPNS pada tahun  2018 .
            Secara singkat dengan diterbitkannya Permenpan diatas berarti  Pemerintah telah mengambil langkah konkrit untuk menjawab atau untuk mengatasi permasalahan dalam rencana dan proses  penerimaam CPNS tahun 2018 , dengan cara  menurunkan Passing grade  dari 298 menjadi 255  pada tingkat seleksi kompetensi Dasar yang dirasakan sangat sulit bagi  peserta dalam  mengikuti seleksi CPNS tahun ini.
            Pada dasarnya Kecerdasaran , motivasi dan kinerja seseorang dalam melaksanakan pekerjaan memang sangat sulit untuk diukur , hanya dengan menggunakan 3 parameter baik meliputi kemampuan Kompetensi Dasar  , Kompetensi Bidang  maupun sikap atau kepribadianya saja , masih banyak faktor faktor lainnya yang perlu dijadikan tolok ukur pertimbangan . antara lain,  Kecakapan tehnis ,Motivasi  dan minat  serta bakat .
            Kecakapan tehnis sebagai bekal dalam pelaksnaakan tugas dan kegiatan sehari hari  . Motivasi yang tinggi guna pertanggungjawaban terhadap pekerjaan , minat , bakat dan ketertarikan terhadap pekerjaan setelah para peserta seleksi tersebut lolos dalam mengkuti ujian perlu dipertimbangkan .
            Mengikuti seleksi penerimaan CPNS bukan hanya  sekedar kebanggaan jika lolos seleksi dan setelah itu mereka  tidak memiliki minat atau ketertarikan terhadap pekerjaan yang secara rutin dianggap membosankan . Jika hal ini terjadi sungguh sangat disesalkan  karena pemerintah telah mengeluarkan biaya besar.
            Disinilah mulai muncul berbagai permasalahan kinerja CPNS  , sehingga kurang efektif dan efesian , yaitu ketika posisi melamar pekerjaan dalam kondisi yang sangat menggebu , tetapi setelah mereka lolos dalam seleksi kompetensi Dasar dan serangkaian kompetensi lainnya yang ditentukan oleh Pemerintah kinerja mereka turun dan kurang bergairah .
            Jika ini terjadi maka sebuah pertanyaan yang muncul adalah apakah sistem penerimaan CPNS yang diselenggarakan oleh pemerintah saat ini sudah sangat tepat untuk memilih Calon Pegawai Negeri Sipil yang  benar benar memiliki semangat kinerja , dedikasi yang tinggi , Profesional , bertanggung  jawab , loyal  dan penuh pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan negara yang kita cintai ini ?
            Untuk menjawab pertanyaan ini , maka ada  beberapa opini yang  mungkin bisa dijadikan acuan dalam Sistem penerimaan CPNS di masa depan sebagai berikut:
1.     Diperlukan pengkajian ulang terhadap  kebijakan pemerintah khususnya kebijakan sistem penerimaan CPNS dalam penentuan  Passing grade  yang harus dicapai oleh peserta , jika memungkinkan juga perlu diadakan penelitian terhadap calon peserta seleksi tersebut.
2.     Sebelum diadakan  seleksi penerimaan bagi CPNS, sebaiknya  diadakan training  bagi seluruh calon peserta sebagai  seleksi awal   selama kurun waktu tertentu khususnya  mengenai Wawasan kebangsaan ataupun mental idelogi sehingga CPNS tersebut benar-benar memiliki semangat yang tinggi dalam  meningkatkan pengetahuan tentang wawasan kebangsaan secara konkrit dan luas.
3.     Pesyaratan calon peserta seleksi penerimaan CPNS bagi instansi instansi yang bersifat tehnis perlu disertakan piagam atau bukti bahwa yang bersangkutan telah atau pernah melaksanakan praktek kerja pada suatu instansi yang akan dilamar oleh peserta seleksi CPNS.
4.     Ada baiknya jika peserta seleksi diuji coba untuk bekerja secara mandiri.  Artinya peserta seleksi CPNS secara berkelompok bisa diberikan sejumlah anggaran untuk merencanakan  suatu kegiatan pekerjaan tertentu dengan hasil yang signifikan , artinya   anggaran dari hasil pekerjaan yang dilaksanakan secara berkelompok  lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran awal yang diberikan .

            Jadi bagi seluruh peserta seleksi bagi CPNS dalam mengikuti proses seleksi sudah terlebih dahulu mengikuti proses kerja secara nyata . Hal ini dimaksudkan supaya ketika mereka nanti akan diterima sebagai CPNS sudah terbiasa melaknakan tugas dan kegiatan . disamping itu mereka juga terbiasa berfikir atau  berusaha keras untuk mengatasi segala permasalahan yang muncul  disertai  solusi yang tepat.
            Keempat hal yang kami ajukan diatas hanyalah sebuah opini , ada kemungkinan opini tersebut bisa dijadikan solusi bagi penerimaan CPNS dimasa-masa mendatang .
            Opini dan solusi ini dikandung maksud   agar penerimaan CPNS di masa mendatang dapat lebih  baik dan terintegrasi serta dalam penerimaan CPNS yang baru dapat diperoleh hasil yang sebaik baiknya , yaitu Calon pegawai Negeri sipil yang mau bekerja keras, bekerja ikhlas dan bekerja cerdas serta memiliki sikap moral  pantang menyerah terhadap segala kesulitan dan penuh tanggung jawab terhadap pekerjaan dalam bidang tugas dan tanggung jawabnya demi mewujudkan  kelangsungan , kejayaan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.