Baca judulnya aja kok panjang kayak sinetron
Ind*siar ya? :D
Tidak, ini hanya cerita singkat.
Tulisan ini mungkin receh sekali, tak
berbobot seperti tulisan kawan-kawan lain. Tapi kukira tak ada salahnya tetap kubagi.
Setidaknya, mungkin bermanfaat untuk adek-adek mahasiswa/i ilmu perpustakaan,
agar tak gagal berkembang di kemudian hari, sepertiku.
Aku ini dulunya gampang kagum sama
laki-laki. Kagum aja sih, bukan sampai tahap gampang jatuh cinta. Seneng aja,
kalo melihat laki-laki yang pintar, bijak, ganteng apalagi.
Suatu ketika aku terjebak dengan
perasaanku sendiri. Aku suka memandang seseorang –sebut saja B, dari jauh.
Kebetulan dia teman sejurusan, kadang-kadang kami ada mata kuliah yang sekelas.
Waktu dia nggak ada, ya ada perasaan nyari-nyari.
Tapi ya gitu, entah apa nama perasaan
itu. Aku hanya suka memperhatikan dari jauh. Ketika dekat, justru aku yang tak
nyaman, semacam ada perasaan malu-malu kucing.
Di jurusan kami ada
organisasi/himpunan mahasiswa. Seharusnya, aku ikut dan aktif di organisasi tersebut,
donk. Nyatanya apa? Karena ada si B di situ, aku tak mau ikut. Seharusnya
semangat kan, ya? Nah ini tidak. Otak gue di mana, coba? :’)
Efeknya sekarang ini. Karena kurang
pengalaman, skill-ku ya gini-gini aja. Bahkan ‘hanya’ untuk
mengelola perpustakaan SD, harus mengobrak-abrik buku-buku kuliah lagi. Harus
mempelajari SLIMs dari awal lagi. IPK waktu lulus lumayan tinggi, saat itu.
Tapi rasa-rasanya tidak ada gunanya tanpa pengalaman organisasi yang memadai.
Gara-gara si B?
Andai waktu bisa diulang, seharusnya
aku bisa mengendalikan perasaanku.