Tampilkan postingan dengan label Veny Fitriyanti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Veny Fitriyanti. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Desember 2019

Gaji Kecil Tidak Menghambat Untuk Berprestasi

Oleh: Veny Fitriyanti
Bekerja di perpustakaan sekolah negeri, jika kamu bukan PNS maka kamu harus persiapkan tenaga dan HATI untuk menerima upah yang kecil dibawah standar UMR. Kalo sudah begitu apakah kinerja kamu di perpustakaan asal-asalan, malas-malasan ato tetap giat dan bekerja ikhlas.
Jujur saja sebelum saya PNS, Tahun Oktober 2008- Februari 2009 (kalo gak salah ingat) saya pernah bekerja di perpustakaan sekolah yaitu Pondok Pesantren Darul Arafah di Tanjung Anom, Deli Serdang (tempat ustadz somad dulu loh). Saat sahabat saya sudah gaji 2 jutaan, saya hanya 750rb. Tapi bagi saya, gaji itu wajar karna makan ditanggung dan nginap di asrama putri.
Namun masih ada yang lebih kecil lagi gajinya bekerja di Perpustakaan Sekolah khusus yang di Negeri nih, rata-rata kemampuan sekolah hanya bisa memberi gaji 250rb-300rb. Nah hal ini terus jadi perbincangan hangat di kalangan pustakawan. Banyak yang gak terima tapi tetap menerima dengan legowo karna sulitnya lowongan kerja dan susahnya lulus masuk PNS.
Sehingga harap maklum kalo mutu Perpustakaan sekolah negeri rata-rata tidak bagus, kayak gudang, dsb karena gaji yang terlalu minim.
Tahun 2019, Bagian Perpustakaan dan Kearsipan Setdakab Aceh Tamiang mempunyai program kegiatan yaitu Lomba Perpustakaan Desa dan Perpustakaan Sekolah Terbaik Tingkat SD, SMP, SMA Se-kabupaten Aceh Tamiang. Perpustakaan Sekolah dan Desa akan diberi kuisioner dan Juri akan memeriksa jawaban dengan melihat sendiri Perpustakaan tersebut. Untuk Tingkat SMP dan SMA ada tahap presentasi lagi.
Rata-rata yang ikut lomba ini hampir semuanya Kepala Perpustakaan Sekolah yang sudah PNS fungsional dan bersertifikasi, kecuali Perpustakaan SD. Hal ini yang membuat jiwa saya tergugah untuk menulis kisah inspiratif ini.
Juara I Lomba Perpustakaan Sekolah Terbaik Tingkat SD Se-kabupaten Aceh Tamiang diraih oleh SD Negeri Tangsi Lama, Kecamatan Seruway.
Sekolah ini terletak di desa banget dan Tenaga Pengelola Perpustakaannya bernama Safrida Nita hanya tamatan SMA dengan gaji hanya 300rb.
Yang saya kagumi dari Nita (nama panggilan Safrida) adalah kemauan nya untuk belajar tentang perpustakaan mulai dari Nol. Dukungan penuh Kepala Sekolah SD Tangsi Lama Bapak Nurdin S.Pd untuk Nita juga turut mempengaruhi kinerjanya demi meningkatkan mutu Perpustakaan Sekolah walaupun hanya dari Sekolah SD desa kecil.
Saya membina dan melatih Nita sama seperti di sekolah lain mulai dari membuat buku inventaris perpustakaan, Klasifikasi, buat nomor punggung hingga Laporan jumlah buku per judul dan eksemplar, peminjaman dan pengunjung perpustakaan per tahun dsb.
WhatsApp saya pun selalu jadi tempat alternatif Nita bertanya apa-apa saja yang tidak mengerti. Mungkin bagi anda kelihatannya sepele.
Anda salah Ferguso!!!!!😎😎
Menulis inventaris tumpukan buku dari awal, mengklasifikasikan buku sesuai Dewey Decimal Classification (DDC) itu sudah bikin anda demam meriang. Apalagi seorang Nita yang bukan sama sekali lulusan Perpustakaan. Bahkan bukan sekali Nita mengeluh pusing, buntu bahkan pernah gak enak badan selama perbaikan perpustakaannya.
Namun dijalankan perlahan-lahan tapi pasti. Hingga akhirnya saat lomba ini diadakan dia dengan PD (Percaya Diri) menunjukkan semua berkas-berkas yang dibutuhkan untuk lomba.
Hingga NILAI Perpustakaan Sekolah SD Tangsi Lama meningkat tajam paling tinggi mengalahkan juara 2 dan juara 3.
Nita bersama Kepala Sekolah dan guru-guru SDN Tangsi Lama.
Penyerahan hadiah bersama Wakil Bupati Aceh Tamiang. T. Insyafuddin, berupa Piala+Sertifikat+Uang Tunai Rp. 2.500.000
Saya kagum dengan proses pembelajaran Nita yang sudah berkeluarga dan masih punya anak bayi tapi masih semangat belajar perpustakaan. Hasil kerja kerasnya mendatangkan sebuah prestasi yang manis.

Rabu, 03 April 2019

Pustakawan Bersuara Lantang

Oleh: Veny Fitriyanti

Kalo melihat judul pasti dalam pikiran anda adalah …
Pustakawan mau DEMO yah?
Maaf brother and sister ini bukan tulisan tentang pustakawan mau demo tapi kali ini saya membagi pengalaman dan membahas suatu topik yang simple tapi jarang dilakukan oleh pustakawan (termasuk saya sih😅) yaitu “READ ALOUD”
Apaan sih READ ALOUD itu?
Yah sesuai arti dari bahasa inggris nya READ ALOUD adalah Membaca Keras.
Maksudnya adalah KAMU wajib MEMBACAKAN BUKU dengan suara KERAS, lantang dengan wajah ekspresif kepada pendengar yang umumnya adalah anak-anak atau manula.
Kali pertama saya lihat kegiatan ini saat saya nonton film komedi romantis “You’ve got mail”.
Pada masa kepresidenan Amerika Serikat Barack Obama. Obama family suka banget kegiatan ini
Lihat! Ekspresif bangeeeet Ibu Michelle dan Pak Obama bacain bukunya.😍😍😍
Kebanyakan para guru lah yang sering melakukan kegiatan ini. Hal ini dilakukan demi meningkatkan kemampuan membaca murid. Akan tetapi kebanyakan di kelas bukan di perpustakaan.
Lalu bagaimana perkembangan Read Aloud di Indonesia?
Apakah kamu pernah dengar Taman Bacaan Pelangi?
Taman Bacaan Pelangi merupakan salah satu LSM yang konsen di bidang perpustakaan dan program perpustakaan.
Pendirinya adalah Ibu Nila Tanzil, beliau sangat peduli kemampuan membaca anak di Indonesia Timur yang sangat rendah rata-rata 29 kata per menit.
Sehingga beliau mendirikan perpustakaan sekolah di Indonesia Timur dan beliau juga meningkatkan kemampuan membaca anak-anak di Indonesia Timur dengan menyebarluaskan program Read Aloud.
Perjuangan selama mendirikan Taman Bacaan Pelangi beliau tulis dalam buku dengan judul The Art of Giving Back.
Lalu bagaimana dengan saya?
Jujur saja saya baru tergerak untuk memulai kegiatan ini setelah melihat program read aloud dari Taman Bacaan Pelangi.
Selama ini, saat saya bertugas membawa Mobil Perpustakaan Keliling ke sekolah-sekolah. Banyak anak-anak berminat mengambil buku di rak buku mobil perpustakaan keliling, namun banyak dari mereka TIDAK tertarik untuk benar-benar MEMBACA sebuah BUKU. Mereka hanya tertarik melihat gambar-gambarnya saja.
Biasanya, saya setiap membawa perpustakaan keliling saya akan mencatat daftar pengunjung, foto dokumentasi, atau kalo laper yah pergi kantin. 😁😁😁
Namun kali ni berbeda, saya tertarik mencoba apa yang sudah taman bacaan pelangi lakukan.
“Apakah benar Read Aloud membangkitkan minat baca anak dan membuat anak-anak tertarik untuk membaca buku?”
Awalnya, saya dekati seorang anak kecil, mulai tanya kelas berapa? Sudah bisa baca apa belum? Dan mendengarkan dia membaca. Baru lah saya ikut membaca bersamanya.
Saya ingat gambar Pak Obama yang begitu ekspresif membacakan buku. Kebetulan saya masih malu-malu kucing. Jadi saya mainkan nada intonasi saja dan bermain ventrilog (membuat suara seperti susan, ria ernes).
Awalnya yang mendengarkan saya satu orang murid lalu bertambah sehingga berkumpul di sekitar saya. Mereka benar-benar tertarik dengan isi cerita buku tersebut sampai selesai. Malah mereka ketagihan hingga 3 buku sudah habis saya bacakan untuk mereka.
Pernah saya ke sekolah MIN Telaga Meuku, kebetulan mereka sudah bisa membaca cepat dan lancar. Maka strategi saya pun berubah. Bukan saya yang membaca keras tetapi anak-anak lah yang membaca buku per lembar kemudian saya akan memberikan pertanyaan tiap halaman. Melatih kemampuan mengingat apa yang mereka baca. Anak-anak senang sekali merespon pertanyaan dari saya malah, mereka berdebat ingatan siapa yang benar dan siapa yang salah. Sebagai juri, saya lah yang menentukan siapa yang benar.
Mungkin kegiatan ini sepele, membacakan buku untuk anak-anak. Akan tetapi jarang banget pustakawan melakukannya. Kebanyakan fokus di bidang yang lain.
Apakah kamu TAHU, membacakan buku kepada anak-anak merupakan hal yang sangat penting hingga setiap 5 Mei diperingati Hari GERakan NASional orang tua memBAcakan buKU atau disingkat GERNAS BAKU. Bahkan ada lagu Mars nya sendiri loh silahkan dengarkan baik-baik.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kegiatan yang sekecil ini bermakna besar bagi anak-anak.
Ayo para Pustakawan dimana pun anda berada, mari kita buat GERNAS BAKU ini di bulan Mei mendatang.
Salam Literasi

Blog: https://veny04.wordpress.com

Sabtu, 09 Maret 2019

Pustakawan VS Kepala Perpustakaan Sekolah

Oleh: Veny Fitriyanti
Sebagai pustakawan di perpustakaan umum, kegiatan membina perpustakaan sekolah merupakan salah satu kegiatan rutin yang selalu saya lakukan setiap tahun.
Mengajarkan mereka tentang tata cara mengelola perpustakaan sekolah, mulai dari mengolah buku, sirkulasi buku, merawat buku, program kerja hingga membuat buku laporan perpustakaan.
Dalam peraturan sistem pendidikan nasional dimana guru yang sertifikasi tapi tidak memiliki jam mengajar 24 jam dapat mengambil tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan sekolah, akan mendapat tambahan 12 jam.
Mungkin peraturan ini bertujuan baik agar Perpustakaan Sekolah terurus, tidak terbengkalai dan jadi tempat nongkrong makhluk halus kali yah.
Peraturan ini lah yang membuat para guru sertifikasi yang tidak punya 24 jam datang berbondong-bondong ke perpustakaan umum kabupaten untuk meminta saya diajarkan segala hal tentang perpustakaan. Boro-boro punya latar pendidikan ilmu perpustakaan, banyak dari mereka tidak pernah sekalipun mendapatkan pelatihan perpustakaan sekolah.
Sebagai pustakawan yang ada di Perpustakaan Umum Kabupaten, saya lah yang bertugas mengajari mereka.
Pertanyaan nya adalah :
Apakah Perpustakaan Sekolah Semakin Baik?”
Jawaban saya adalah bisa YA, bisa TIDAK, bisa juga OMG GAK BANGEEETZZZ
Bisa dikatakan saya pernah di tahap putus asa. Bahkan ogah ngajari mereka karena PERCUMA. Sebab, saya udah ngomong panjang kali lebar kali tinggi (kok jadi rumus luas balok😅). Tetap aja perpustakaan mereka tak tersentuh tangan manusia (kalo tangan jin udah beda cerita dah).
Plis jangan tanya upahnya saudara-saudara. Smua ini Gratis bahkan bahan materi yang diberikan pada mereka gratis biaya kantor.
Beda kalo program tahunan pembinaan perpustakaan sekolah door to door, saya diberi Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) tapi ini hanya untuk Sekolah Pelosok (sekolah sangat terpencil).
Tapiiiii ujung-ujungnya sama aja banyak yang tidak berubah, sedikit sekali yang mau berubah. Akhirnya saya jadi “down” terhadap Perpustakaan Sekolah.
Penyebabnya bisa bermacam-macam tapi saya lebih menjabarkan dari segi Jenis-jenis/tipe-tipe Kepala Perpustakaan Sekolah.
1. Pemburu sertifikat
Jangan ditanya sumber intel berita dari mana, mereka ini selalu tahu tentang pelatihan perpustakaan sekolah. Terkadang mereka rela membayar bahkan loncat bahagia kalo gratisan. Tapi ujung-ujungnya gak ngaruh tuh dengan perkembangan perpustakaan nya sendiri. Mau berantakan kayak kapal titanic ato susun buku yang penting rapi, bodo amat tentang inventaris, klasifikasi, dll. Bahkan saat belajar diklat ato pemberi materi, dia ilang entah kemana. Yang penting SERTIFIKAT!
2. Tipe Penyakitan
Nah yang ini Kepala Perpustakaan Sekolah hampir di ujung tanduk PENSIUN, atau yang divonis penyakit kronis entah jantung, darah tinggi, stroke pokoknya gak ngajar lagi tapi usia blom mendekati pensiun. Tipe yang beginian ibarat pepatah “layu sebelum berkembang”. Ngajar tentang perpustakaan pada tipe ini udah kayak sekedar kewajiban amal jariyah aja. Karena jelas kemungkinan untuk mengubah perpustakaan nyaris nol.
3. Tipe “What The Hell, I Dont Care
Kalo tipe ini, bikin saya garuk dinding berkali-kali plus pengen jedotin kepala. Karena jangankan untuk perhatian tentang perpustakaan, sekedar mengunjungi perpustakaan aja gak pernah. Tapi jangan tanya uang sertifikasi nya lancar kayak air selalu diterima. Mo ngajarin stafnya yang status anak bakti hanya digaji dari dana bos 300rb saja tapi tidak memiliki kebebasan untuk membuat keputusan merubah perpustakaan. Ujung-ujungnya saya akan menyanyikan lagu Abdullah (😂gak nyambung emang)
4. Tipe More Niat Less Action
Tipe yang begini nih, saya kasih tambahi julukannya yaitu Kepala Perpustakaan Sekolah tipe PHP. Pemberi Harapan PALSU, saat saya ajarin tentang perpustakaan, beugh…! omongannya untuk mengubah perpustakaan udah mirip kayak CALEG. Tapi saat saya datang melihat perubahan dan perkembangan perpustakaan nya NOL BESAR. Mulai lah saya akan menyanyikan lagu sayur koooooool…sayur kooooool (pustakawan stres🤣🤣🤣)
5. Tipe Duet Maut
Ini perpustakaan ato manggung nyanyi sih sampe pake ada kata “duet maut”. Kalo biasanya duet maut itu menghasilkan sesuatu yang spektakuler ke arah yang lebih positif. Akan tetapi ini lebih ke arah negatif. Kenapa? Kemajuan perpustakaan merupakan hubungan kerjasama antara Kepala Perpustakaan Sekolah dengan Kepala Sekolah. Karena beliau memiliki kewenangan atas Dana Operasional Sekolah. Terkadang saya menemukan seorang Kepala Perpustakaan Sekolah yang niat untuk mengubah perpustakaan sekolah dari yang jelek ke arah yang lebih baik. Akan tetapi tidak di support oleh Kepala Sekolah yang memiliki konsep pemikiran bahwa perpustakaan sekolah itu gak penting. Sehingga semangat kepala perpustakaan sekolah layu dan padam untuk mengubah perpustakaan sekolah.
6. Tipe Truly, Deeply, almost Pustakawan sejati
Walaupun tipe ini sangat amat sedikit sekali (lebay dah gue). Tapi bisa membuat semangat saya dari 0% bisa loncat jadi 100%. Ini beneran loh, apa yang saya ajarkan benar-benar diterapkan nya di perpustakaan sekolah. Apa yang saya sarankan untuk membuat ini itu dikerjakan dengan semangat. Ditambah dukungan Kepala Sekolah yang memberi dana serta kebebasan untuk mengubah perpustakaan sekolah. Saya benar-benar menghargai orang yang seperti ini. Efeknya tak sedikit yang iri dengan perhatian saya sebagai pustakawan dalam membina mereka. Karena setiap kegiatan pelatihan, lomba, dan kegiatan apapun itu selalu mereka duluan yang mendapatkan info.
Perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah

Mungkin bagi teman-teman pustakawan yang lain ada yang tidak setuju dengan saya terhadap tipe-tipe ini. Mungkin ada yang angguk-angguk plus senyum ketawa-ketawa membaca artikel ini berarti tos! dulu kita senasib sependeritaan.😂😂😂😂😂😂.
Mudah-mudahan tulisan saya ini tidak dihujat, dicaci, dihina dan dijilat (say whaaaat🤨🤨). Ini cuma sharing pengalaman aja dan semoga para pustakawan yang selalu membina perpustakaan sekolah tetap semangat dan tetap berusaha mengubah perpustakaan sekolah lebih baik lagi.
Salam Literasi!!!!
Dari Pustakawan Bergerak

Minggu, 24 Februari 2019

Sobat #missqueen Ala Pustakawan

Oleh: Veny Fitriyanti
Beberapa bulan yang lalu, Indonesia kembali menjadi tranding topik di social media Twitter.
Seluruh masyarakat Indonesia ramai berbondong-bondong mencuitkan Hastag #missqueen ato sobat missqueen di Twitter.
Istilah ini hanya sebagai bahan candaan ato guyonan yang ditujukan kepada orang-orang sok kaya yang suka pamerin harta bendanya. Sehingga muncul sobat missqueen (miskin.red) yang memamerkan hal-hal kemiskinan mereka di sosial media.
Loh…Apa hubungannya dengan pustakawan?
Jelaaaaaas… ada dong hubungannya dengan pustakawan. Selain sebagai ikut tranding. Pustakawan aka saya sendiri turut serta termasuk sobat missqueen.
Apaan tuh?😲
Apalah daya seorang pustakawan yang melihat buku novel baru terpampang cantik indah bak rupawan di rak toko buku tapi hampir pingsan liat bandrol harga. #missqueen ala pustakawan
Ini yang saya rasakan bertahun-tahun kalo jalan-jalan ke toko buku. Jika ada rejeki lebih untuk beli buku saya pasti lama di rak karna galau pilih novel mana yang mau dibeli. Hal ini dikarenakan uangnya gak cukup beli lebih dari 2.
Alhamdulillah, PNRI menjawab dilema kantong saya. PNRI memberikan fasilitas bagi sobat missqueen untuk bisa baca buku apa saja baik buku lama atau buku terbaru bahkan buku populer di masyarakat dibagikan secara GRATIS.
KOK BISAAAA…..?😲😲😲😲😲
Ya bisa lah, perpustakaan sapa dulu dong!!! Mau tau caranya gimana? Yuks! Simak tulisan ini sampai habis.
Jawabanya adalah download aplikasi IPUSNAS.
Nah ini adalah aplikasi ipusnas yang bisa kamu download di playstore (android system), Appstore (apple system), dan versi desktop untuk komputer.
iPusnas

Itu aplikasi apaan sih?
Ini adalah aplikasi perpustakaan digital yang berisikan segala jenis buku e-book yang bisa kamu pinjamkan selama 3 hari secara gratis.
Fiksi Remaja

Siapa yang SUKA pake kata BANGETZZZ baca buku, saya sarankan segera download aplikasi ini.
Karna ini adalah jawaban bagi para sobat #missqueen yang gak punya uang untuk beli buku tapi pengen BANGETZ baca buku.
Saya mengaktifkan kembali aplikasi ini sejak tanggal 4 April 2018. Dulu pernah download tapi bukunya “enggak banget deh” makanya di uninstall.
User Profile

Dan sekarang gak terasa, sekarang ini history buku yang sudah dipinjam sudah sampai ratusan.
Pameeer😒😒😒
iPusnas
Cara pemakaian aplikasi ini sangat lah mudah. Kamu cukup sign in ipusnas melalui akun Facebook atau email. Nah nanti kamu isi kolom yang diminta.
Setelah itu gimana cara meminjamnya?
It’s so easy…
Cari buku yang kamu inginkan dengan klik tombol kaca pembesar.
Collection

Book Detail

Borrow

Nanti akan muncul tampilan begini
Choose ePustaka

Pilih yang kolom yang punya koleksi masih available. Jangan yang run out.
Nanti akan muncul pertanyaan apakah kamu yakin meminjam buku ini?
Book Detail

Pilih YES jika kamu bener-bener ingin baca buku tersebut.
Tahap akhirnya adalah “menunggu”
Book Detail

Book Detail

Kemudian buku tersebut akan terdownload. Kalo sobat #missqueen gak punya kuota, bisa kamu pake wifi gratisan.
Tadaaaaaaaaa! Bisa deh baca buku dilan 2 sebelum keluar filmnya yang akan segera tayang tahun ini.
View Ebook

Di ipusnas ada fitur status user. Jika kamu buat akun baru, maka status kamu sebagai pengguna ipusnas langsung menjadi “newbie”. Dalam ipusnas ada 3 status pembaca
Newbie
Bookworm
Sosializer
Nah….bagi user yang mau naik tingkat atau level up harus penuhi persyaratan sbb:

Ada tips untuk mendapatkan follower, caranya simpel kok. Banyak-banyak lah menulis komentar di tombol review buku yang kamu baca. Hal ini berguna bagi user lain untuk memilih buku yang cerita nya bagus atau jelek.
User yang lain juga bisa melihat history book yang sudah kamu pinjam dan bisa juga dijadikan bahan rekomendasi buku-buku yang bagus untuk dibaca.
Nah…..sudah tau kan tips sobat #missqueen ala pustakawan.
Smoga tips ini bisa membuat para sobat #missqueen berbahagia bisa membaca buku secara gratis dan makin pintar.
Salam Literasi Sobat Missqueen 😍😍😍😍