Tampilkan postingan dengan label penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penelitian. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Februari 2019

Pustakawan Meneliti 2



              
             Lagi-lagi ini cerita penelitian dari Bulan sang pustakawan. Setelah sukses dengan petualangan pada penelitian terdahulu, kini Bulan lanjut proyek berikutnya. Puas atas hasil kerja Bulan, membuat pimpinannya kembali meminta bantuan Bulan. Tepatnya tahun 2016 setelah Bulan menyelesaikan tubelnya alias tugas belajar, Bulan diminta ke Bali untuk melakukan penelitian tentang guru madrasah di MI (Madrasah Ibtidaiyyah) Al-Azhar Denpasar Bali. Madrasah ini tepatnya berlokasi di jalan I Gusti Ngurah Rai, Kampung Bugis, Tuban.
               Seperti biasa, tidak ada pembimbingan khusus dan bekal yang spesial, maka berangkatlah Bulan  menuju lokasi yang telah ditentukan. Sebagai  seorang pustakawan Bulan senang melakukan penelitian ini. Akan dapat pengalaman baru yang seru. Hanya saja ini menjadi tugas tambahan pustakawan yang entah ada angka kreditnya atau tidak. Bulan tidak ambil pusing, yang penting misi selesai, lancar dan sukses.
               Seperti pada penelitian sebelumnya, Bulan selalu membuat field note semacam catatan perjalanan. Ini lho catatannya.
Rabu, 23 November 2016
1.      Sampai di hotel Puri Nusantara sekitar pukul 17.00 WITeng.
2.      Survei ke lokasi (MI Al Azhar) sekitar pukul 5 pm dari hotel dengan berjalan kaki sekitar 15’.
3.      Sepanjang perjalanan menuju lokasi, menyusuri pemukinan penduduk mayoritas Hindu. Aroma dupa dan sesajen tiap rumah yang ada mewarnai pemandangan yang khas. Beberapa rumah menjual makanan siap saji, diantaranya nasi goreng babi.
4.      Sejenak berteduh di Masjid Assut Taqwa sambil menanti Maghrib.
5.      Di ujung jalan menuju lokasi, terdapat Pure Bale Agung yang selalu diperdengarkan gamelan khas Bali.
6.      Sampai di depan gerbang lokasi menjelang maghrib. Lokasi berdempetan dengan Masjid Asasut Taqwa.
7.      Suara Murottal Qur’an dari masjid cukup terdengar ke luar sampai jauh.
8.      Di dalam masjid sempat berbincang-bincang dengan salah seorang warga, Ibu Putu namanya, warga asli Tuban dan muslim. Sayangnya tidak sempat berdialog lebih lanjut untuk mengetahui asal-muasal berIslamnya.
Kamis, 24 November 2016
1.      Keluar hotel pukul 07.45.
2.      Sampai di lokasi sekitar pukul 08.00 dengan berjalan kaki.
3.      Bertemu dengan Kepala Sekolah MI Al Azhar, Bapak Suwito. Menyampaikan maksud kedatangan dan melakukan wawancara dengan beliau pukul 08.30 sampai Zuhur. Hasil wawancara terlampir.
4.      Kemudian wawancara dengan salah satu guru, Ibu Nur, pukul 13.00-14.00. Hasil wawancara terlampir.
5.      Selanjutnya silaturahim ke rumah guru tersebut di jalan Gunung Lempuyang sekitar 9 km dari lokasi sekolah sampai Isya.
6.      Sampai kembali di hotel sekitar pukul 20.00.
Jum’at, 25 November 2016
1.      Berangkat dari hotel pukul 08.20.
2.      Sampai di lokasi mengambil beberapa gambar/ foto sekolah. Foto-foto sekolah terlampir. Sekolah libur karena memperingati Hari Guru Nasional. Sebagian guru mengikuti gerak jalan sehat pada pagi hari  di kantor Kabupaten Badung.
3.      Sekitar pukul 09.30-10.05 wawancara dengan salah seorang guru, Ibu Fatmawati, wali kelas V. Hasil wawancara terlampir.
4.      Sekitar pukul 11.10-11.30  wawancaa dengan salah satu staf TU sekolah, Ibu Eka. Hasil wawancara terlampir.
5.      Kembali ke hotel pukul 14.00.
6.      Pukul 17.30 ke masjid Assasut Taqwa.
7.      Sambil menunggu dan setelah sholat Maghrib, sempat wawancara dengan beberapa orang siswa MI Al Azhar di area masjid. Hasil wawancara terlampir.
Sabtu, 26 November 2016
1.      Berangkat dari hotel ke lokasi pukul 07.30.
2.      Wawancara dengan orang tua siswa yang sedang berada di gazebo, tempat biasa ibu-ibu ngumpul saat menunggu anak-anaknya pulang sekolah. Foto dan hasil wawancara terlampir.
3.      Pukul 08.30, wawancara dengan salah satu guru, Pak Zai guru olahraga. Hasil wawancara terlampir.
4.      Kemudian wawancara dengan salah satu siswa kelas 6 MI. Nama siswa Hardi. Hasil wawancara terlampir.
5.      Setelah itu berbincang-bincang dengan kepala sekolah sekitar pukul 09.20-10.00.
6.      Ke perpustakaan bercengkerama dengan beberapa guru yang ada di sana, foto bersama sekaligus berpamitan untuk kembali ke Jakarta. Sebelumnya sempat berbincang-bincang dengan salah satu pihak yayasan, Ibu Mesya, sekaligus juga sebagai guru MI. Beberapa pihak yayasan yang lain sedang ada keperluan. Saat akan di temui, ketua yayasan memang sedang sakit stroke dan sudah sepuh, usia sekitar 80 an tahun, sehingga sulit untuk berkomunikasi. Sekretaris yayasan sedang ada keperluan luar, dan bendahara yayasan sedang mengurus pajak yayasan.
Tidak ada yang terlalu spesial dalam perjalanan penelitian ini. Namun Bulan banyak mendapat pengetahuan dan semangat baru dari cerita-cerita perjuangan para guru di sana. Salah satunya, ada cerita menarik dari Bapak Suwito, kepala sekolah di sana.
Bapak Suwito menceritakan bahwa Kampung Bugis adalah tanah yang dihadiahkan oleh Kerajaan Bali. Kampung Bugis ada sebelum merdeka. Bangsa Bugis saat itu banyak yang memiliki keahlian ketabiban, mereka bisa mengobati orang yang sedang sakit tanpa meminta bayaran sedikitpun. Hal ini menjadi sarana dakwah mereka dalam menyebarkan Islam di Bali, bahkan sampai sekarang. Banyak pula di kalangan orang-orang Bugis yang merantau di Kampung Bugis tersebut ahli dalam bidang ekonomi dan menyelam.
Selama ini hubungan masyarakat Bugis dan Bali tidak ada gesekan. Mereka saling bekerja sama  bahkan mereka memeiliki banjar untuk kegiatan anak-anak. Pada saat ada upacara keagamaan masyarakat  Hindu Bali, sekolah di kampung Bugis, khususnya MI Al-Azhar libur dan mengganti hari libur tersebut di hari yang lain.
Bapak Suwito pernah juga mengajar tapi tidak pernah dibayar. Pesan dari dosen-dosen di Jember yang mengajar beliau, juga pesan dari beberapa kyai di sana, bahwa mengajar itu mengembangkan ilmu dan mengajar itu termasuk di dalamnya adalah mengajar ngaji atau baca Qur’an adalah kewajiban. Karenanya harus meluangkan waktu sedikitnya 2 jam sepekan untuk mengajar masyarakat, sukur-sukur bisa lebih dari itu.
Pembicaaraan mereka berakhir dengan cerita Bapak Suwito, bahwa selama beliau di Bali beliau kadang diisebut orang Muhammadiyah, sekali waktu kadang disebut orang NU. Buat beliau hal ini tak masalah, tidak dianggap serius. Dua-duanya baik. Bahkan beliau dihormati para pecalang di sana karena dianggap dekat dengan Gus Dur. Selama ini Gus Dur dikenal sangat dekat dengan masyarakat Hindu Bali.
               Hmmm, menarik ya mengetahui sejarah adanya suatu kelompok masyarakat, tak kalah menarik pula mengetahui bagaimana orang-orang hidup dalam perantauan. Beradaptasi dengan keadaan, supel dan lentur dalam bergaul, tepo seliro dan menghormati satu sama lain.  Ini menjadi seni indahnya kehidupan manusia di muka bumi. Hmm pustakawan pastinya bisa begitu.
Eit tapi ada satu lagi yang menarik dari ucapan Bapak Suwito, “…harus meluangkan waktu sedikitnya 2 jam per pekan untuk mengajar masyarakat”.  Nah ini kalimat sakti bin pamuncak buat Bulan sang pustakawan. Bulan diingatkan.  Perpustakaan dan pustakawan satu paket sebagai agen pembelajaran seumur hidup. Sudahkah Pustakawan meluangkan waktunya 2 jam untuk mengajar masyarakat…? (oleh Hariyah A.)  

Minggu, 10 Februari 2019

Pustakawan di Sarang Penyuluh


Pustakawan udah jadi mitra peneliti. Suka-duka para pembantu lapangan dan saling berbalas pantun, mewarnai jalannya penelitian ini. Bagaimanakah kisahnya, Ikuti Bulan yuuk....*Hariyah 

            Bulan sang pustakawan menerima undangan rapat. Undangan itu sudah ada di mejanya begitu ia sampai kantor. Wew, undangannya mendadak banget. Siang ini rupanya. Tapi ini penting, Bulan harus hadir. Begitu pikirnya.Waaah, Bulan tetiba  ngebut  ngentri data koleksi, sebelum ia harus cabut menuju ruang rapat.
Begitulah Bulan. Disela-sela pekerjaan rutinnya ia harus menghadiri rapat yang menurutnya cukup penting dan gak boleh ditinggalkan. Bulan sang Pustakawan sudah jadi mitra peneliti, karena itulah Bulan dianggap mampu berperan di sini.  Emangnya rapat apa sih, kok  Bulan kayak grasak grusuk gitu. Ooo ternyata Bulan dilibatkan dalam kegiatan penelitian skala besar di lembaganya. Apa itu? Namanya Survey Indeks Kerukunan Umat Beragama di Indonesia tahun 2018.
Inti dari pertemuan tersebut semacam TOT (Training for Trainers). Bulan dan peneliti lainnya ditraining untuk menjadi Trainer. Setiap orang adalah kordinator di lokasi survey masing-masing. Mereka di sebar ke 34 propinsi di Indonesia.  Satu orang satu lokasi. Termasuk Bulan, dia dikirim ke kota Pekanbaru. Wuidiw, ini lagi-lagi pengalaman penelitian Bulan yang unik. Bersyukurnya, panduan yang didapat dari pertemuan tadi cukup lengkap. Ini akan memudahan dan menjadi panduan Bulan dan  peneliti lainnya untuk terjun ke lokasi. Tapi bagi Bulan tetap saja, rasa nervous itu ada.
Apa sih yang akan dikerjakan Bulan. Pertama, dia harus melengkapi dirinya dengan kelengkpan peneliti yang sudah disiapkan panitia pusat. Apa saja kelengkapannya, yaitu: Surat Perjalanan Dinas (SPD) untuk peneliti, Surat tugas penelitian, Surat rekomendasi penelitian dari Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Surat pemberitahuan penelitian kepada Kakanwil dan Kakankemenag dari Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Surat tugas untuk pembantu lapangan/enumerator, Berkas administrasi keuangan, seperti form daftar penerima honorarium dan kuitansi pembantu lapangan, File-file/softcopy (kuesioner, daftar desa di provinsi yang sudah diacak, file acak KK (Kartu Keluarga) yang terpilih, format Data Entry dan Sertifikat Enumenator.
Ketika sudah sampai di lokasi penelitian, apa yang harus dikerjakan? Pertama-tama Bulan berkomunikasi dengan Kanwil Kemenag provinsi, Kemenag kabupaten/kota, atau pihak perguruan tinggi.  Menyampaikan  rencana penelitian, terutama permintaan bantuan tenaga pembantu lapangan/enumerator. Seperti apa tenaga yang dibutuhkan. Kriterianya  adalah: Handal, siap menelusuri dan mewawancarai responden,  dapat dipercaya, melaksanakan proses survei sesuai aturan, dan diutamakan memiliki hp bisa ber-whatsapp/untuk komunikasi, serta terampil mengoperasikan komputer/ms. excel untuk input data, punya nomor rekening Bank atas nama yang bersangkutan, diutamakan dari kalangan penyuluh agama atau mahasiswa.
Bagaimana hunting Bulan untuk mendapatkan enumerator atau pembantu lapangan alias pembalap? Alhamdulillah, berkat komunikasi yang baik dengan pimpinan dan pihak-pihak terkait di sana, dalam waktu yang tidak lama Bulan sudah mendapatkan nama-nama orang yang akan membantunya. Siapa mereka?  Wow, ternyata mereka adalah kaum bapak para penyuluh keagamaan yang berjumlah 14 orang. Mereka siap menjalankan tugas dan berkomunikasi dengan Bulan selama survey berlangsung. Selanjutnya Bulan mengatur  jadwal pertemuan dengan para pembalap.
Pada hari yang sudah disepakati, berkumpulah mereka di ruang pertemuan Kankemenag kota Pekanbaru. Pertemuan dibuka oleh kepala kantor. Beliau sekaligus memberikan wejangan dan semangat kepada para penyuluh agar melakukan survey ini dengan baik. “Bapak-bapak para penyuluh keagamaan, saya minta bisa bekerja dengan baik. Hal ini dalam rangka mendukung dan mensukseskan program nasional dari pusat”, ujar beliau.
Selanjutnya Bulan on action. Bergaya layaknya seorang dosen, di depan kepala Kankemenag dan dihadapan 14 orang penyuluh keagamaan yang semuanya kaum Adam, Bulan menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat survei ini. Bulan  menyampaikan semangat dan motivasi bahwa pekerjaan ini sangat mulia, partisipasi mereka berkontribusi besar bagi upaya pemeliharaan kerukunan umat beragama di Indonesia secara luas.
Setelah itu Bulan melakukan simulasi wawancara, dengan mengulas satu per satu pertanyaan dalam angket, sehingga pembalap memahami maksud dan cara pengisian setiap item pertanyaan. Bulan menjelaskan cara penentuan responden dalam suatu desa. Setiap pembantu lapangan bertanggung jawab mewawancarai 10 responden di setiap Kelurahan/desa yang diperoleh secara acak. Diharapkan para pembalap dalam bekerja tidak terburu-buru, 1 hari sebanyak 3 orang. Bulan harus pastikan semua pembalap mengerti dan dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Dan yang juga penting adalah, para pembalap akan diberikan transport dan honor selama 6 hari.  Kepada masing-masing pembalap juga dilengkapi berkas-berkas berupa: angket 10 eksemplar, angket bantu 1 eksemplar, cinderamata untuk responden, surat dukungan penelitian dari Kemendagri, dan surat tugas pembantu lapangan.
Singkat cerita, dimulailah  survey ini. Sebagai satu-satunya kaum Hawa, pada awalnya Bulan rada canggung, tetapi dia cepat beradaptasi dengan mereka. Segala komunikasi dan perkembangan survey didiskusikan dalam sebuah grup wasap. Ini beberapa percakapan Bulan yang sempat terekam.
“Asw bapak2...semangat pagi. Hari ini turun ke desa/kelurahan kan...mohon posting foto2nya... Kopian kish grid, satukan/ sisipkan di instrumennya ya pak” Bulan membuka pembicaraan di grup.
“ Siippp..siap…”, sahut Pak Masrizal.
“Bapak2, adakah yg blm punya file excel untuk acak KK dan input....”, tanya Bulan.
“Udah semua kayaknya Bu...tinggal eksekusi dilapangan aja ...”, sahut Pak Ramlis.
“Sip...selamat berjuang, semoga dimudahkan, lancar dan sukses survey nya....” Jangan lupa foto2 di lapangan di share ya”, jawab Bulan.
“Aammiiiin... Insya Allah Bu..”,  jawab pak Ramlis.
            Walaupun sudah dilakukan pembekalan, tetap saja dalam prakteknya ada kendala. Ada yang wilayah kelurahan/ desanya cukup besar dan luas karena hasil pemekaran, sehinngga agak bingung bikin tabel acaknya, ada yang data KK di kelurahannya tidak lengkap, tersebar atau berserakan, bahkan tidak ada. Ada yang pemukiman padat dan kontur desanya agak sulit dijangkau, ada pula yang infrastruktur jalannya untuk masuk motor saja agak sulit, ada yang petugas di keluarahannya sulit ditemui, ada yang gak mau kasih data malah, dan lain-lain deh. Itu baru tahap untuk menetapkan responden. Nah, apalagi pas berhadapan dengan responden nih, bakalan macam-macam responnya. Makanya dalam penelitian ini melibatkan penyuluh keagamaan, karena mereka dianggap dekat dengan masyarakatnya, sehingga diharapkan lebih memudahkan survey dan penggalian data dari responden.
             Di survey ini yang paling bikin deg-degan si Bulan malah pada pembalapnya sendiri. Ada yang tidak ada kabar  sama sekali atas perkembangan surveynya dan ada pula yang sudah beberapa hari belum sempat turun ke lapangan. Ternyata usut punya usut, ada yang sedang sakit, ada yang harus pulang kampung menemui orangtuanya yang sakit sampai akhirnya meninggal, bahkan ada juga karena kesalahan administratif, si pembalap harus ke luar kota untuk diklat padahal dia sudah bergabung dalam survey ini, haduuuh, ada-ada saja ya, hihihi.  Kalau sudah begini Bulan jadi kalang kabut untuk mencari penggantinya yang dapat bekerja dengan cepat. Pffffh. Syukurlah ternyata bapak-bapak ini saling membantu dan memback up satu sama lain.
            “Semangat pagi bapak2....lanjut perjuangan hari ini ya....Saya mo sapa satu per satu nih. Pak Alfian  hadirkah..... pak Ramlis... Pak Busihat... Pak Arlis... Pak Masrizal... Pak Zarkoni... Pak Yusnedi... Pak Munasiri... Pak Nasri... Pak Suryandi... Pak Budhi... Pak Nurdin... Pak Suhaimi...dan  Pak Robi...”
            “Ok buk terima kasih hari ini kami siap tempur”, jawab Pak Yusnedi.
            Selama beberapa hari melakukan survey, beragam pengalaman, suka dan duka silih berganti dihadapi para pembalap. Ada yang wilayahnya terkena banjir, adapula yang penduduknya hanya bisa disurvey malam hari karena siangnya bekerja, ada yang respondennya gak mudeng-mudeng sehingga si pembalap harus membacakan setiap pertanyaan berulang-ulanng sampai tenggorokan kering, ada responden yang jutek, curiga dan nyuekin, ada pula responden yang bisa diwawancarai setelah selesai masak, selesai wiridan, dan selesai jaga kedai, jadi harus sabar menanti, macam-macam deh, hihihi.
Untuk menyemangati para bapak, Bulan menceritakan kepada mereka beberapa kondisi pembalap di daerah atau propinsi lain yang gak kalah seru suka-dukanya. Ada pembalap di daerah Maluku yang jatuh  dari motor sampai rusak motornya, karena medannya yg berat. Ada pula  yang harus nyebrang sungai atau pulau, sehingga kecapean dan sakit. Bahkan baru-baru ini ada yang terkena gempa cukup besar yaitu di daerah Lombok, getarannya sampai ke Bali bahkan Makassar. “Mohon doanya atas keselamatan mereka, bapak2”, jelas Bulan.
Setelah melalui berbagai aral melintang yang dihadapi, akhirnya para pembalap ini dapat menyelesaikan target surveynya dengan baik. Saatnya mereka merapikan berkas dan menyerahkan kepada Bulan.
“Bapak-bapak, untuk pengembalian instrumen kepada saya, apa perlu kumpul lg pak sekalian memberikan honornya atau bgm baiknya”, tanya Bulan
“Nanti ibuk nginap di mana? Hasil survey kami yang akan mengantarnya ke tempat ibuk”, sahut Pak Busihat.
“Saya nginap di hotel Pangeran bapak-bapak. Di Jalan Sudirman. Bisa temui saya di sini”, balas Bulan.
Karena suasana sudah mulai rileks, cair dan saling bercanda, mulailah mereka sahut-sahutan pantun. 
Naik kereta ke Pekanbaru....
Kereta berjalan jangan mendekat ...
Ke Pangeran jangan terburu-buru...
Pulang pergi asal selamat....., celetuk, Pak Alfian

Pekanbaru kota nan indah
Elok dipandang di malam hari
Kalau udah urusan rupiah
Kecepatan mobil tak dilihat lagi…, balas Pak Suryandi

Pekanbaru kota bertuah...
Pemandangannya begitu indah....
Usahlah kalah dg rupiah ....
Pikirkan Juo anak dirumah...., balas Pak Alfian

Pekanbaru di Bumi Melayu
Warna-warni beraneka budaya
Mobil pasti dibawa melaju
Demi rupiah anak istri tercinta…, Pak Suryandi gak mau kalah

Bahkan saat susah cari waktu janjian, ada yang nyeletuk,  “masak tempe asam padeh.... cape dehhhh..” hihihi senyum Bulan.

Saat mereka sudah kumpul bertemu Bulan, keluar lagi tuh pantun Pak Alfian,
Lancang kuning dibawa nelayan....
Menuju laut mencari Ikan....
Kompak penyuluh di Hotel Pangeran....
Tanda negeri ini rukun dan aman.....

Lancang kuning berlayar malam
Indah nian di selat Malaka
Habis ini mau makan malam
Karena lapar tak dapat ditunda...., balas Pak Suryandi karena sudah kelaparan dalam perjalanan.

Pak Budhi sedang otw ke hotel.  Pak Alfian beraksi,
Jika hendak malaju jalan...
Melajulah dijalan Sudirman.....
Kalau ada yg ikut makan ...
Ikuti saja mobil Pak Suryan...

Pak Suryandi gak mau kalah, dia membalas,
Mobil lah melaju kencang
Meninggalkan asap di antara ban
Lagi pengisian perut agar kenyang
Jangan diganggu sampai semua makanan dihabiskan

Hahaha seru  ya. Bikin seger. Bulan tersenyum-senyum. Ada satu orang pembalap, Pak Budhi namanya. Dari awal survey memang yang paling banyak kendalanya. Selain wilayah surveynya luas, untuk mendapatkan KK nya juga harus hunting yang gak mudah. Harus janjian sama bu lurah, dan berkali-kali gagal janjiannya saking sibuknya bu lurah. Bahkan sampai menunggu beliau demi mencari data KK, dari pagi sampai malam. Pak Budhi ini yang paling lama selesai surveynya, mendekati deadline. Lagi-lagi Pak Alfian nyeletuk,
Karet dibawa di hari pakan ...
Pasarnya jauh di Sungai rokan...
Mungkin Pak Budi kecapekan ...
Datanya jadi berantakan....
# Yg Sabar Ya !!!

Gak mau kalah Pak Budhi menimpali,
Apa tanda orang berpengaruh
Kalau berjalan penuh kewibawaan
Tadinya baru terinput separuh
Memang berencana nginput di Hotel Pangeran...
Berjalan ke Padang Datar
Dapat rusa belang kaki
Walaupun sedikit ada ke sasar
Tapi capeknya hilang ketemu ibuk Bulan di sini
            Bulan nyengar-nyengir memandangi HP-nya, rayuan gombal Pak Budhi meluncur. Pak Suryandi pun ikut nimpali:
            Rusa hilang di balik belukar
Belukar dibakar oleh petani
Tadi data pun hampir kesasar
Untung amplop bisa mengobati
“Wakkkk, bisa aja Pak Suryandi…” balas Bulan. Malam itu Bulan dan para pembalap tengah asyik bercengkerama di udara. Sampai malam kian menjelang, tinggal Pak Busihat yang belum nampak. Maka mulailah kelakar muncul,
            Amplop dijepit di bawah ketiak
Jepit nya sambil makan yang sedap
Buya Busihat masih belum terlacak
Apa jangan-jangan ada rencana menginap?

Selesailah malam itu, Alhamdulillah semua data survey dan berkas yang harus dikembalikan sudah ditangan Bulan. Sayangnya Bulan tidak sempat mengecek satu persatu untuk validasi datanya. Jadi kalau ada kekurangan bisa langsung dibetulkan saat itu. Karena sudah hampir tengah  malam dan Bulan harus packing barang untuk kembali ke Jakarta esok jam 6 pagi, maka komunikasi via grup wasap akan terus berlangsung untuk beberapa waktu.
Sesampainya Bulan di Jakarta, memang masih ada data yang harus diperbaiki. Alih-alih pengen istirahat, ternyata pekerjaan belum selesai. Seperti biasa, Pak Alfian usil,
Ibu Bulan sudah dirumah.....
Menunggu email ketua Pokja.....
Semoga Rezkinya makin melimpah......
Walaupun  ada tambahan kerja..
           
            Tapi buat Bulan, ini pengalaman menyenangkan. Para bapak ini alias pembantu lapangan adalah para penyuluh keagamaan di wilayahnya. Bahkan sebagian diantara mereka saling memanggil dengan sebutan ustad, buya, bahkan syekh. Karakter mereka yang beragam, juga jago berpantun, membuat suasana diskusi di grup lebih segar, santai, dan mencerahkan. Bahkan canda-canda mereka di grup, seringkali membuat Bulan terkekeh-kekeh, dan memberikan kesan ramah dan akrab. Terimakasih para bapak penyuluh keagamaan. Semoga perjuangan kalian membantu suksesnya survey ini menjadi amal sholeh. Tidak sebanding honor dengan kerja kerasnya, tapi biarlah Allah SWTyang akan membalas. Begitu doa Bulan.

Senin, 04 Februari 2019

Pustakawan Meneliti

“Saya  yakin Saudara dapat bekerja dengan baik dan tidak selalu hitung-hitungan"
Oleh: Hariyah*

Kali ini adalah petualangan Bulan di beberapa tempat, karena ikut penelitian. Pengalaman pertamanya saat Bulan baru pulang shortcourse di luar negeri, tepatnya di salah satu negara Asia. Alhamdulillah Bulan sang Pustakawan dapat beasiswa shortcourse ini. Bulan pengen coba out of the box, begitu pikirnya. Kembali ke laptop. Saat itu pimpinannya yang eselon dua, sedang mencari orang yang bisa membantu kegiatan penelitian yang sedang dilakukannya. Ujug-ujug Bulan dapat panggilan dari staf pimpinan tersebut untuk segera menghadapnya. Sambil penuh dengan segudang pertanyaan di kepalanya, Bulan masih bertanya-tanya ada gerangan apakah ia dipanggil. Sampailah ia di depan meja sang pimpinan, persis seperti orang sedang wawancara pekerjaan.

Baca Juga: Pustakawan dan RKAKL

“Ada yang bisa saya bantu Pak” itu kalimat pertama yang dilontarkannya. “Saya minta tolong pada Saudara untuk mencari data tentang salah satu tokoh pendidikan di Makassar namanya Drs. H. Muhyuddin Zain. Beliau sudah almarhum, tetapi masih ada keluarganya yang tinggal di sana dan Saudara dapat banyak bertanya tentang tokoh ini. Ada juga beberapa teman beliau yang masih hidup, mungkin sekarang sudah sepuh. Saudara bisa cari informasinya di UIN Makassar, atau MUI kota Makassar atau  beberapa tempat lainnya yang Sudara anggap relevan untuk dimintai keterangan.” Singkat cerita sang pimpinan menaruh kepercayaan pada Bulan. Sosok pustakawan satu ini dianggap oleh pimpinannya adalah orang yang tepat untuk menjalankan misi ini.

Pustakawan Meneliti
Credit: Pixabay
“Mohon maaf pak, kalo boleh tahu kenapa bapak memilih saya. Hmmm, maksud saya ada peneliti yang lain, atau mereka juga sedang sibuk penelitian ya pak”, begitu tanya Bulan agak ragu-ragu. “Saya  yakin Saudara dapat bekerja dengan baik dan tidak selalu hitung-hitungan. Saya sudah kontak bagian keuangan, nanti Saudara temui untuk menyiapkan segala keperluan Saudara” begitu jawab pimpinannya sambil tersenyum simpul. Wuihhhh Bulan masih terkaget-kaget. Kok bisa ya. Jangan-jangan selama ini pimpinannya itu mengamati saya ya. Begitu pikir Bulan. Dia langsung teringat dan menerawang ke beberapa kejadian yang silam, saat pimpinannya itu pernah berkunjung ke perpustakaan. Bulan melayani segala kebutuhan informasi yang dibutuhkan pimpinannya dengan sigap, cepat dan ramah. Dia pun tak sungkan menyampaikan bahkan mengantarkan sampai ruangan,  buku atau jurnal atau sepenggal tulisan yang memang dicari pimpinannya itu. Intinya Bulan pelayanan prima kepada pemustakanya apalagi pimpinannya sendiri. Dia ingin menunjukkan bahwa pustakawan tahu segalanya, tahu banyak informasi, dapat diandalkan untuk mencari referensi yang dibutuhkan dan tentunya GPL gak pake lama alias sigap dan cepat.

Sebenarnya Bulan masih bingung. Ini adalah pengalaman pertamanya melakukan penelitian sendiri ke lapangan dan jauh pula. Dia harus mencari nama-nama yang terkait dengan tokoh yang akan ditelitinya itu. Tokoh Makassar yang Bulan sendiri pun tidak pernah tahu apalagi familiar. Pengenalan medan pun diperlukan agar Bulan faham wilayah yang akan dijelajahinya. Hmmm pekerjaan berat nih pikir Bulan. Tantangan sudah diterima. Sangu sudah dikantongi walaupun terasa ala kadarnya. Maka petualangan siap dimulai. Bismillah, begitu ucap Bulan.

Dimulailah proyek prestisius ini. Selayaknya peneliti professional, begitulah Bulan memulai investigasinya. Dia mengumpulkan nama dan nomor telepon siapa saja tokoh yang akan ditemuinya dan dimintai keterangan. Dia membuat catatan perjalanan, alias diary atau logbook peneliti kira-kira seperti field note dalam penelitian kualitatif. Bulan punya catatan lengkap aktivitasnya pada tanggal dan jam berapa. Ini adalah sekelumit catatan perjalanan Bulan.


Rabu, 13 Nopember 2013
  • Sampai di bandara Sultan Hasanuddin Makassar sekitar pukul 8 pagi.
  • Langsung ke BLA (Balai Litbang Agama) Makassar dan bertemu dengan pimpinan  di sana.
  • Setelah itu, menuju UIN Alauddin Makassar dan bertemu dengan Bapak Rektor Prof. H. Qadir Gassing. Hasil Pembicaraan dengan Pak Rektor di lampiran 1.
  • Setelah bertemu dengan Pak Rektor sekitar pukul 9-10 pagi, Pak Rektor  merekomendasikan saya tuk membaca buku tentang sejarah atau profil UIN Alauddin, yang diharapkan di sana di bahas tentang profil masing-masing Rektor UIN Alauddin yang pernah menjabat.
  • Selanjutnya setelah membaca beberapa bahan atau buku yang dimaksud, tidak ditemukan data yang diperlukan.
  • Setelah ishoma sekitar pukul 12 siang, saya berencana menemui Rektor Universitas Islam Makassar Al Ghazali, tetapi setelah mengontak stafnya, saya akan dikabari kapan beliau bisa saya wawancara.
  • Akhirnya saya memutuskan menuju hotel dan mendaftar beberapa nomor kontak yang akan saya kunjungi keesokan harinya.

Kamis, 14 Nopember 2013
  • Saya berangkat dari hotel pukul 6 pagi menuju BLA Makassar. Sampai di BLA sekitar pukul 6.30 pagi. Saya ke perpustakaan sambil mencatat alamat dan rute  KH.Sanusi Baco, salah satu narasumber tokoh ini
  • Pada pukul 7.25 saya tiba di rumah beliau dan wawancara dengan beliau berlangsung pada pukul 7.30-8.40. Hasil pembicaraan dengan KH. Sanusi Baco terlampir di lampiran 2.
  • Berikutnya saya menuju rumah KH. Muhammad Ahmad. Wawancara dengan beliau  berlangsung pukul 9.50-11.10. Hasil pembicaraan dengan KH.Muhammad Ahmad di lampiran 3. Ketika saya berpamitan, saya dihadiahi buku tulisan beliau berjudul Amaliah Ramadhan.
  • Selanjutnya saya meneruskan perjalanan menuju narasumber berikutnya. Saya menuju kediaman Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyana. Wawancara dengan beliau berlangsung pukul 10.40-12.30. Hasil pembicaraan dengan beliau terlampir di lampiran.
  • Setelah ishoma, saya melanjutkan perjalanan ke UIN Alauddin Makassar. Di sini saya mencari buku yang direkomendasikan KH. Muhammad Ahmad yakni 30 Tahun IAIN Alauddin . Beliau berharap dalam buku ini terdapat  data-data yang saya butuhkan tentang profil  Drs. H. Muhyiddin Zain almarhum.
  • Saya langsung menuju Perpustakaan Pusat UIN Alauddin dan mencari buku yang dimaksud dengan bantuan petugas perpustakaan. Setelah membaca buku tersebut dan beberapa buku terkait, ternyata tidak ditemukan informasi yang dibutuhkan. Hanya saja dalam buku tersebut, terdapat sekelumit yang membicarakan masa kepemimpinan Rektor IAIN Alauddin Drs. H. Muhyiddin Zain almarhum, yakni pada halaman 22 dan 23. Lembar kopian terlampir.
  • Selanjutnya saya menuju Rektorat UIN Alauddin, menuju Biro Kepegawaian. Saya berharap, di sini ditemukan catatan atau CV almarhum yang berisi riwayat pendidikan, pengalaman jabatan, pengalaman organisasi dan karya tulis beliau. Namun data yang dimaksud tidak tersedia di sini. Pihak kepegawaian menyatakan bahwa arsip-arsip lama rektor tidak terdokumentasi dengan baik seiring dengan sering berpindahnya IAIN saat itu yang mengalami beberapa kali perubahan dan perpindahan.
  • Selanjutnya saya kembali ke hotel pada pukul 18.00.

Jum’at, 15 Nopember 2013
  • Saya berangkat dari hotel pada pukul 07.30 menuju BLA.
  • Selanjutnya saya menuju rumah jabatan wakil gubernur, bertemu dengan Ibu Majdah, putri almarhum. Wawancara dengan beliau berlangsung pukul 09.35-10.50. Hasil pembicaraan dengan beliau di lampiran 5.
  • Setelah itu saya berkesempatan silaturahim dengan istri almarhum Ibu Hj. Andi Ukdah di tempat yang sama. Kondisi beliau saat itu sedang sakit, namun saya boleh berbincang-bincang dengan beliau pukul 11.00-11.30. Hasil pembicaraan dengan beliau di lampiran 6.
  • Setelah ishoma, saya melanjutkan perjalanan bertemu denngan Prof. H. Abdurrahim Yunus di Masjid Raya Makassar. Perbincangan dengan beliau berlangsung pukul 13.25-15.00. Hasil perbincangan di lampiran 7.
  • Kemudian saya kembali ke BLA untuk beristitahat sejenak, selanjutnya saya menuju kediaman Prof. H.Iskandar Idy, dan berbincang-bincang dengan beliau pukul 17.15-18.30. Hasil perbincangan dengan beliau di lampiran 8.
  • Setelah itu saya kembali ke hotel dan mempersiapkan diri  menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar untuk kembali ke Jakarta pada pukul 23.00.
Wuih hebat Bulan, pustakawan yang peneliti dan peneliti yang pustakawan. Akhirnya dia berhasil menjalankan misi ini. Gak kebayang buat Bulan ternyata dia mewawancari tokoh-tokoh besar dan penting. Dia mampu melakukannya dengan baik dan dia berhasil memperoleh data yang diinginkan. Tokoh-tokoh penting itu gak pernah kebayang buat Bulan. Dia bisa sebegitu dekat, cair, dan natural saja dengan lawan bicaranya. Walaupun awalnya masih rada nervous tetapi itu bisa dilalui dengan cepat. Bulan penuh percaya diri dan mantap.

Dari catatan Bulan,  ini lho tokoh-tokoh penting yang disambanginya: Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, MS (Rektor UIN Alauddin Makassar 2011-sekarang (saat itu penelitian tahun 2013), K. H. Sanusi Baco (Ketua MUI Propinsi Sulawesi Selatan, Ketua NU Propinsi Sulawesi Selatan, Pimpinan Pondok Pesantren Nahdatul Ulum Maros), K. H. Muhammad Ahmad (Ketua Umum DPP IMMIM/ Ikatan Masjid Musholla Indonesia Makassar, Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyana (rekan sejawat almarhum), Dr. Hj. Majdah (Rektor Universitas Islam Makassar, Istri Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Anak bungsu almarhum), Hj. Andi Ukdah (Istri almarhum), Prof. H. Abdurrahim Yunus (Sejarawan-Penulis Buku 30 tahun IAIN Alauddin Makassar), dan Prof. H. Iskandar Idy (Asisten almarhum selama menjabat sebagai Rektor).

Bravo buat Bulan. Dari lima hari yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini, Bulan hanya cukup tiga hari saja. Itu sudah  termasuk dua hari untuk pergi dan pulang. Bulan ngebut dihari kedua. Apa pasal. Telepon dari Jakarta mengabarkan anaknya masuk rumah sakit dan harus dioperasi. Wuih Bulan sedih dan sempat kalang kabut. Singkat cerita, Alhamdulillah operasi berjalan lancar dan sang putri selamat, kembali sehat wal afiat. Bulan sang pustakawan. Semoga jerih payahmu menanamkan nilai plus pada profesi pustakawan, membuat  para pimpinan lembaganya angkat topi pada profesi ini.

*Pustakawan pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama