Tampilkan postingan dengan label Organisasi Pustakawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Organisasi Pustakawan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Maret 2019

Sejarah Terbentuknya Forum Komunikasi Perpustakaan

Oleh: Lala*

Kali ini tema menulis lebih luas, tetapi wah juga ya karena titik fokusnya sekarang adalah penggunanya. Yang kedua ini, “organisasi kepustakawanan” yang akan menjadi topik tulisannya.

Langsung saja kepada inti pokok penulisan ini yang bercerita tentang sejarah terbentuknya Forum Komunikasi Perpustakaan. Tepatnya pada tanggal 25 September 2013, waktu itu masih Organisasi Perangkat Daerah lama sebelum digabung antara Kantor Arsip dan Kantor Perpustakaan menjadi Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sejak tahun 2017, Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen menggelar acara “Sosialisasi Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 dan Sosialisasi Forum Komunikasi Perpustakaan Sekolah dan Desa Kabupaten Sragen" di Gedung Kartini.  Kegiatan ini kurang lebih diikuti oleh seribu orang yang terdiri dari Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah, Camat, Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan, Kepala Sekolah, Kepala Desa, Pengelola Perpustakaan Sekolah dan Desa.

Sejarah Terbentuknya Forum Komunikasi Perpustakaan

Dalam sambutannya, Bupati Sragen yang menjabat waktu itu (Agus Fatchurrahman, SH. MH) menghimbau kepada para Kepala Sekolah untuk menjadikan perpustakaan sarana untuk mencerdaskan anak bangsa. “Jadikan mereka bertubuh sehat, cerdas, dan berkarakter membaca. Inilah rekayasa masa depan yang bisa kita lakukan. Dua puluh tahun lagi mungkin baru bisa kita nikmati hasil usaha kita hari ini,” tegas Bupati.

Sosialisasi Undang-Undang Perpustakaan disampaikan oleh Kepala UPT Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia Daerah Provinsi Jawa Tengah, Drs. Mulyono, M.Pd. Menurut Mulyono, Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang dimiliki.

“Perpustakaan kini sudah masanya dikelola secara professional. Perpustakaan tidak mungkin  berkembang kalau hanya diurus secara sambil lalu saja dengan menempatkan orang yang mampu menyusun buku atau tahan duduk berjam-jam lamanya. Sumber daya manusia di perpustakaan adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dan mempunyai kemampuan manajemen perpustakaan sebagai suatu usaha yangg tidak berdiri sendiri. Harus diakui, apabila dibandingkan dengan sejumlah negara maju lainnya, bahkan dengan negara-negara ASEAN saja kehidupan perpustakaan kita masih jauh ketinggalan, “ ujar Mulyono.

Sementara itu, Kepala Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen, Dra Tri Andiyas Wororetno mengatakan bahwa terbentuknya Organisasi Kepustakawanan Forum Komunikasi Perpustakaan Sekolah dan Desa ini didirikan dalam rangka memudahkan komunikasi, koordinasi, monitoring, pembinaan, pemberdayaan,  dan evaluasi perpustakaan sekolah dan desa.

Adapun susunan Pengurus Forum Komunikasi Perpustakaan Sekolah dan Desa adalah sebagai berikut :

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SD/MI  KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SD/MI  KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SMP/MTs  KABUPATEN SRAGEN


PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SMP/MTs  KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SMA/SMK/MA KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SMA/SMK/MA KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN DESA KABUPATEN SRAGEN


PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN DESA KABUPATEN SRAGEN


*Pustakawan Kabupaten Sragen
Email: mala.ae1903@gmail.com

Rabu, 06 Februari 2019

PUSTAKAWAN : NARSIS KOMUNITAS

Tulisan ini memang berawal dari sebuah topik yang tak lain sangat jauh dari konteks judul, sebenarnya topik yang saya ikuti adalah sebuah topik tentang “ghostwriter” dikalangan dunia tulis menulis karya ilmiah. Tapi saya berpikir kenapa setiap saya baca sebuah topik dari berbagai macam milis pustakawan, selalu saja topik itu-itu lagi yang di bahas dan yang membahasnya pun orang-orang itu lagi. Coba bayangkan, berapa banyak sekolah yang membuka jurusan ini, berapa banyak lulusan dari ilmu perpustakaan, ilmu informasi dan perpustakaan, ilmu perpustakaan dan informasi (berapa banyak lagi istilah dari jurusan keilmuan ini). Terkadang saya gelisah dan kalut dengan hal ini, kok banyak perbedaan seperti ini padahal ini satu rumpun toh?

Selain hal ini juga, kenapa selalu ada sekat (walaupun tidak terlihat jelas) antara tiap sekolah yang mengadakan rumpun ilmu ini. Dan organisasi profesinya pun bermacam-macam, ada organisasi yang menaungi kesarjanaan ilmu perpustakaan, ada organisasi yang menaungi pustakawan plat merah lah dan bla..bla..bla.. komunitasnya pun seperti itu, kadang ada komunitas pustakawan yang terkait dengan subjek. Tapi satu hal yang membuat saya tersenyum, dengan perbedaan tersebutlah maka komunitas lain menganggap kita ada.

Tapi entah mengapa, selalu saja saya ketika bertemu dan mengobrol dengan teman secara tidak sengaja (tak lain teman yang bukan kuliah di rumpun ilmu ini) mereka bertanya ada toh jurusan itu? Dalam hati, yah ada lo ajah g gaul. Tapi kenyataan memang seperti ini, kita kurang dikenal. Kenapa kita kurang dikenal? Yah apakah mungkin jawabannya adalah judul tulisan ini?

Di indonesia sendiri memang sudah menjadi realitas sendiri, bahwa terkadang pustakawan selalu bergumul dengan komunitas pustakawan lagi. Saya belum pernah melihat pustakawan bergumul secara intens dengan komunitas lain, atau malah membuat sebuah project dengan komunitas lain. Dan terkadang saya melihat pustakawan-pustakawan ini kok berasa kurang hidup atau apa memang mungkin saya baru freshgraduated dan belum benar-benar melihat gairah pustakawan-pustakawan yang memang notabene sungguh gagah berani mengkoar-koarkan semangat dan kreativitas demi mendapatkan pengakuan.

Seperti guru pun di indonesia masih belum dapat pengakuan dengan layak, bagaimana nasib pustakawan? Yah seperti itulah...begini adanya. Sebuah pengakuan, sebuah pesimistis, sebuah kegagalan tapi itu semuanya dapat memunculkan sebuah mimpi, harapan, cita dan semangat.

Bandung, malam pekat dan detik-detik terakhir..

Original post in http://kebomenari.blogspot.com/2012/02/pustakawan-narsis-komunitas.html