Tampilkan postingan dengan label Lala. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lala. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 April 2019

Pertemuan Forum Perpustakaan SD/MI di Sragen

Oleh: Lala*

Hari Kamis, 18 April 2019 Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Budaya Kabupaten Sragen mengadakan sosialisasi dan diskusi tentang kepustakawan yang bertempat di Aula Koperasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaaan Kabupaten Sragen dengan sejumlah 40 peserta.

Pertemuan Forum Perpustakaan SD/MI


Yang hadir dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen Bapak Hadi Sutopo (Kepala Bidang SD) dan Bapak Indri (Bag. Kurikulum). Sedangkan dari Dinas Arsip dan Perpustakaan, Ibu Dwi Astuti (Kabid. Pembinaan dan Pengembangan Arsip dan Perpustakaan), Bapak Romi Feriyanto Saputro (Kasi. Pembinaan Arsip dan Perpustakaan) dan Dewi Nurlaila Cahya Sari (Pustakawan) sebagai Narasumber diskusi tentang “Tertip Administrasi Perpustakaan.”

Pertemuan Forum Perpustakaan SD/MI

Diskusi kali ini asyik dan menyenangkan karena terkait pengangkatan CPNS (Calan Pegawai Negeri Sipil) dan P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak) yang baru anget-angetnya. Bapak Hadi Sutopo memberikan sosialisasi tentang usulan formasi pustakawan untuk Kabupaten Sragen tidak di acc oleh pusat. Formasi pustakawan yang tidak ada di Kabupaten Sragen bukan kesalahan dari BKPP (Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan) maupun Dikbud, karena dua OPD (Organisasi Perangkat Daerah) tersebut sudah mencoba mengusulkan tetapi dari pusat di acc.

Ketua Forum Komunikasi Perpustakaan SD/MI Kabupaten Sragen, Ari Setyawan bertanya tentang sarana dan prasarana perpustakaan yang belum memadai. Dijawab langsung oleh Bapak Hadi Sutopo, kenapa sarpras di perpustakaan begitu? dikarenakan belum semuanya memiliki dana untuk membangun gedung perpustakaan. Dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen sudah mengusulkan pembangunan gedung untuk Kesolahan dengan kriteria yang benar-benar roboh. Untuk dana sarpras selain untuk gedung bisa dianggarkan dari dana sekolah bersangkutan sendiri.

Pertemuan Forum Perpustakaan SD/MI

Dari Narsumber mengisi tentang tertipnya administrasi perpustakaan sekolah, untuk menyongsong lomba perpustakaan sekolah tingkat SD yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 2019. Adiministrasi terdiri dari Profil Perpustakaan Sekolah (SK Pendirian, SK Kepala Perpustakaan, SK pustakawan, struktur organisasi, NPP, program kerja, sarpras, dll), standar luas gedung, koleksi buku minimal 1000 eksemplar, pembagian ruang, waktu jam buka, statistic, promosi, kerjasama serta Standar Operasional Prosedur Perpustakaan.

*Pustakawan Arpusda Sragen

Kau Anggap Tidak Bekerja

Oleh: Lala*

Apa sih salahku padamu?
Makan bakso aja enak
Kenapa kau makan omongan orang?

Pustakawan katamu gak ada kerjaan
Lihat dong, bro.... Jangan asal percaya
Baru katanya kok, dipercaya
Dengarkan yang lain juga!!!

20 menit ku berkutat
20 menit demi sebuah buku
20 menit proses yang ku alami

CAP/Stempel, klasifikasi,entry, cetak+tempel barcode
Cetak+tempel label,scan cover, edit ukuran scan, upload cover
Tempel SLIP dan shelving

Itu semua proses
Proses dimana seorang pustakawan bekerja demi sebuah bahan pustaka
Ingat ya!!! Sebuah artinya untuk satu bukunya

Maka, lihatlah prosesnya
Jangan menilai orang dari luarnya saja
Jangan mudah percaya omongan yang gak penting

Katanya melawan HOAX
Buktikan dong, lihat dan perhatikan
Sepihak saja yang kau dengar....
Benar saja, kau anggap tidak bekerja

*Pustakawan Sragen

Rabu, 13 Maret 2019

Sejarah Terbentuknya Forum Komunikasi Perpustakaan

Oleh: Lala*

Kali ini tema menulis lebih luas, tetapi wah juga ya karena titik fokusnya sekarang adalah penggunanya. Yang kedua ini, “organisasi kepustakawanan” yang akan menjadi topik tulisannya.

Langsung saja kepada inti pokok penulisan ini yang bercerita tentang sejarah terbentuknya Forum Komunikasi Perpustakaan. Tepatnya pada tanggal 25 September 2013, waktu itu masih Organisasi Perangkat Daerah lama sebelum digabung antara Kantor Arsip dan Kantor Perpustakaan menjadi Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sejak tahun 2017, Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen menggelar acara “Sosialisasi Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 dan Sosialisasi Forum Komunikasi Perpustakaan Sekolah dan Desa Kabupaten Sragen" di Gedung Kartini.  Kegiatan ini kurang lebih diikuti oleh seribu orang yang terdiri dari Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah, Camat, Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan, Kepala Sekolah, Kepala Desa, Pengelola Perpustakaan Sekolah dan Desa.

Sejarah Terbentuknya Forum Komunikasi Perpustakaan

Dalam sambutannya, Bupati Sragen yang menjabat waktu itu (Agus Fatchurrahman, SH. MH) menghimbau kepada para Kepala Sekolah untuk menjadikan perpustakaan sarana untuk mencerdaskan anak bangsa. “Jadikan mereka bertubuh sehat, cerdas, dan berkarakter membaca. Inilah rekayasa masa depan yang bisa kita lakukan. Dua puluh tahun lagi mungkin baru bisa kita nikmati hasil usaha kita hari ini,” tegas Bupati.

Sosialisasi Undang-Undang Perpustakaan disampaikan oleh Kepala UPT Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia Daerah Provinsi Jawa Tengah, Drs. Mulyono, M.Pd. Menurut Mulyono, Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia. Tinggi rendahnya peradaban dan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari kondisi perpustakaan yang dimiliki.

“Perpustakaan kini sudah masanya dikelola secara professional. Perpustakaan tidak mungkin  berkembang kalau hanya diurus secara sambil lalu saja dengan menempatkan orang yang mampu menyusun buku atau tahan duduk berjam-jam lamanya. Sumber daya manusia di perpustakaan adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dan mempunyai kemampuan manajemen perpustakaan sebagai suatu usaha yangg tidak berdiri sendiri. Harus diakui, apabila dibandingkan dengan sejumlah negara maju lainnya, bahkan dengan negara-negara ASEAN saja kehidupan perpustakaan kita masih jauh ketinggalan, “ ujar Mulyono.

Sementara itu, Kepala Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen, Dra Tri Andiyas Wororetno mengatakan bahwa terbentuknya Organisasi Kepustakawanan Forum Komunikasi Perpustakaan Sekolah dan Desa ini didirikan dalam rangka memudahkan komunikasi, koordinasi, monitoring, pembinaan, pemberdayaan,  dan evaluasi perpustakaan sekolah dan desa.

Adapun susunan Pengurus Forum Komunikasi Perpustakaan Sekolah dan Desa adalah sebagai berikut :

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SD/MI  KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SD/MI  KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SMP/MTs  KABUPATEN SRAGEN


PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SMP/MTs  KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SMA/SMK/MA KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN SMA/SMK/MA KABUPATEN SRAGEN

PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN DESA KABUPATEN SRAGEN


PENGURUS FORUM KOMUNIKASI PERPUSTAKAAN DESA KABUPATEN SRAGEN


*Pustakawan Kabupaten Sragen
Email: mala.ae1903@gmail.com

Selasa, 29 Januari 2019

Pustakawan itu makhluk yang sukanya jalan-jalan

Oleh: LaLa*
Email: mala.ae1903@gmail.com

Kali ini tentang pengalaman pribadi kami sebagai pustakawan. Sejak bekerja di perpustakaan kami ditempatkan sebagai staf di pengadaan, pengolahan, dan pelestarian bahan pustaka. Kegiatan itu meliputi pengadaan buku yang awalnya menampung katalog-katalog yang ditawarkan kepada instansi kami, kemudian memilih buku yang terbitan teranyar dengan tema yang sedang hits di masyarakat kala itu. Contohnya waktu penanyangan film Ayat-Ayat Cinta di bioskop, langsung deh ngincer judul tersebut dan menulis di daftar list buku yang mau dibeli. Tidak sekedar memilih saja dari katalog penerbit yang dikirim, kami para pustakawan juga memantau apa yang diminati oleh masyarakat dengan mendata buku-buku apa saja yang sering dibaca di perpustakaan serta memberikan para pemustaka secarik kertas dengan isian, buku apa yang belum ada di perpustakaan yang ingin sekali mereka baca. Dengan data tersebut dapat melengkapi daftar list pengadaaan buku yang akan dibeli sesuai dengan sasaran dan target memenuhi kebutuhan para pemustaka. Setelah terkumpul daftarnya kami memberikan daftar kepada bendahara agar daftar tersebut dapat diberikan kepada pihak ke 3 (tiga) atau rekanan yang bekerjasama dengan instansi kami untuk membelikan buku tersebut. Setelah buku datang dan dilakukan verifikasi, tahapan selanjutnya adalah pengolahan bahan pustaka. Yang berkutat dengan kegiatan yang jelimet dan segala kegiatan yang banyak membutuhkan plekenik atk (alat tulis kantor). Bukan sekedar kertas dan tinta, tapi juga membutuhkan pensil beserta penghapusnya, penggaris, isolasi, gunting, cutter, lem, dan bolpoint.

Perpustakaan
Credit: Pixabay
Iya sih sekarang sudah pakai aplikasi otomasi dalam melaksanakan kegiatan pengolahannya. Dengan adanya aplikasi tersebut dengan hanya meng-entry saja nanti sudah dapat mencetak kartu katalog, nomor barcode (sebagai pengganti nomor inventaris), serta call number. Tetapi sebelum di entry, ditentukan dulu subyek dari buku-buku tersebut dengan menggunakan pedoman DDC (Dewey Decimal Classificasion). Setelah kegiatan pengolahan selesai kemudian tata di rak buku (shelving) sesuai dengan urutan dan ditata rapi sesuai dengan urutan nomor klasifikasi dari 000 sampai 900. Tidak berhenti disitu saja, dalam kegiatan shelving apabila menemukan buku yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi oleh pemustaka seumpamanya robek, cover hilang, lem buku sudah tidak melekat dll itu perlu dikeluarkan dari rak untuk didata. Setelah itu dipilah apabila buku tersebut bisa diperbaiki maka dilakukan perbaikan apabila tidak bisa, maka di data dan dicatat untuk bahan pengahapusan aset dan dihaturkan kepada bendahara aset. Itu semua adalah kegiatan rutinitas yang dilakukan setiap hari.

Selain kegiatan rutinistas diatas, pustakawan harus bisa memenuhi amanat dari pembukaan UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membina perpustakaan sekolah, desa maupun swasta untuk bisa memberikan pelayanan yang optimal untuk masyarakat. Nah ini yang menjadi ide penulis untuk dituangkan dalam judul tulisan yaitu “Pustakawan itu makhluk yang suka jalan-jalan”. Dalam kegiatan pembinaan perpustakaan yang pertama dilakukan adalah membuat surat pemeberitahuan kepada perpustakaan yang akan dibina. Yuk saatnya jalan-jalan, sesampainya disana para pustakawan memberikan pembinaan bagaimana mengelola perpustakaan, mengolah buku, meminjamkan buku dll.

Selain  itu dihari kerja efektif, para pustakawan kami jalan-jalan ke perpustakaan sekolah dasar dengan jadwal tertentu dengan menggunakan armada mobil keliling di 20 kecamatan. Walaupun di sekolah sudah terdapat keberadaan gedung perpustakaan, namun menurut testimoni dari sebagian petugas perpustakaan sekolah yang kami kunjungi merasa senang, karena buku yang disediakan oleh perpustakaan keliling beraneka ragam dan sebagian besar tidak ada di perpustakaan sekolah.

Tidak hanya hari kerja, perpustakaan keliling pada waktu weekend jalan-jalan juga ke obyek wisata dan CFD (Car Free Day). Hari Sabtu berkunjung di LAPAS, sedangkan obyek wisata terjadwal tiap minggu di CFD, Ndayu Park dan Bayanan.

Karena setiap tahun Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Propinsi Jawa Tengah mengadakan lomba perpustakaan umum kabupaten/kota, perpustakaan desa, perpustakaan SMA/SMK/MA, dan pustakawan berprestasi tingkat propinsi, maka instansi kami mengadakan kegiatan lomba tersebut ditingkat kabupaten. Disitu pustakawan dijadikan peran dalam tim juri, jalan-jalan lagi. Hihihi

Apalagi dengan adanya kerjasama perpustakaan dengan Perpuseru, dapat membuka wawasan kami para pustakawan. Dalam kerjasama ini kami diajak jalan-jalan melulu, ada kegiatan PLM (peer learning meeting), lokakarya, pelatihan dll itu kami diundang keluar kota diberikan fasilitas hotel berbintang, dibiayai akomodasi dan transportasi (mobil jemputan, kereta api, bus, pesawat, taxi pesawat). Bahkan setiap tahun ada kegiatan Perpuseru award, dengan segala lomba ataupun sekedar penghargaan, kami jalan-jalan lagi untuk berusaha menjadi pemenang. Dengan cara study banding ke berbagai perpustakaan yang mendapatkan predikat juara nasional, propinsi, dan bahkan sharing dengan pustakawan-pustakawan teladan.

Dengan begitu munculah dampak-dampak positif dari perpustakaan untuk masyarakat, dan gugurlah anggapan bahwa perpustakaan itu tidak hanya berisi tumpukan buku tetapi perpustakaan sebagai pusatnya kegiatan masyarakat. Dengan program pemberdayaan masyarakat maka kami jalan-jalan mencari komunitas yang ada di wilayah kami, untuk mengetahui apa saja kegiatan mereka. Munculah kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memberdayaan masyarakat contohnya memberikan fasilitas secara gratis seperti aula perpustakaan untuk mereka berkumpul, tidak hanya itu karna di instansi kami ada BLC (Bordband Learning Center) maka para komunitas tersebut juga dapat menggunakan 25 (dua puluh lima) komputer untuk mendukung kelancaran kegiatan mereka. Mengadakan kegiatan seminar, semiloka, lokakarya, pelatihan, bimtek, dll itu adalah hasil dari pustakawan yang suka jalan-jalan.

*Pustakawan Kabupaten Sragen