Sabtu, 02 Maret 2019

Menulis Untuk Eksis

Man jadda wa jada, barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil. Itulah moto dari salah seorang informan yang Admin Pustakawan Blogger (PB) wawancarai untuk minggu ini. Seorang pustakawan yang aktif menulis di berbagai media. Bahkan, sudah menulis empat buku terkait dunia kepustakawanan.

Kendati sehari-hari sibuk sebagai pustakawan di salah satu perguruan tinggi negeri Islam sekaligus seorang ibu, tapi luar biasa, masih sempat meluangkan waktunya untuk menulis.

Menariknya, informan yang super kreatif ini juga pernah berkolaborasi menulis buku dengan Atin Istiarni yang ketagihan menulis CFP (baca: Pokoknya Asyik Banget, Saya Jadi Ketagihan). Selain itu, pustakawan keren yang satu ini juga berpengalaman menjadi narasumber dan memperoleh penghargaan di dunia kepenulisan. Mau tahu seperti apa pengalaman informan yang satu ini? Yuk, langsung simak saja wawancaranya dengan Triningsih berikut ini:

Triningsih, SIP
Triningsih, SIP

Anda itu rajin menulis. Di jurnal, opini media massa, di situs IAIN Surakarta, call for paper (CFP), bahkan buku. Boleh tahu, kapan pertama kali menulis? Dan apa motivasinya?

Kalau dibilang rajin sepertinya enggaklah. Soalnya saya merasa masih malas-malasan dalam menulis, masih kalah rajin dengan teman-teman pustakawan yang lainnya. Saya mulai menulis belum lama, mulai tahun 2016. Itu terjadi, mungkin karena saya ikut komunitas, jadi gereget untuk menulis selalu muncul.

Ok, berarti awalnya ikut komunitas menulis ya? Tapi motivasi mendasar karena apa? Ingin berbagi? Tuntutan kerja atau apa?

Maksud saya begini, saya kan sukanya jalan-jalan, terus upload foto, lama-lama kok ada yang kurang. Saya ingin upload tersebut itu juga bermanfaat bagi orang lain. Sepertinya keren kalau tulisan yang di upload. Keinginan itu makin muncul ketika ada teman yang upload tentang tulisan (di media massa/website/jurnal/buku). Pustakawan yang menulis itu kereeen ya. Dalam hati saya sudah tertanam demikian.

Usut punya usut, saya biasa mencari kontak person pustakawan tersebut untuk bisa berbagi ilmu dengan saya. Misal Mas Mursyid, Mba Atin, Pak Syawqi, Ibu Tri Hardiningtyas, Ibu Endang Fatmawati, Mas Wahid Nashihuddin dan lainya. Kebetulan mereka sangat loyal membagi ilmunya. Disatu sisi saya juga ikut komunitas. Di komunitas tersebut tidak ada obrolan lain selain membahas tentang kepenulisan, literasi, pustakawan, buku. Di komunitas tersebut pustakawannya keren-keren selalu berbagi event/kegiatan. Saya ingin eksis, jadi saya menulis.


Wow keren. Ok, khusus untuk buku, sudah berapa yang diterbitkan? 

Tahun 2016 ada dua, tahun 2018 ada satu (kolaborasi dengan Mba Atin) dan tahun 2019 ada satu. Kalau buku antologi yang karya bersama pustakawan-pustakawan yang lain ada beberapa.

Andai Perpustakaan Seperti Mall, 2016, BukuKu Media
Andai Perpustakaan Seperti Mall (2016)

Menjadi Pustakawan Kaya (2016), Jejak Pena Pustakawan (2018), Perpustakaan & Budaya Baca (2019)
Menjadi Pustakawan Kaya (2016), Jejak Pena Pustakawan (2018), Perpustakaan & Budaya Baca (2019)

Bagaimana rasanya sudah menulis buku?

Masih biasa-biasa saja, belum WOWW. Barangkali harus terus dan terus menulis agar dapat kata tersebut. He...he…

Selama ini, apa impak bagi Anda setelah menulis?

Dahaga terasakan sudah. Rasanya plong saja ketika bisa melepaskan apa yang ada di benak pikiran. Salah satu terapi kesehatan bagi saya dan mengurangi stres, serta bisa seimbang psikologis saya, ya dengan menulis, terapi kesehatan. Impak yang lain tetap ada misalnya honor, lebih dikenal (walau belum pernah ketemu langsung, tapi akrab degan nama saya), percaya diri makin bertambah, kredit point saya sebagai pustakawan terus bertambah.


Sebelumnya, apakah Anda ada keinginan atau cita-cita menulis buku?

Cita-cita sejak dari dulu. Apalagi waktu kuliah, ada buku Pak Sulis, Pak Lasa, dan lain-lain. Ditambah lagi sekarang tiap hari bergelut dengan buku. Mosok shelving bukunya orang lain melulu. Buku karya kita kapan di shelving di perpustakaan? Malu dooongg....

Ide nulis buku biasanya dari mana?

Bukan hanya buku, kebetulan saya itu sukanya menulis opini. Biasanya dari suatu event/acara (CFP, buku antologi, lomba). Kadang melihat kalender, peristiwa dan tanggal berapa di tiap bulannya (misal HAB Kemenag tanggal 3 Januari, dan lain-lain).

Ada pengalaman menarik selama menulis?

Sensasinya terasa terus, dikenal sama orang yang memang belum kenal. Mahasiswi yang tiba-tiba ngajak salaman dan menanyakan kabar, dosen & staf yang tiba-tiba menyapa terus ngobrol, Bu Kabiro IAIN Surakarta yang tiba-tiba minta diajarin nulis. Kalau lagi ikut seminar/CFP dimana gitu, tiba-tiba dideketin & ngajak ngobrol, banyak yang chat pengen kenal & minta resep menulis, dan lain-lain. Pokoknya asyik.


Kalau ada pustakawan yang ingin menulis, kira-kira apa tipsnya?

  • Menulis dimulai sekarang
  • Menulis yang dikuasai
  • Menulis dengan target yang jelas
  • Menulis dengan melihat kelompok pembaca
  • Menulis dengan menyusun sumber informasi
Sebenarnya itu juga pernah saya tulis di situs IAIN Surakarta. Tips tersebut juga pernah saya sampaikan ketika menjadi narasumber Dies Natalis UKM Dinamika IAIN Surakarta, dengan judul Menumbuhkan Budaya Menulis Generasi Milenial, bulan September 2018.

Andakan sibuk dengan perkerjaan sebagai pustakawan, lalu kapan waktu untuk menulis?

Nulis bisa kapan saja. Yang terpenting bikin garis besarnya dulu. Kebetulan saya di bagian sirkulasi. Balik lagi ke tadi, ya bahwa garis besar itu yang penting. Sambil jaga di sirkulasi (peminjaman/pengembalian buku) biasanya pengen nulis tentang tema apa gitu? Misal tentang ibu, kira-kira yang menarik apa ya? Kaitannya dengan perpustakaan apa ya? Karena saya ingin semua tulisan saya mengandung perpustakaan/literasi. Apa saja yang ingin saya masukkan di alinea-alinea nanti. Katakanlah, jika opini itu panjangnya 1,5 - 2 halaman, sekitar 5-8 alinea, terus cari itu ide-idenya di alinea 1, alinea 2, dan seterusnya.

Ini sambil melayani pemustaka IAIN Surakarta yang super duper banyak. Jangan lupa sambil senyum ke pemustaka. Tulis ide-ide penting di buku kecil/buku catatan. Terus cari juga sumber rujukan. Pas kan ya, sambil melayani juga browsing di OPAC pakai komputer sirkulasi lagi. Terus lari ke rak sebentar. Kalau sudah dapat ide-idenya & dtulis di buku catatan, cepat kok mengembangkan tulisan tersebut. Kalau bisa di kantor ya di kantor. Kalau nggak bisa, ya di rumah saat longgar waktunya.


Siapa penulis favorit Anda?

Kalau yang tentang perpustakaan penulis kesukaan: Pak Lasa, Mas Mursyid, Pak Wiji Suwarno, Ibu Tri Hardiningtyas-UNS, Ibu Endang Fatmawati, Mas Wahid Nashihuddin. Itu untuk yang berat-berat. Kalau yang ringan, suka dengan idenya Ahmad Syawqi, biasanya kesitu.

Kalau di luar perpustakaan, sukanya Kang Abik (Habiburahman el Sirazy), Asma Nadia di kolom Resonansi Republika. Yang penulis-penulis lain suka juga, tapi ya sesuai tema tulisan yang sedang saya garap.

Apa saja hambatan yang ditemui ketika menulis?

Hambatan ketika menulis yaitu masalah fokus. Jadi, saya harus bisa mencuri kefokusan ketika menjalani peran sebagai pustakawan, sebagai istri, sebagai ibu. Tatkala di benak saya sudah tertanam ide menulis tentang ibu, maka di setiap aktivitas saya tersebut terus mencari apa saja yang ingin saya masukkan/saya tulis untuk mendukung & mengembangkan artikel tentang ibu.


Ada pesan untuk para pustakawan? 

Pesan untuk pustakawan di seluruh nusantara: harus bangga dengan profesi pustakawan, nikmati peran sebagai pustakawan & gali potensi untuk negeri salah satunya adalah pustakawan menulis agar tetap eksis.

Apa moto terbaik Anda? 

Man jadda wa jada, siapa yang bersungguh pasti akan mendapatkannya. Contohnya ya ketika ingin jadi penulis ya harus sungguh-sungguh belajarnya.

Ok, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk wawancara. Sukses selalu untuk Anda.

Iya, sama-sama. Do'a yang sama untuk Mas Murad Maulana "sukses selalu."


Profil Singkat

Nama: Triningsih, SIP
Pendidikan:
  • 2006: S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Pekerjaan:
  • Pustakawan IAIN Surakarta
  • Pengajar Tidak Tetap di Universitas Terbuka Surakarta
Pengalaman Berkarya:
  • Penulis artikel terpublikasi dalam buku bunga rampai pustakawan, baik di Yogyakarta maupun Surakarta
  • Penulis Jurnal
  • Penulis artikel di media on-line (www.iainsurakarta.ac.id)
  • Penulis artikel di media massa (SKH Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Harian Bernas Yogyakarta, Harian Wawasan Semarang, & Harian TribunJateng)
  • Penulis Buku 
Pengalaman Sebagai Pembicara:
  • Narasumber Workshop Perpustakaan Bagi Mahasiswa Baru IAIN Surakarta tiap tahun ajaran baru.
  • Workshop Kepenulisan dalam rangka DIES Natalis UKM Dinamika XVIII IAIN Surakarta, September 2018.
Penghargaan:
  • Kontributor Artikel terbanyak d website IAIN surakarta.ac.id tahun 2018 & 2019
  • Nominasi 3 Ajang IALA (Indonesian Academic Libraria Award) 2018 FPPTI Jawa Tengah
Daftar Publikasi Buku:
  • Andai Perpustakaan Seperti Mall, 2016, BukuKu Media
  • Menjadi Pustakawan Kaya! Kaya Ide, Kaya Gagasan, & Kaya Kreativitas, 2016, BukuKu Media
  • Jejak Pena Pustakawan, 2018, Azyan (Kolaborasi Atin Istiarni)
  • Perpustakaan dan Budaya Baca Tulis, 2019, Azyan
Media Sosial:
Tulisan lain karya Triningsih di IAIN Surakarta: http://www.iain-surakarta.ac.id/?s=triningsih

Demikian sesi wawancara minggu ini. Semoga melalui tulisan ini bisa diambil pelajaran penting, khususnya bagi para pustakawan yang ingin tetap eksis, ada dan berkembang. Menulis adalah salah satu cara agar pustakawan tetap eksis seperti yang dilakukan Triningsih. Semoga bermanfaat.

#salampustakawanblogger

12 komentar:

  1. Warbiasah....keren yang diwawancara keren juga yang mewawancara....semoga saya dapat belajar utk bisa seperti itu...semangadhhh
    Terima kasih atas sharingnya mb triningsih dan mas murad

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mksh ibu Hariyah. Walau kita blm pernah kopi darat, tp saya sdah mngenal ibu lewat tulisan. Terakhir kmrn saya baca tulisan ibu d jurnal. Saya sangat suka & terinspirasi...

      Hapus
  2. Salut, mBak Triningsih. Semoga inspirasi dan keteladanan dari Anda dapat sangat menular ke sejawat pustakawan lainnya. Semoga bisa ditambah dengan buku-buku yang ditujukan untuk pemakai perpustakaan.

    Saya suka cerita Anda mengenai alat atau mekanik untuk memperlancar proses penulisan, yaitu buku kecil (log ide) untuk mencatat ide sampai rujukan yang diperlukan.

    Sekadar info ekstra, milyarder Richard Branson, penulis ilmiah dan fiksi ilmiah Isaac Asimov sampai penyanyi/pencipta lagu sohor Taylor Swift, melakukan hal yang sama.

    Sukses selalu.

    Bambang Haryanto

    https://kutubukuku.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mksh pak Bambang, smoga lahir karya saya selanjutnya, atau pak Bambang dulu yg melahirkan buku tsb. Atau malah kita saling berlomba ttg karya agar segera lahir. Pustakawan hrs semangat!!

      Hapus
  3. Jadi semakin semangat saya nulis blog.. Semoga saja tertular juga..

    BalasHapus
  4. Wah mantap... Ternyata kita sendiri bisa menjadi media dari pekerjaan kita..

    Jarang banget bloger yg ngukas dunia kerjanya.. Banyakan ya sok traveling, sok kuliner dan sok melankolis sendiri..

    No mention ya..

    BalasHapus
  5. Kisah menarik tentang dua Sastra..

    Memang menulis paling mengasikan meski terkadang ada rasa jenuh yang harus kita hadapi...

    Tetapi jika tekun dan kreatif mungkin hasilnya akan sebanding seperti kisah diatas..πŸ˜„πŸ˜„

    BalasHapus
  6. Biasanya orang yang gemar bahkan hobi dari membaca dan menulis, kepribadianya punya kelebihan tersendiri. Itu karna termotifasi dari banyaknya ilmu yg di dapat dari gemarnya baca tulis.

    BalasHapus
  7. Saya selalu merasa gak kecilll banget kalau baca tentang pustakawan yang gemar menulis buku.
    Karena saya belum bisa seperti itu hehehehe

    Tapi motto man jadda wajaddah itu semacam jawaban dari perasaan saya, bahwa saya pasti bisa menulis buku kalau saya mau berusaha :)

    BalasHapus
  8. Woow, hebat banget. Wanita tangguh yg gigih buat wujudin apa yg diinginkan.

    Jadi semangat lagi buat nulis. Makash, ini udh jadi penyemangat baru buat diriku sendiri yg mash suka males dan gaje hehe

    BalasHapus
  9. Saya, dari SMA menulis tapi novel blm kelar kelar. . Kdg perlu motivasi kayak gini utk kembali bangun dari semangat taik ayam iniπŸ˜‚

    BalasHapus
  10. Tulisan yg ringan renyah dan realistis, sangat memotivasi pembaca...semangat berkarya mba tri..cayooo

    BalasHapus