Jumat, 22 Februari 2019

Pokoknya Asyik Banget, Saya Jadi Ketagihan

Lakukan yang terbaik, masalah hasil nanti akan mengikuti"
Hidup penuh manfaat. Itulah idealnya yang diinginkan manusia. Itu berlaku untuk siapa saja, tak terkecuali dengan seorang pustakawan. Berbagi pengalaman positif yang menarik tentunya bagian dari cita-cita menjadi pustakawan bermanfaat. Nah, pengalaman positif jika hanya dipendam saja, tentu akan mubazir. Oleh karenanya, admin Blog Pustakawan Blogger (PB) membuat segmen special wawancara secara khusus dengan tema tertentu. Insya Allah,  akan di update setiap minggu atau bulan, menghadirkan orang-orang inspiratif di dunia kepustakawanan.

Kali ini, siapa yang admin Blog PB wawancarai? Dialah seorang pustakawan muda, cantik, energik, pintar, kreatif, pokoknya keren deh. Banyak  prestasinya. Pustakawan muda ini telah banyak berkarya terutama menulis di media massa, menulis buku, menulis di jurnal dan tentu saja call for paper (CFP) baik di dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, pastinya juga pernah diundang sebagai narasumber workshop kepenulisan. Penasaran dengan dia itu siapa? Yuk, baca hasil wawancara admin Blog PB secara khusus bersama Atin Istiarni tentang pengalamannya terkait CFP.

Apa motivasi Anda ikut CFP?

Motivasinya ingin memiliki banyak teman dari  berbagai negara, melatih berbicara didepan orang banyak dan mendengarkan. Tentunya menjaga dan meningkatkan kualitas tulisan. Ingat, yang paling ditekankan itu ikut CFP untuk belajar, jangan hanya karena piknik.

Bisa diceritakan awalnya ikut CFP?

Awalnya saya ikut CFP karena ketidaksengajaan. Waktu itu ada tugas kuliah dari Prof. Sulis untuk mengirimkan abstrak ke Congress of Southeast Asia Librarians (CONSAL). Saat itu saya ndak tau apa itu CONSAL. Saya mengerjakan abstrak itu hanya dalam waktu beberapa hari karena banyak tugas kuliah yang lain yang  juga perlu dikumpulkan hari itu juga. Setelah beberapa hari ngirim abstrak, ada email masuk. Semacam Letter of Acceptance dari CONSAL. Saya malah bingung harus ngapain karena keterbatasan pengetahuan saya tentang konferensi atau CFP.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya berangkat dan presentasi di Bangkok. Mungkin karena ketidaktahuan (hanya sedikit tahu saja) itu saya malah berani (dalam artian tidak mengundurkan diri, rasa nerveous pasti ada lah) berbicara di konferensi itu dengan bahasa Inggris yang ala kadarnya dan di panel dengan doktor dari India dan kawan dari Universitas Indonesia (UI). Saat sesi tanya jawab saya salah menjawab. Dan tidak ada yang complain.

Saya di sana melihat banyak orang-orang berdasi, berpakaian formal dan melihat orang-orang serius sedangkan saya masih mahasiswa ecek-ecek dengan tulisan recehan. Tapi, kok orang-orang memandang seperti "anda hebat bisa lolos CFP".  Sejak saat itu, ada rasa ketagihan untuk  mencoba dan mencoba lagi ikut CFP.

Dengan demikian, tugas-tugas menulis dari dosen itu pentingkah? 

Penting sekali. Pesan yang selalu saya ingat dari dosen-dosen adalah "tugas-tugas ini jangan hanya berhenti sampai pada penilaian di kelas saja". Tugas-tugas itu harus diberdayakan dan diimplementasikan di dunia kerja agar pemikiran-pemikiran fresh dari bangku kuliah bisa bermanfaat.

Sudah berapa kali ikut CFP? Dimana saja?

Saya baru 4 kali ikut. CONSAL (Bangkok), ICoASL (Indonesia), CFP Rekonstruksi Peran Pustakawan yang di selenggarakan Universitas Negeri Malang, dan terkahir IFLA.  Kalau yang coba-coba dan gak lolos di KPDI 10  (2017) & KPDI11 (2018).

Lantas, hasil rekomendasi dari CFP itu, apa sudah diimplementasikan?

Tulisan yang saya kirim di Bangkok itu sudah diimplementasikan di SMK Negeri 1 Kasihan Bantul. Begitu juga di ICoASL juga sudah di sudah di laksanakan.  Kalau yg di Malang itu sudah saya jalankan di Universitas Muhamadiyah Magelang (UMM) meskipun belum maksimal karena saya kerjakan sendiri. Yang IFLA itu, kan tentang penggunaan pakaian adat Jawa untuk bekerja. Nah, di beberapa tempat memang telah melakukannya meskipun itu bukan murni inovasi  pustakawan melainkan kebijakan pemda. Saya juga belum memiliki koneksi untuk memasukkan rekomendasi tentang mengggunakan pakaian adat untuk bekerja di perpustakaan. Sedangkan saya sendiri belum bisa memakainya saat bekerja karena terbentur juga dengan aturan kampus.


Selain menulis CFP Anda juga menulis opini di media massa, buku, dan di jurnal. Nah, bagaimana Anda bisa membagi waktu untuk menulisnya?

Semasa kuliah selama 1.5 tahun itu setiap hari di jejeli tugas yang nggak berhenti-berhenti hingga menjadi kebiasaan. Biasanya saya mengerjakan saat di rumah malam atau dini hari. Atau di kantor juga saat misal saat piket di layanan kan sambil nunggu mahasiswa transaksi  biasanya saya gunakan untuk mencari referensi atau menulis sedikit-sedikit.  Jadi, saya menulis tentu tidak langsung sehari jadi. Kecuali yang di media  masa itu tulisan harus segera jadi, takut kehilangan moment yang tak mungkin terulang, tsaahhh...

Boleh tahu, ide atau gagasan menulis untuk CFP biasanya dari mana? 

Masalah ide, darimana saja bisa datang. Ide itu tidak boleh dipaksakan, nanti malah nggak keluar idenya, stres sendiri uring-uringan. Biarkan mengalir, santai, lihat sekeliling, baca-baca referensi, nanti ide akan datang menghampiri tak terduga. Kalau dipaksakan akibatnya nanti malah jadinya gak murni dari pemikiran kita. Intinya kalem-kalem saja. Pengalaman mendapat ide paling menjengkelkan itu saat dini hari tiba-tiba terbangun karena ada ide datang. Tidak bisa tidur lagi. Padahal badan capek.

Apa manfaat mengikuti CFP selama ini bagi Anda? 

Bisa kenal banyak orang dan belajar dari banyak orang. Kebijakan dalam anggaran perpustakaan yg menganggarkan dana untuk CFP. Itu hal yang tak terduga. Dan tentu bermanfaat untuk teman2 lain. Lebih banyak pengalaman batin itu yg susah dijelaskan. Seneng aja ketemu banyak orang. he...he...


Banyak teman-teman pustakawan yang belum percaya diri menulis, apa tips Anda agar lebih percaya diri untuk menulis?

Biar percaya diri, ya dicoba nulis, juga berbaur dengan teman-teman yang biasa nulis. Nanti akan timbul sendiri kok. Intinya harus dicoba. CTCTTT: coba, tulis, coba, tulis, tulis, tulis.

Tips dan persiapan apa saja untuk pustakawan yg ingin ikut CFP dan bisa diceritakan garis besarnya teknik/proses pembuatan CFP? 

Cari ide sederhana, tapi unik. Lalu tuliskan. Bisa buat “bank topik.” Jangan lupa, cari teman untuk diskusi misalnya dosen, teman sejawat atau juga teman yang sudah berpengalaman.  Disini kita bisa berbagi ide, minta masukan. Oh iya, kalau belum berani sendiri, carilah teman untuk kolaborasi.

Kalau prosesnya dimulai pilih konferensinya, terus topik CFP. Lalu, prefare to present. Oh iya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti:
  • Tanggal Penting (Jadwal submit, jadwal registrasi,dll)
  • Outputnya (Proceeding/Journal/magazine, dll)
  • Lokasi Pelaksanaan (Hotel, transportasi, dll)
  • Biaya (Registration Fee, Accomodation Fee, Visa, Passport, etc). Semakin bergengsi semakin mahal biaya registrasinya. 
  • Template tulisan 
  • Latihan, slide presentasi  

Bagaimana untuk pembiayaan CFP? 

Biaya sendiri. Nyari-nyari sponsor karena sudah tahu dari awal tidak ada anggaran untuk membiayai CFP.Tapi, ada IFLA grants.  Lumayan bisa membantu.

Dari CFP yang selalu kita ikuti akan berpengaruh pada anggaran instansi kita. Yang sebelumnya tidak ada anggaran untuk CFP, jadi ada anggaran untuk CFP. Meskipun awalnya modal sendiri, lama-lama juga akan diperhatikan. Yakinlah, apa yang didapat di CFP akan memberikan kepuasan yang tak ternilai harganya.

Ok, terakhir, menulis CFP itu asyik ya? 

Ya, bikin ketagihan nulis. He...he..

Atin Istiarni, IFLA WLIC 2018, Kuala Lumpur, Malaysia
Atin Istiarni, IFLA WLIC 2018, Kuala Lumpur, Malaysia


Profil Singkat

Nama: Atin Istiarni, SIP., MIP
Pendidikan:
  • 2010-2014: S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan UIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta
  • 2014-2016:  S2 Ilmu Informasi dan Perpustakaan UIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta
Pekerjaan: Pustakawan Universitas Muhammadiyah Magelang
Pengalaman kepenulisan:
  • Narasumber workshop kepenulisan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
  • Narasumber Literasi Informasi dan Pemanfaatan Mendelay di FEB UM Magelang
  • Narasumber daring, Mencari Jejak Pena Pustakawan bersama Kocipus (Komunitas Pecinta Perpustakaan).
Motto: Lakukan yang terbaik, masalah hasil nanti akan mengikuti
Email: atinistiarni@staff.ummgl.ac.id
Daftar CFP:
  • Documentation Video as a Final Effort Preservation Staging Students Dance Department SMK N1 Kasihan Bantul (Indonesian Karawitan High School), CONSAL XVI Bangkok, Thailand, 2016
  • The Role of Borobudur Conservation Center Library in Providing References for Composing Cultural Objects Studies Results , ICoASL 2017, Yogyakarta, Indonesia, 2017.
  • Muhammadiyah Corner As An Effort To Preserve History And Thoughts Of Muhammadiyah Leaders, CONSAL XVII, Nayphitaw, Myanmar, 2018.
  • Traditional Costumes As Librarians’ Uniforms For Work At Public Libraries Of Yogyakarta, Indonesia, IFLA WLIC 2018, Kuala Lumpur, Malaysia, 2018.
Publikasi Buku:
  • Biblioterapi untuk Pembentukan Karakter Anak di Sekolah (Bunga Rampai: Puskawan dan Pemaknaan Buku), 2015, Pustaka Nun.
  • Data Analyst: Transformasi Peran Pustakawan Di Era Big Data (Bunga Rampai: Menuju Kepustakawanan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiah Berkemajuan), 2017, Penerbit UMS.
  • Mendorong Budaya Baca dan Tulis Generasi Bangsa (Bunga Rampai: Menulis Kreatif Menjadi Karya Inspiratif), 2018, Yuma Pustaka
  • Jejak Pena Pustakawan (Buku Kolaborasi dengan Triningsih), 2018, Azyan Mitra Media
Karya tulisan lain bisa dilihat disini:
Blog:
Media Sosial
Berita terkait:

Demikian segmen wawancara kali ini. Semoga bermanfaat. Nantikan, wawancara lainya bersama orang-orang inspiratif di dunia kepustakawanan. Bookmark ya Blog Pustakawan Blogger. Jangan lupa bagikan ke teman-teman lain agar memperoleh manfaatnya dari tulisan inspiratif ini.
Salam,

#pustakawanbloggerindonesia

0 komentar:

Posting Komentar