Sabtu, 27 April 2019

"BEDAH BUKU" SEBAGAI PEMANTIK ANIMO MENULIS

Buku adalah The Window of the World "jendela dunia"  tersirat makna jika kita ingin melihat dunia maka banyak membaca buku.  Buku dalam catatan sejarah semuanya berawal dari zaman Mesir Kuno tahun 2400 SM.  dimana pada waktu itu orang-orang menuliskan simbol-simbol pada lembaran-lembaran daun Papyrus yang disusun menjadi sebuah buku pertama.

Masyarakat Timur Tengah menulis pada kulit domba yang disebut Perkamen dari lembaran Perkamen yang disusun dan dijilid menjadi sebuah buku. Yang unik bangsa Cina menggunakan potongan kayu dan bambu sehingga bentuk tulisan mereka berurut ke bawah.  Di zaman industri sekarang ini kertas dihasilkan dari kompresi serat yang berasal dari Pulp sebagai prototype dari kertas yang dikemas menjadi buku saat ini  yang memiliki arti besar dalam sebuah peradaban dunia.

Di zaman ini buku didesain dan dikemas sesuai dengan kebutuhan baca masyarakat khususnya pada lembaga pendidikan,  buku menawarkan beribu desain dan subyek yang mampu menggugah minat baca masyarakat,  ketika kita melihat sebuah buku yang pertama kita akan tertuju pada desain cover kemudian muncul keinginan untuk menyelami konten dari buku tersebut John Cremer dalam Pitra (2007:46) mengatakan "You sell a book by its cover" rata2 orang tertarik membeli buku karena sampul buku itu.

Dari sisi penulis buku merupakan citra diri (Self Image) dan menjadi konsekuensi bagi penulis untuk menguasai anatomi buku (batang tubuh) sebuah buku sebagai ilmu dasar dan cikal bakal lahirnya buku yang berterima bagi pembaca. Sistematis dan apiknya sebuah buku ditentukan oleh pengetahuan penulis dan editor tentang anatomi buku itu sendiri.


Spirit bedah buku bagi civitas akademik

Bedah buku atau book review, resensi buku,  ulasan buku adalah kegiatan mengevaluasi,  menilai, mengkritik, dan memberikan perbandingan padasebuah buku dalam sebuah event bedah buku. Bagi Civitas Akademik  ini adalah salah satu manifestasi dari tugas utama dosen dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi,  dosen dituntut untuk giat menyebarkan sumber informasi melalui hasil penelitian dan hasil karya buku.

Unesco mendefinisikan; a book is a non-priodical printed publication of at least 49 pages, exclusive of the cover pages, published in the country and made avaluable to the public.  (buku adalah publikasi tercetak tidak berkala dengan ketebalan 49 halaman, memiliki sampul yang khas dipublikasikan di negara dan disediakan untuk masyarakat.

Ada empat bagian dalam event bedah buku yaitu; kelompok pembaca,  mereka yang menjadi audiens atau orang-orang yang hadir pada event bedah buku sudah memiliki dan membaca buku yang akan dibedah; Penulis,  adalah orang yang memberikan roh pada rangkaian teori dalam sebuah buku melalui penelitian dan melalui hasil pikir para ahli yang dijadikan referensi dari buku yang dibedah; Pembanding,  pada bedah buku sering dihadirkan orang yang punya disiplin ilmu berkaitan dengan buku yang akan dibedah walaupun ini tidak menjadi keharusan pada acara bedah buku, namun pembanding sering menjadi energizing  bagi kegiatan bedah buku.

Idealnya event bedah buku dihadiri oleh pembaca buku yang memiliki buku itu,  event bedah buku memberi keuntungan bagi penulis dan penerbit karena event ini memberi efek larisnya buku yg dibedah dan menjadi alasan dan pertimbangan  bagi endorsment atau penerbit untuk menerbitkan edisi revisi,  bagi peserta (audiens) sering dalam event ini memperoleh doorprize sebagai bentuk apresiasi dari penulis dan penerbit.


Bedah buku bagi Perpustakaan

Pengelola Perpustakaan pada sebuah lembaga/unit pendidikan tinggi sering menjadi event organizer bedah buku dan mempunyai peran secara masif dalam mensukseskan minat baca,  minat membeli buku,  minat mengunjungi perpustakaan hal ini termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I Pasal 4: Perpustakaan bertujuan memberikan layanan bagi pemustaka,  meningkatkan kegemaran membaca serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan bangsa.

Kegiatan bedah buku di kampus mampu memberikan sinergi antara dosen dan  pengelola perpustakaan (pustakawan). Jika Perpustakaan diasosiasikan sebagai jantung perguruan tinggi, mahasiswa adalah darah yang dihantar oleh pembuluh darah dalam hal ini dosen menuju ke jantung (Perpustakaan),  mobilisasi darah melalui pembuluh darah membuat jantung tetap berdenyut.

0 komentar:

Posting Komentar