Senin, 07 Maret 2022

Representasi Pustakawan Perempuan dalam Film Asia


Setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Hari Perempuan Internasional diperingati untuk merayakan berbagai prestasi perempuan dari berbagai bidang: sosial, ekonomi, budaya, dan politik. 

Tanggal ini mengacu pada sejarah yang cukup panjang. Tahun 1910, diadakan Konferensi Internasional Perempuan Buruh kedua yang diadakan di Kopenhagen, Denmark. Dihadiri oleh lebih dari seratus perempuan dari 17 negara yang mewakili berbagai bidang. Saat itu, Clara Zetkin memberikan gagasan agar adanya Hari Perempuan Internasional. 

Setiap tahunnya, Hari Perempuan Internasional ini diperingati dengan tema yang berbeda. Untuk tahun 2022, tema yang diangkat kali ini berhubungan dengan kesetaraan gender dalam konteks krisis iklim dan pengurangan resiko bencana. Dampak perubahan iklim, tanpa disadari lebih berpengaruh bagi perempuan dan anak perempuan. 

Hari Perempuan Internasional biasanya mengangkat perempuan dalam berbagai bidang. Postingan kali ini membahas pustakawan perempuan dalam film-film Asia. Apa sajakah itu?

1. The Library - Thailand

Adalah Ann yang diperankan oleh Selina Woramon Wiesmann yang sekilas mirip Manohara (eh, kemana Manohara ya? #abaikan) ini, adalah seorang pustakawati cantik di sebuah perpustakaan umum. Dia bekerja di sini bersama Boy, teman sekaligus rekan kerjanya.


Ada satu pengunjung perpustakaan yang membuat hatinya kebat-kebit setiap dia datang. Tapi Ann hanya berani memandangnya dari kejauhan. Pengunjung ini bernama Jim, tamvaannya pangkat tiga. Uwow banget, udah tamvaann, menawan dan suka baca buku berat! #PesanSatuDonkYangBeginian x))


Sebagai pustakawan, yang dilakukan Ann untuk ngemodus pasti nggak jauh-jauh dari buku. Meski malu-malu kucing macam ini x))


Dalam film pendek yang berasal dari Thailand ini, Ann meski direpresentasikan cantik dan nyaris sempurna secara fisik, tetap saja pemalu. Ahhh... gemes sendiri dengan endingnya x))


Pustakawan dalam film yang berasal dari Korea Selatan ini bernama Eun Soo yang diperankan oleh Kim Eugene. Suatu hari, dia memergoki pemustaka yang datang ke perpustakaan tempat Eun Soo bekerja. Anehnya, sang pemustaka ini melakukan vandalisme terhadap buku di perpustakaan. Dia merobek halaman buku. Itu tidak hanya terjadi, tapi berkali-kali. Dan anehnya lagi, sang pemustaka yang diketahui bernama Jun Oh yang diperankan oleh Lee Dong Wook ini ternyata selalu merobek buku dengan halaman yang sama; 198. Apa maksudnya?

Menarik sekali. Sama halnya dengan film The Library yang berasal dari Thailand yang sudah diulas lebih dahulu, pustakawan yang cantik memiliki keterikatan dengan pemustaka lawan jenis.

Jika Ann dalam Film The Library lebih fokus kepada pemustakanya yang rajin bertahun-tahun ke perpustakaannya dan menemukan pesan tersembunyi dalam setiap buku yang dipinjam pemustaka, lain halnya dengan Eun Soo dalam film ini. Eun Soo yang awalnya sebal terhadap Jun Oh karena melakukan vandalisme terhadap buku-buku di perpustakaan, berbalik simpati terhadap Jun Oh dan membantunya.


Adegan pembuka pastinya bersetting sebuah perpustakaan. Di tengah suasana sunyi senyap, para pengunjung perpustakaan sedang khusyuk dengan bacaannya masing-masing, tiba-tiba ada segerombolan laki-laki bersenjata dan membabi buta menembakkan senapannya dan menghancurkan buku di segala penjuru perpustakaan tersebut.



Salah satu yang merasakan dampak ini adalah Kasahara Iku yang diperankan oleh Eikura Nana. Waktu itu dia masih duduk di bangku sekolah. Di suatu hari, ada semacam sidak buku-buku terlarang, salah satunya adalah buku anak-anak yang dipegang Kasahara. Dia berusaha menyembunyikan buku tersebut, apa daya petugas tetap saja mengambil paksa buku yang sudah menjadi incarannya sejak lama itu.

 Untunglah ada petugas semacam Tim Perpustakaan yang menyelamatkannya. Ya, di sisi lain, ada perundang-undangan yang membebaskan media berupa buku-buku yang bertema apa pun. Semacam tim penyelamat perpustakaan yang bernama Library Defense Task Force atau istilah Indonesia bisa dikatakan sebagai satuan pertahanan perpustakaan. Jadi semacam tentara/ petugas yang bertugas melindungi buku. Logonya pun buku terbuka. Keren ih, coba ya ada beneran, pasti aku mau daftar x))


Gara-gara itu, Kasahara bergabung di tim tersebut. Selain ingin menjadi bagian tim yang menyelamatkan buku, dia ingin mencari pangeran yang dulu pernah menyelamatkannya dalam tragedi penyidakan buku lima tahun lalu. Alasannya ini juga diutarakannya saat wawancara perekrutan tim tersebut yang bikin mesam-mesem para instruktur yang mewawancarainya x))


Niskala menyebut perpustakaan ibarat kuburan sebagai tempat favoritnya dari tempat melarikan diri dari hiruk pikuknya kehidupan. Sebagai pustakawan, aku ngakak banget bagian scene di perpustakan meski hanya ditampilkan dua kali. Yang pertama, scene yang disajikan cukup panjang. Niskala mengambil banyak buku untuk dipinjam, sementara peraturan perpustakaan hanya memperbolehkan pemustaka untuk meminjam maksimal tiga buku. Sindiran halus terlontar dari bibir Niskala bahwa buku yang masih bersih slip peminjamannya lebih baik dipinjamnya karena kasihan buku itu menganggur tidak ada yang meminjam x))


Jika di dalam tiga film lainnya yang terlebih dahulu diulas, pustakawan divisualkan cantik dan pintar serta suka membaca buku, pustakawan di dalam film ini representasi pustakawan di Indonesia banget: tua, kaku, judes, dan pelit x))





0 komentar:

Posting Komentar