Selasa, 19 Februari 2019

Maukah Pustakawan Sekantor dengan Dosen?

Pertanyaan di atas sebenarnya hanya sebagai jawaban awal atas 3 tulisan yang telah lebih dulu terbit di http://www.purwo.co/2017/11/di-manakah-sebaiknya-beskem-dosen-ilmu.html?m=1, https://www.muradmaulana.com/2017/11/3-kemungkinan-ini-jika-dosen-ilmu.html?m=1,  dan https://sisilainpustakawan.wordpress.com/2017/11/23/dosen-ilmu-perpustakaan-beskem-di-mahameru-juga-bisa-masbroh/.

Terus terang, dan ini kebiasaan buruk yang tidak boleh ditiru, saya belum membaca sampai habis ketiga tulisan tersebut, jadi maaf jika uraian dalam tulisan ini kurang sesuai dengan maksud ketiga tulisan yang sudah saya sebutkan tadi.

Saya sendiri, mungkin termasuk, orang yang kurang setuju jika (hanya) dosen ilmu perpustakaan (saja yang) disarankan ngetem di perpustakaan. Kenapa? seharusnya justru semua dosen, atau minimal dosen-dosen terpilih, apapun bidangnya diberikan ruang untuk ngantor di perpustakaan. Saya membayangkan jika perpustakaan tidak hanya dijadikan tempat untuk mencari informasi melalui koleksi yang tersedia, tapi juga tempat mencari dosen sekaligus konsultasi dengannya. 

Saya terbayang seperti apa yang tergambar pada salah satu drama korea yang berjudul Love Story in Harvard. Ya meskipun saya bukan penggemar fanatik yang berbau korea, namun drama tersebut sukses membuat saya nonton sampai belasan episode. Salah satu yang membuat saya tertarik adalah kenyataan bahwa ketika tokoh dalam drama tersebut mencari profesor atau bahkan mengambil dan mengerjakan tugas kuliah, semuanya dilakukan di perpustakaan. Sampai tidur pun, di perpustakaan. Yang paling menarik adalah pernyataan salah satu profesor ketika menjawab pertanyaan mahasiswanya, ini yang dia bilang: sudahkah anda baca buku yang saya sarankan? jika anda tidak mendapat jawaban dari buku itu, apalagi dari saya... Begitu kira-kira jawabannya (kalau salah redaksinya mohon dikoreksi ya).

Setelah menontot drama korea tersebut, saya justru kepikiran, kenapa saya belum menemukan dosen (tidak harus ilmu perpustakaan) yang mbeskem di perpustakaan ya? Oh mungkin karena di akreditasi prodi ataupun institusi, ruang dosen adalah ruang yang harus ada sebagai bagian dari pengelolaan prodi/institusi. Karenanya mungkin setiap dosen sudah disediakan meja dan kursi khusus untuk mereka. Kan eman ya kalau tidak dimanfaatkan... ✌✌

Pertanyaannya kemudian maukah pustakawan 'berbagi' ruang dengan mereka yang notabene pola kerjanya berbeda? Bukannya nanti malah membuat mereka hengkang karna mungkin melihat 'dosen kok enak ya' lalu memilih untuk lanjut kuliah dan menjadi dosen? lha kalau semuanya mau jadi dosen, lalu siapa pustakawannya? apakah nanti pustakawan diganti semua sama dosen ilmu perpustakaan? Ya, maukah pustakawan??

0 komentar:

Posting Komentar