Paijo ndleming. Melihat kenyataan di berbagai perpustakaan perguruan tinggi, yang dipimpin oleh orang dari latar belakang bervariasi. Jika dikelompokkan, para pemimpin ini ada dua golongan: pustakawan, dan selain pustakawan. Selain pustakawan itu biasanya dosen.
Terkait maju atau berhasil tidaknya, tidak bisa didasarkan dengan dasar dua golongan ini. Yang dipimpin pustakawan juga bisa maju, yang dipimpin dosen juga demikian. Apalagi, Paijo, sejak lama meyakini bahwa semua orang boleh menjadi kepala perpustakaan. Bukan hanya kepala Perpustakaan, bahkan menjadi pustakawan pun, Paijo meyakini, semua orang berhak. Maka bagi Paijo, secara umum, keduanya tidak masalah.
Profesi pustakawan ini profesi yang demokratis, yakinnya.
Namun…
Ada yang mengganggu pikiran Paijo. Perguruan tinggi yang memiliki perpustakaan ini, ada yang memiliki jurusan ilmu perpustakaan, ada juga yang tidak.
Jika pada perguruan tinggi yang tidak memiliki jurusan ilmu Perpustakaan, keyakinan Paijo di atas berlaku. Tetapi bagaimana dengan perguruan tinggi yang di dalamnya memiliki jurusan ilmu Perpustakaan?
****
Ndlemingnya Paijo, sampai pada kesimpulan derajat kepustakawanan di perguruan tinggi.
“Jadi, derajat kepustakawanan di perguruan tinggi itu bisa dibedakan dalam beberapa tingkat, Kang”, kata Paijo. Karyo yang ada di dekatnya mendengarkan dengan seksama.
Tingkatan tertinggi, tingkat pertama, kepustakawanan di perguruan tinggi yang tidak memiliki jurusan ilmu perpustakaan dan perpustakaannya dipimpin oleh pustakawan.
Tingkat kedua, ditempati oleh dua kategori kepustakawanan. Keduanya beda tipis. Bisa saling bertukar posisi pada tingkatan ini. Pertama kepustakawanan di perguruan tinggi yang tidak memiliki jurusan ilmu perpustakaan dan perpustakaannya dipimpin oleh bukan pustakawan. Kedua kepustakawanan di perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu Perpustakaan, dan perpustakannya dipimpin oleh pustakawan.
Tingkatan ke tiga, atau terakhir, yaitu kepustakawanan di perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu Perpustakaan, serta kepala perpustakaannya dipimpin oleh bukan pustakawan.
***
Paijo berkeyakinan, bahwa jika di PT itu ada jurusan ilmu Perpustakaan, maka kondisi idealnya, Perpustakaan PT tersebut dipimpin, dikepalai oleh pustakawan. Apalagi jurusan ilmu perpustakaan tersebut ada program yang lengkap, dari D3, sampai S3. Kenapa?
Dan, idealnya perpustakaan perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu Perpustakaan, dipimpin oleh pustakawan.
Karena dengan demikian, menunjukkan sempurnanya keberhasilan pendidikan ilmu Perpustakaan di PT tersebut, berhasilnya kaderisasi pada pustakawan, dan berhasilnya dosen ilmu perpustakaan menunjukkan keilmuwan perpustakaan.
Karyo: “lha, kalau perpus jenis ini dipimpin dosen Ilmu Perpustkaan, Jo?”, tanya Karyo.
Paijo: “ya ndak pa. Pada dasarnya ndak salah, kecuali melanggar aturan institusi tersebut. Tapi..”
Karyo: “tapi apa, Jo?”
Paijo: “tapi itu menunjukkan ada titik belum suksesnya pendidikan ilmu perpustakaan di PT tersebut”.
Karyo menyahut, menjelaskan bahwa ada perguruan tinggi yang masalahnya kompleks. Tidak mudah, sulit ditembus. Usulan dari pustakawan, atau dosen ilmu perpustakaan sulit diterima. Maka, untuk memperkuat posisi, kepala perpustakaan harus dosen, pendidik, yang sama-sama kategorinya dengan pengelola perguruan tinggi. Setara. "Kamu tahu kan, Jo?. Bahwa civitas akademika di PT itu dosen dan mahasiswa. Pustakawan itu tidak termasuk civitas akademika". Karyo menutup, berusaha meyakinkan Paijo.
Paijo: “memang, Kang. Ada yang begitu kompleks masalahnya. Justru kekompleksan masalah itulah wilayah para dosen ilmu perpustakaan, untuk menunjukkan derajat ilmu perpustakaannya pada manajemen universitas”.
***
"Bagaimana jika dipimpin oleh tenaga kependidikan selain pustakawan, sekaligus bukan bukan dosen ilmu perpustakaan, Jo?", Karyo bertanya.
Paijo mesem. Dilihatnya pohon jambu dan belimbing yang daunnya layu.
Sambisari,
0 komentar:
Posting Komentar