Senin, 08 Juli 2019

Lomba Pustakawan Berprestasi


Siang itu Bulan dihubungi via telepon oleh salah seorang temannya yang ternyata adalah teman kuliahnya dahulu. Si teman ini banyak bertanya-tanya terkait informasi tentang lomba pustakawan berprestasi. Bulan jadi ingat dahulu pernah ikutan lomba yang sama dengan si teman ini dan mewakili DKI Jakarta untuk maju ke tingkat nasional. Begitupun si teman ini. Ia juara satu tingkat DKI Jakarta dan maju ke tingkat nasional.

Sebagai seorang teman, tentu Bulan tak segan-segan memberikan banyak informasi tentang lomba ini khususnya untuk persiapan ke tingkat nasional. Intinya Bulan semacam menjadi konsultan si teman ini dalam rangka membimbingnya mempersiapkan diri menuju lomba yang dimaksud.

Bicara tentang lomba pustakawan ini, sebenarnya banyak yang menggelayut di benak Bulan. Bulan merasa sebenarnya apa sih pustakawan berprestasi itu dan apa sih sebenarnya kontribusi Bulan selama ini. Kira-kira apa ya yang dilihat juri, lantas memilih Bulan untuk mewakili DKI Jakarta menuju tingkat nasional. Dan sebenarnya apa yang dinilai pada tingkat nasional hingga Bulan walaupun bukan yang terbaik terpilih masuk dalam lima besar. Hmmm Bulan kembali menerawang ke masa setahun yang lalu.

Bulan teringat saat diwawancari pada lomba tingkat provinsi DKI Jakarta. Salah seorang juri bertanya,” Apa yang saudara cari dari menulis artikel yang saudara kirim ke jurnal-jurnal ilmiah ataupun yang saudara ikuti dalam seminar atau konferensi tingkat nasional maupun internasional”.  Hmmm sebenarnya saat itu Bulan tidak menjawab secara jujur. Bukan berarti bohong, tetapi Bulan tidak tahu apa yang harus dikatakan. Bulan hanya menjawab, “untuk mengembangkan pengetahuan saya dan meningkatkan kompetensi saya”.

Bulan berpikir-pikir lagi, jangan-jangan bukan itu tujuannya. Saat itu Bulan mungkin hanya mengejar poin dan koin. Atau hanya untuk prestise bahwa pustakawan bisa menulis dan melakukan kegiatan riset. Atau apakah Bulan menulis sebagai bentuk kritis terhadap dunia kepustakawanan atau menulis sekedar untuk mengangkat citra diri lembaganya saja. Hmmm, semuanya sih benar dan tidak ada yang salah. Tapi apa ya sebenarnya tujuan utama Bulan saat itu. Ya Bulan harus kembali merenung dan meninjau untuk apa Bulan berada dan dimana posisi Bulan dalam rangka mengembangkan dunia kepustakawanan. Sungguh pertanyaan diri yang berat buat Bulan.

Nah, pada saat maju ke tingkat nasional, masih terus ada hal yang menggelitiknya. Saat menjabarkan apa saja yang sudah Bulan lakukan untuk memajukan perpustakaan di lembaganya bekerja, lagi-lagi Bulan terpapar dengan rutinitas pekerjaan dan kegiatan-kegiatan perpustakaan yang insidental tetapi terkesan wah dan luar biasa.  Apa iya Bulan sudah memahami apa yang seharusnya pustakawan lakukan, mana yang inti kegiatan pustakawan, mana yang hanya kegiatan penggembira saja dan sampingan. Hmm Bulan mengoreksi diri sendiri.

Sejatinya saat seseorang dinobatkan sebagai pustakawan berprestasi, otomatis beban-beban pengembangan dunia kepustakawanan seolah bergelayut di pundaknya. Ada harapan dengan hadirnya ia sebagai pustakawan berprestasi mampu memberikan gelombang atau spora positif bagi perubahan di institusinya ke arah yang lebih baik, khususnya dalam dunia kepustakawanan di lembaganya. Sudahkah Bulan mengemban amanah ini? Bisa jadi Bulan hanya berkutat di tempat, label sebagai pustakawan berprestasi itu hanya sekedar gelar saja saat itu. Selebihnya, ya berlalu begitu saja, biasa-biasa saja.

Iya kah Bulan seperti itu? Seolah menjadi pustakawan berprestasi itu ibarat sebuah tamparan yang siap mendarat di pipinya manakala kinerja dan perilakunya  tidak sesuai dengan gelar yang disandang. Ayo Bulan, kamu harus bangkit dan jangan memalukan makna dari kata pustakawan berprestasi.  Ini bukan sekedar sebuah lomba, kejuaraan atau kompetisi menjadi yang terbaik dalam mengikuti mekanisme lomba. Tetapi lebih dari itu, ada makna yang dalam. Ke mana sang pustakawan manakala dunia kepustakawan ini hanya jalan di tempat. Di mana kontribusimu untuk menaikkan kinerja lembaga, apa yang bisa kamu berikan untuk membantu para pemustaka dan memajukan cara berfikir mereka. Wuih….berat ya jadi pustakawan berprestasi itu. 

Bukan gelar dan mahkota kemenangan yang disandang, tetapi tanggung jawab dan inovasi yang bakal dilihat para stake holder. Semakin banyak perpustakaan membantu pemustakanya, semakin ada di hati perpustakaan itu, dan semakin sulit jikalau suatu waktu perpustakaan itu harus bubar jalan. Wahai Bulan, sang pustakawan berprestasi. Jangan mutung ya…ingat amanah kamu sebagai pustakawan berprestasi tingkat nasional. Bulan merenung dalam. Bulan tidak boleh diam. Bulan harus terus bergerak. Bulan harus memajukan institusinya.


0 komentar:

Posting Komentar