Selasa, 31 Desember 2019

KEBERKAHAN UMUR SEORANG PUSTAKAWAN (Sebuah Renungan Pergantian Tahun Baru)

Oleh : Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag, S.IPI, M.Pd.I
(Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin)


Setiap manusia yang lahir ke dunia, siapapun dia, apapun profesinya (Guru, Dokter, Pustakawan, dan sebagainya) tentu diberikan umur yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) Tuhan Yang Maha Esa dan nantinya akan dimatikan untuk kembali kepada Tuhannya.

Umur panjang atau pendek sama saja, yang terpenting adalah kualitas hidup kita dalam  memanfaatkan umur untuk kebaikan dan ibadah sehingga umur menjadi berkah meskipun umurnya pendek.

Umumnya orang berdoa kepada Allah SWT Tuhan YME agar diberi-Nya umur panjang. Sedikit sekali atau bahkan mungkin tidak ada orang yang menginginkan berumur pendek. Mereka tentu memiliki alasan masing-masing. Namun umumnya alasan mereka adalah karena ingin memiliki amal baik yang cukup semasa hidupnya sebagai bekal hidup abadi di akhirat. Hal ini memang memiliki dasar yang kuat sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam  (SAW) yang artinya: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?Beliau menjawab: Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.”(HR: Tirmidzi) 
 
Hadits itu telah menginspirasi banyak orang termasuk seorang PUSTAKAWAN untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberi-Nya umur panjang. Mereka telah meyakini bahwa salah satu tanda orang terbaik adalah apabila seseorang berumur panjang dan hidupnya penuh dengan amal-amal kebaikan. Mereka yang umurnya panjang tetapi amal-amal kebaikannya amat sedikit tidak termasuk orang-orang terbaik, bahkan mereka digolongkan sebagai orang-orang yang merugi.   

Namun demikian adalah kenyataan bahwa tidak setiap orang berumur panjang meski mereka berdoa demikian. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana dengan mereka yang berumur pendek? Apakah mereka dengan sendirinya tidak termasuk orang-orang terbaik? 

Baca juga: Senyum Pustakawan
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita dapat merujuk penjelasan dari Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 47) sebagai berikut:   “Sebaik-baik umur ialah yang diberkati Allah SWT, yang diberi-Nya taufiq untuk mengerjakan amalan saleh dan kebajikan-kebajikan lain baik yang khusus maupun yang umum”.

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa sebaik-baik umur ialah yang diberkati Allah SWT, yang diberi-Nya bimbingan untuk melakukan berbagai kesalehan dan kebajikan. Jadi kebaikan seseorang sebetulnya tidak semata-mata bergantung pada umurnya yang panjang, tetapi lebih pada seberapa banyak amal kebaikan yang dilakukannya semasa hidupnya. Penjelasan ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW di atas. 

Oleh karena itu, bisa saja seorang PUSTAKAWAN berumur pendek tetapi amal kebaikannya sangat banyak dan mungkin sama atau bahkan melebihi mereka yang berumur panjang. Orang-orang seperti ini termasuk orang-orang terbaik karena mampu memanfaatkan umurnya yang pendek untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Inilah umur yang penuh dengan berkah dari Allah SWT.   

Sebagai contoh beberapa orang saleh yang tidak berumur panjang namun amal kebaikannya sangat banyak dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas sehingga bisa ditiru oleh para PUSTAKAWAN. Di antara contoh itu adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi’í. Beliau wafat dalam usia 54 tahun. Meski usia beliau tidak panjang, namun beliau semasa hidupnya mampu menghasilkan banyak kebaikan seperti karya-karya tulis yang sangat penting bagi kaum Muslimin.

Di antara karya-karya besar Imam Syafi’i adalah pertama: Kitab Ar-Risalah yang merupakan kitab tentang Ushul Fiqh. Kedua, Kitab Al-Umm yang merupakan kitab tentang mazhab fiqihnya. Ketiga, Kitab Ikhtilaf al-Hadits yang merupakan kitab tentang hadits. Keempat, Kitab Tafsir Al-Imam Asy-Syafi’i yang merupakan kitab tentang tafsir Al-Quran, dan lain sebagainya. Beberapa sumber menyebutkan jumlah kitab karangan Imam Syafi’i lebih dari 120 buah, dan beliau hafidz Qur’an dalam usia 7 tahun.   

Contoh lain orang saleh yang tidak berumur panjang namun amal kebaikannya sangat banyak adalah Abu Hāmid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Al-Ghazali. Beliau wafat dalam usia 55 tahun. Meski beliau berumur pendek, namun begitu besar sumbangsihnya bagi masyarakat luas, khususnya kaum Muslimin. Beliau dijuluki Hujjatul Islam karena jasa-jasanya membela kebenaran Islam dengan mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran dengan argumen yang sulit dipatahkan oleh lawan.   

Di antara karya-karya besar Imam Al-Ghazali adalah pertama: kitab Ihya Ulumiddin yang merupakan kitab tentang akhlak dan tasawuf. Kedua, kitab Jawahir Al-Qur’an yang merupakan kitab tentang tafsir Al-Qur’an. Ketiga, kitab Al-Basith dan Al-Wasith yang merupakan kitab tentang ilmu fiqih dan ushul fiqih. Keempat, kitab Maqashid Al-Falasifah dan Al-Arba’in fi Ushuluddin yang merupakan kitab filsafat dan ilmu kalam, dan lain sebagainya. Beberapa sumber menyebutkan jumlah kitab karangan Imam Al-Ghazali lebih dari 200 buah.

Dari apa yang dijelaskan dan dicontohkan di atas sangatlah jelas bahwa pemahaman  tentang umur yang baik adalah umur yang dipenuhi dengan kebaikan yang bisa diraih oleh orang-orang yang  saleh meskipun tidak berumur panjang, namun amal-amal kebaikan dan karyanya sangat banyak sebagaimana disebutkan di atas, yakni Imam Syafií dan Imam Al-Ghazali.

Saya teringat dengan sebuah nasehat perkataan dari almarhum Buya Hamka yang dikenal sebagai seorang Ulama dan Sastrawan Indonesia, beliau mengatakan bahwa “kita sudah MATI hancur dikandung tanah, tapi kita masih hidup. Dalam umur yang sekian pendeknya yang telah kita lalui di dunia, misalnya 100 tahun, dia bisa kita panjangkan. Dengan apa! Dengan sebutan, dengan amal, dengan bekas tangan, dengan iman dan amal shaleh”. Sesuai dengan apa yang disebut dalam pantun Melayu “Pulan Pandan Jauh Ditengah, Dibalek Pulau Angsa Dua, Hancur Badan Dikandung Tanah, Budi Yang Baik Terkenang Jua”.

Ada juga satu syair dari Syauqi Beikh seorang Penyair Arab Mesir yang terkenal mengatakan “Sebelum engkau mati, peliharalah sebutan dirimu yang akan dikenang orang daripada dirimu, karena kenangan atas ketika hidup yang dulu itu adalah umur yang kedua kali bagi manusia”. Banyak orang yang setelah dimasukan ke dalam kubur, masuk sudah ditimbun kubur tadi, orangpun pulang ke rumah, sebutan orang tadi keluar dari kuburnya tiap hari dia keluar, setahun, dua tahun, sepuluh tahun, seratus tahun, malah ada yang beribu tahun.

Nabi kita Muhammad SAW umurnya cuma 63 tahun, tapi beliau sampai sekarang sudah 1440 tahun, masih seperti kemaren saja hidup beliau itu, menjadi sebutan orang siang dan malam. Inilah maksud yang dikatakan orang, “sesudah mati dia hidup kembali, lebih panjang umurnya 63 tahun dibandingkan dengan 1440”. Dan selama adzan masih kedengaran  di puncak menara, entah ratusan ribuan lagi, itu nama akan tetap hidup.

Baca juga: Pustakawan Berakhlak Nabi Muhammad saw.
Oleh karena itu, sebaik-baik umur manusia adalah umur yang diberkati Allah SWT. Hal ini meliputi umur panjang dan banyak digunakan untuk melakukan amal-mal saleh dan kebajikan-kebajikan lainnya. Selain itu adalah umur yang tidak panjang namun banyak digunakan untuk mengerjakan kesalehan-kesalehan hingga pada tingkat tertentu yang setara atau malahan lebih banyak dari mereka yang berumur panjang. 

Agar umur kita panjang, Rasulullah SAW mengajarkan dalam sabdanya yang artinya : "Siapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung silaturahim." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dan juga kita dianjurkan untuk memperbanyak doa berikut, yaitu Allahumma aktsir mali wa waladi wa barik li fima a’thoitani wa athil hayati ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amali waghfirli. (Ya Allah, perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau berikan padaku. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku).

Berharap semoga kita semua termasuk orang-orang yang memiliki umur yang diberkati Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

18 komentar:

  1. Bagus....reminder yg penuh semangat untuk mjd orang yg banyak manfaatnya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali ibu, semoga kita yg termasuk ke dalam golongan kebaikan tersebut, aamiiin. Sehat selalu panjang umur n sukses selalu.

      Hapus
    2. Sukses terus dan selalu semangat terus :D

      Hapus
  2. umur pendek tapi bermanfaat lebih baik daripada panjang tapi biasa aja. quality over quantity ya.

    BalasHapus
  3. Betul sekali, semoga kita yg termasuk ke dalam golongan kebaikan tersebut, yang selalu diberikan kesehatan panjang umur n sukses dg berbagai kebaikan yg bisa kita tebarkan, aamiiin

    BalasHapus
  4. Senyuman seorang penjaga khazanah ilmu pengatahuan

    BalasHapus
  5. betul sekali... umur tak ada yang tau... semoga bisa istiqomah menebar kebaikan hingga diakhir usia..

    BalasHapus
  6. bagus pak artikelnya.. suka dengan setiap kutipan hadis yang ada di artikel

    BalasHapus
  7. Semoga umur saya dibekati Tuhan
    Soal panjag atau pendeknya saya serahkan kepada yang maha kuasa yang lebih tahu segalanya.
    Imam Ghozali memang sungguh luar biasa, khususnya Imam Syafii, benar-benar pilihan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita termasuk orang yg panjang umur dan diberikan kebaikan yg berlipat ganda, aamiiin.

      Hapus
  8. Umur tidak dapat diduga, tapi perbuatan baik bisa diusahakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Semoga kita termasuk orang yg panjang umur dan diberikan kebaikan yg berlipat ganda, aamiiin.

      Hapus
  9. Umur panjang jika tak bermanfaat tidak ada gunanya ... Sebuah kesia-siaan, bagi orang itu sendiri. Mungkin bermanfaat hanya bagi setan, menjadi pion setan memperdaya manusia untuk umat yang lain

    BalasHapus
  10. Semoga kita termasuk orang yg panjang umur dan diberikan kebaikan yg berlipat ganda, aamiiin.

    BalasHapus