Rabu, 30 Januari 2019

KAMPANYE LITERASI DI MUSIM PILPRES

Maniso Mustar
Perpustakaan  Fakultas Kedokteran 
Universitas Gadjah Mada

Masih alergi dengar kata kampanye? Eits, jangan dulu. Yang ini berbeda lho. Bukan kampanye yang berbau politik, apalagi sara. Ini adalah kampanye yang akan dapat menyehatkan jiwa setiap manusia Indonesia dengan asupan gizi kecerdasan dan intelektualitas dengan menyerukan ajakan baca tulis dan melek informasi. Kampanye ini tidak perlu mengajak massa untuk mengendarai kendaraan bermotor yang bersuara lantang dan penuh gebar-geber mengelilingi kota. Tak perlu atribut dan spanduk yang banyak untuk mendukungnya. Ini adalah kampanye literasi.

Kampanye ini  lebih praktis dan mudah untuk dilakukan, mengumpulkan massa pun boleh. Kegiatan bisa dilakukan dalam aktivitas sehari-hari seperti menulis status di media sosial, pasang poster di instagram, menulis opini di surat kabar, share group medsos, menulis blog dsb. Ajakan ini bisa diterapkan dalam setiap kegiatan sosial apapun karena tidak mengandung unsur politik, unsur agama, apalagi isu sara. Namun mengajak kepada masyarakat untuk lebih selektif terhadap informasi yang sedang hangat di musim pilpres. Dengan demikian masyarakat akan tahu, apa manfaat dan kegunaan kampanye literasi di musim pemilihan presiden.

Kampanye Pilpres
Berbicara kampanye belakangan ini memang sangat menarik. Musim kampanye politik diajang PEMILU 2019-2024 dimulai. Jadi lebih menarik dan bikin penasaran kan? Apa sih kampanye itu? Kampanye adalah aktivitas komunikasi yang ditujukan  ntuk  memengaruhi  orang  lain  agar  seseorang  memiliki  wawasan,  sikap  dan perilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi informasi (Cangara, 2011:223). Dalam kampanye pilpres pasti akan mengajak dan mempengaruhi massa dengan memberikan wawasan sesuai kehendak pelaku kampanye untuk memilih calon yang digadangnya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan siapa-siapa yang akan menjadi Capresdan Cawapres yang berhak dipilih dalam pesta rakyat tahun 2019. Adalah pasangan Jokowi-Amin di urutan nomor 1 dan pasangan Prabowo-Sandi di urutan nomor 2. Mereka adalah dua pasangan cepres-cawapres yang akan bertanding di 14 april 2019 mendatang untuk memperebutkan jabatan sebagai RI 1 dan RI 2 dalam 5 tahun ke depan. Bagaimana masa depan bangsa Indonesia nanti, ada di tangan mereka dengan program kerja yang telah dirancang dan dikampanyekan kepada masyarakat.
Program kerja sudah digodog oleh timses masing-masing kandidat untuk dikampanyekan kepada seluruh rakyat Indonesia dengan menunjukkan kelebihan para kandindat. Timses Jokowi-Amin mengusung program sistem ekonomi nasional berbasis Pancasila. Dengan misi membangun infrastruktur dan reformasi struktural dalam 4 tahun terakhir diklaim menjadi fondasi bagi perekonomian nasional. Mereka menyampaikan strategi dengan melakukan sosialisasi capaian prestasi dan keberhasilan ekonomi kandindat incumbent, seperti infrastruktur. Sedangkan timses Prabowo-Sandi mengkapanyekan program yang lebih fokus dalam masalah ekonomi, demi terwujudnya Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, religius, berdaulat, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian nasional serta kuat di bidang budaya.
Setelah waktu kampanye ditetapkan, kedua kandindat pun memulai mengajak dan mempengaruhi masyarakat dengan menyerukan program kerja masing-masing. Mulai dari pintu ke pintu, kelompok masyarakat dan seluruh elemen menjadi sasaran program yang telah mereka canangkan. Dalam hal kampanye literasipun sama. Di mana pustakawan akan mengajak dan  mempengaruhi masyarakat dengan memberikan wawasan, gambaran sikap dan perilaku. Menyerukan manfaat dan kegunaan membaca, menulis serta cara memanfaatkan informasi untuk menciptakan dampak tertentu sesuai tupoksi para pustakawan. Memberitahukan kepada masyarakat akan pentingnya informasi yang sehat dan benar dengan tujuan terciptanya masyarakat melek informasi,berwawasan dan berpengetahuan luas.

Kampanye Literasi Musim Pilpres
Kampanye literasi di musim pilpres adalah penting, mengingat banyaknya kasus penyimpangan, perpecahan, isu sara, kampanye hitam (black campaign), teror, intimdasi, propaganda dll dalam kampanye pilpres. Kasus-kasus tersebut biasanya terjadi melalui berita dan penyebaran informasi seperti orasi kampanye, ajakan melalui pamflet, poster, berita bohong / hoaks dan pesan berantai di medsos. Banyak kejadian yang kadang dihubung-hubungkan dengan kegiatan kampanye politik, baik yang positif maupun yang negatif. Terjadi aksi penggorengan dan timbul istilah dipelintir atas beberapa kasus yang berkembang di masyarakat.
Di sinilah peran pustakawan dibutuhkan untuk ikut menyerukan informasi sehat untuk membentengi masyarakat dari ketidakpastian berita. Peran ini dapat dilakukan dalam rutinitas sehari-hari dengan mempengaruhi massa untuk membanca, menulis, memberikan pengertian dan penegakan berita haoks kepada masyarakat. Media kampanye pun bervariasi sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat. Bisa personal, dalam kegiatan sosial, pengajian, aplikasi medsos, menulis opini dan membuat acara untuk kampanye literasi dalam diskusi dan seminar. Dengan adanya edukasi informasi melalui kampanye literasi semoga tercipta kampanye pilpres yang sehat, mendidik dan membangun untuk mendapatkan Presiden terpilih yang benar-benar bisa menjalankan amanah dalam kepemimpinan di Indonesia. Inilah pesta demokrasi Indonesia yang bersih, jujur dan adil. Salam Literasi.


0 komentar:

Posting Komentar