Selasa, 29 Januari 2019

Pustakawan Itu, Kayak Tempe

Oleh: Maniso Mustar
Perpustakaan Fakultas Kedokteran UGM
ariemaniso1205@ugm.ac.id

What? Pustakawan kayak tempe? Ouppsss,...... jangan emosi. Lagi-lagi ini hanya selorohan saya yang kebanyakan membaca sosmed mengenai mahalnya tempe. Sampai-sampai katanya tembus diharga Rp. 80 juta. Tempe lho,.... Ahhh....., itu kan trending topik di media sosial yang jauh dari implementasi tempe beneran.

Tempe itu, jangan disepelekan. Dia memiliki manfaat yang super banyak. Katanya sih makanan rakyat, tapi nggak juga sih. Fakta membuktikan tempe dikonsumsi oleh rakyat jelata sampai dengan Presiden sekalipun. Itu semua terjadi karena penampilan tempe yang biasa saja, tapi manfaatnya yang luar biasa. Begitu juga pustakawan yang syarat manfaat dalam keilmuan untuk membangun masyarakat.

Mari kita bahas bersama. Di tempat saya, tempe itu ada 3 macam, yaitu tempe mondhol, tempe mateng dan tempe semangit. Termasuk tempe macam apakah kita, mari kita simak:

1. Pustakawan fresh graduate itu bagaikan “tempe mondhol” 

Pustakawan yang baru lulus itu ibarat tempe yang belum jadi. Apakah enak? Enak banget, tergantung bagaimana memasaknya. Tempe mondhol akan menjadi sangat favorit bila dimasak mendoan (tempe tepung). Semua tergantung koki yang akan mengolahnya sesuai dengan cita rasa dan karsa. Bila sang koki memasaknya dengan penuh cinta pasti akan menghasilkan suguhan tempe yang luar biasa. Rasanya nikmat, pulen dan sangat nagih di mulut. Pustakawan baru pun demikian. Dia masih belum matang. Baru memiliki teori dan masih minim ilmu praktiknya. Tapi jangan salah, bila instansi dia mau membumbui dengan pengembangan ilmu tambahan, maka dia kan menjadi pustakawan muda yang tangguh luar biasa.

2. Pustakawan bagaikan “tempe mateng”

Bukan bermaksud merendahkan profresi pustakawan, yang kemudian saya ibaratkan seperti tempe.  Ini hanya sebuah perumpamaan karena tempe saya pandang memiliki manfaat dan kegunaan yang hampir tak terbatas. Tempe memiliki manfaat antara lain: sumber protein yang lebih kaya dibanding daging, sumber kalsium setara dengan susu sapi, satu-satunya sumber vitamin B12 dari nabati dan bahkan dapat berfungsi sebagai anti oksidan dalam tubuh manusia. Begitu luar biasa manfaatnya bukan? Dari segi kegunaan, tempe yang sudah mateng itu dapat dijadikan banyak sekali olahan. Dari tempe garit, tempe gimbal, oseng tempe, kripik, bacem, nuget dan masih banyak lagi yang kesemua itu enak sekali untuk dilahap. Begitu juga pustakawan kita. Pustakawan memiliki banyak sekali manfaat untuk masyarakat. Dan bahkan memiliki kegunaan yang merata bagi masyarakat di Indonesia. Dari rakyat jelata sampai Presiden pun membutuhkannya.

3. Pustakawan pensiun bagai “tempe semangit”

Di kampung saya, istilah tempe semangit merupakan persamaan dari kata mendekati busuk. Lho kok pustakawan pensiun dibusuk-buskin? Mohon maaf, sekali lagi ini hanya untuk perumpamaan. Jangan disepelekan juga tempe semangit. Resep nenek moyang yang diajaran turun temurun mengatakan bahwa tempe semangit itu merupakan bumbu penyedap yang super canggih. Selain masakan terasa lebih legit, tempe semangit juga bermanfaat untuk melemaskan syaraf-syaraf kaku bahan masakan sehingga masakan terasa lebih nikmat dan bertekstur lembut. Begitu juga pustakawan yang pensiun. Apakah mereka tidak bermanfaat? Salah. Mereka bisa menjadi bermanfaat dengan tetap mencintai ilmu kepustakawanan. Mereka bisa menjadi konsultan baik dalam instansi pemerintah, swasta maupun kemasyarakatan. Biarpun mereka pensiun tetapi masih tetap bisa berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mungkin pandangan saya sangat sempit dan terkesan memaksa. Ini hanyalah ungkapan hati saya yang baru belajar dunia kepustakawanan, namun sangat mencintai makanan khas Indonesia yaitu tempe. Tempe yang sangat bermanfaat untuk kesehatan bangsa. Bahkan Prof. Dr. Yati Soenarto PhD, SpAK dari FK UGM pernah mendapatkan Award dokter anak terbaik se Asia karena meneliti manfaat bubur tempe untuk menanggulangi diare.

Besar harapan saya, semoga pustakawan Indonesia dapat meneladani filosofi tempe seperti yang saya gambarkan. Pustakawan yang multitasking, cerdas, dan berdedikasi yang bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Salam literasi.

Biografi Penulis:

Maniso Mustar, lahir di Kebumen, 12 Mei 1980. Pendidikan terakhir pada Program Studi Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM (2002). Saat ini bekerja sebagai Pustakawan di Perpustakaan Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Selain mengerjakan tugas kepustakawanan saat ini dipercaya untuk menjadi Seksi Hubungan Kerjasama kepada Masyarakat (HUMAS) dalam Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Pengurus Daerah Kabupaten Sleman DIY. Penghargaan terakhir yang diperolehnya adalah sebagai Pustakawan Berprestasi Terbaik II tahun 2018 Universitas Gadjah Mada. Informasi dan kontak pada: ariemaniso1205@ugm.ac.id, Nomor HP: 08122696246. Link: https://ugm.academia.edu/ManisoMustar, https://scholar.google.co.id/citations?user=nvNk8LgWG4gC&hl=id

18 komentar:

  1. Mantab mass..hidup pustakawan indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hidup,.... semoga bisa selalu berperan dalam pembangunan pendidikan Indonesia

      Hapus
  2. Tulisan-tulisan mu luar biasaaa...sukses dan terus berkarya

    BalasHapus
  3. Perpustakaan di perguruan tinggi memang beda.... Pustakawan dituntut untuk lebih eksis dalam meningkatkan kinerja perpustakaan sebagai penunjang keberhasilan perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas.... Good job mas Coco, lain kali nulis tentang perpustakaan khusus (instansi) ya 😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap,... masih dalam proses untuk pustakawan instansi dan perpustakaan khusus. terima kasih atas saran dan masukannya,.....

      Hapus
  4. Cerdas 👍
    Semangat pustakawan Indonesia
    Banyak menulis banyak tema kita jadi terbuka wawasannya

    BalasHapus
  5. ringan berisi tulisannya,, lanjutkan

    BalasHapus
  6. Pustakawan cerdas,terus belajar dan siap berubah menjawab tantangan jaman

    BalasHapus
  7. Semangatt mas Coco. Selalu improve diri sendiri ya mas. Semoga tercapai impian mas Coco

    BalasHapus