Kamis, 07 Februari 2019

Pustakawan, bisa apa?

Oleh: Asih Sunarsih*

Pustakawan sebuah profesi yang jarang orang ketahui. Profesi tersebut masih dianggap sebelah mata. Pustakawan selalu diidentikkan dengan sosok perempuan tua yang berkacamata lebar, galak, dan tidak gaul. Padahal jaman now ini, pustakawan adalah pribadi yang humble, gaul dan juga tidak semuanya lho seorang perempuan. Mas-mas ganteng pun banyak kok yang menjadi pustakawan. Hehe. Iya, dari masih rendahnya stigma masyarakat tentang pustakawan, bahkan kakak saya dulu juga tidak percaya bahwa saya akan bisa menghidupi diri sendiri dari profesi pustakawan. Orang-orang masih menganggap pustakawan itu ya duduk anteng, ngolah, ngeklas, nata buku, melayani orang pinjam dan ya sudah. Padahal tidak seperti itu, kawan.

Pustakawan, bisa apa?
Credit: Openclipart
Pustakawan, bisa apa to? Ini adalah beberapa kebisaan yang saya rasakan selama mengabdi jadi pustakawan.

1. Bisa menghidupi diri dan keluarga

Qadarullah setelah mengabdi dan merasakan pahit manisnya menjadi pustakawan sekolah selama kurang lebih lima tahun, di Tahun ke enam saya diangkat menjadi pustakawan plat merah melalui seleksi CPNS umum. Iya, dengan SK yang tercantum sebagai pustakawan. Profesi yang mampu mengangkat derajat dan segi finansial. Alhamdulillah, jurusan yang dulu tak pernah dihiraukan dan terabaikan sekarang bisa diandalkan dan sudah dianggap. Banyak teman-teman yang dulu meremehkan, bilang saya “bejo”. Saya menganggapnya bukan cuma “bejo” saja karena untuk sampai di fase ini banyak jalan dan usaha yang harus dilalui.

2. Bisa sering jalan-jalan

Nah, disini asyiknya jadi pustakawan. Bisa jalan-jalan ke seluruh pelosok Kabupaten. Dari desa-ke desa, sekolah, ke TBM dalam rangka menebarkan virus membaca yang dirangkum dalam kegiatan perpustakaan keliling maupun pembinaan dan monev perpustakaan. Saya sangat senang bila berkunjung ke desa-desa yang pinggiran yang letaknya diperbatasan Kabupaten. Karena anak-anak akan sangat antusias menunggu kedatangan kami. Lelahnya perjalanan terbayar sudah dengan melihat anak-anak yang kegirangan menyambut kami. Baru lihat mobil pusling saja, girangnya ruarr biasa. “ada perpustakaan bergerak, ada perpustakaan bergerak,” kata mereka. Jadilah mereka meniru si Jarjit yang selalu menanyakan buku pantun. Hehe. Selain dinas dalam daerah, pustakawan juga sering dinas luar daerah dalam rangka bimbingan teknis (bimtek), diklat, kunjungan kerja ataupun kegiatan seperti PerpuSeru. Bahkan terbang pertama kali juga saat jadi pustakawan, wkwk. Teman saya yang sudah janjian playdate untuk ketemuan, seringkali di cancel karena sayanya sering pergi. Sering nyeletuk, “sibuk e leh cah dadi pustakawan”. Katanya. Dia yang juga fungsional pertanian seakan ngiri dengan saya, haha.

3. Bisa bertemu dan dekat dengan masyarakat lintas batas 

Artinya dari anak-anak PAUD sampai bapak-bapak yang sudah purna tugas. Senangnya bila ada kunjungan anak-anak TK, kita bisa memandu dan mengenalkan buku-buku ke mereka. Bahkan seringkali, dianggap mantan guru TK karena terlalu asyik memerankannya. Sejak menjadi perpustakaan yang menerima program PerpuSeru, maka dibukalah perpustakaan sebagi pusat kegiatan masyarakat dengan melibatkan komunitas-komunitas yang ada. Bergaul dan berteman dengan komunitas, membuat saya merasakan indahnya berbagi dalam keberagaman.

4. Bisa berbicara di depan banyak orang

Akhirnya, setelah menjalani profesi ini saya dipaksa harus bisa berbicara di depan khalayak. Iyalah, kalau gak bisa ngomong terus kalau ngajar bimtek bagaimana? Perjuangan keras untuk meruntuhkan ketidak pedean diri sendiri pun dimulai. Dalam hal ini, saya banyak belajar dari pelatihan-pelatihan yang diadakan PerpuSeru dan bagimana sih membuat suasana bimtek yang tidak membosankan. Jadilah, setiap kali kita bimtek suasananya akan menghebohkan.

5. Bisa mengerjakan tugas diluar tupoksinya

Sudah dua tahun ini diamanahi tugas sebagai bendahara seksie lengkap dengan pengerjaan SPJ nya. Kadang-kadang saya berpikir, sebetulnya saya ini fungsional pustakawan atau anggaran ya? Hehe. Untuk amanah yang satu ini benar-benar luar biasa. Kita juga harus mencermati RKA sampai menjadi DPA, membuat renstra dan teman-temannya. Mungkin teman-teman yang bekerja di perpustakaan umum banyak juga yang mengalaminya. Ya, disyukuri dan jalani saja karena dengan begitu kita menjadi tahu alur birokrasi keuangan dan anggaran. Ketika saya bertanya, “kenapa harus saya, pak?” Lha, karena kamu pustakawan jadi yo harus bisa. LOL...Oke, terimakasih Pak sudah menganggap pustakawan serba bisa tapi tolonglah kembalikan saya ke khittahnya (sebagai pustakawan) bukan di anggaran. Seakan batin saya teriak seperti itu. Hehe.

Itulah mungkin sebagian “bisanya” pustakawan. Dan, tentunya masih banyak bisa-bisa lainnya yang dimiliki oleh teman-teman hebat sesama pustakawan di group ini. Bukan Ular Ber-bisa tetapi Pustakawan yang ber-bisa. Yang bisa-nya kadang membuat iri profesi lainnya.

Salam Pustakawan.

*Pustakawan pertama pada Dinas Arpus Kab. Pati
Email : asihzunarsih@gmail.com

4 komentar:

  1. Keren asih curhatannya sukaaak semaNgat pustakawan

    BalasHapus
  2. Keren asih curhatannya sukaaak semaNgat pustakawan

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Mantul...saya malah meleset jauh dari ilmu yg didalami,malah sekarang jadi tukang ttd sertipikat...xixi, pustakawan sertipikat.

    BalasHapus