Selasa, 05 Februari 2019

Pustakawan Sekolah WAJIB Narsis


Jadilah makhluk narsis, namun narsis yang berfaedah.

What? Kok  bisa? Narsis bagaimana? Dengan sering-sering selfie di perpustakaan, trus sebar di sosmed, gitu? Wkwkwk, kalau mau begitu ya silahkan aja sih. Tapi bukan itu maksud saya. Trus, apakah pustakawan harus terlihat sibuk terus? Pura-pura sibuk kalau perlu, biar semua orang melihat betapa sibuknya kita, dengan kening berkerut, senyum setipis mungkin, dan menjawab seadanya? Well… hidup adalah pilihan ya :D

Tapi kalau sudah kerja pontang-panting memajukan perpustakaan tapi pustakawannya diam saja, tidak menunjukkan hasil kerjanya ke khalayak ramai alias kurang narsis, sama saja bohong kan? Ketika di akhir tahun ajaran hanya menyodorkan laporan berisi kegiatan selama setahun yang dilakukan diam-diam (mungkin ini pustakawan pemalu, atau low profile dengan prinsip 'kerja adalah ibadah, bukan buat riya'), tidak ada gembar-gembornya saat kegiatan tersebut berlangsung, tetap saja pustakawan akan dianggap makhluk yang tidak ada kerjaan.

Percayalah! Di sini banyak yang menyangka menjadi pustakawan itu enak, “gampang ah miss, Cuma cenat-cenit scanner barcode aja kan kerjaannya? Tukeran-yuk!”  Nah, jadi minta tukeran job deh.

Mendengar itu pustakawannya harus merasa apa ya? Merasa sedih? Sakit hati? Atau marah? Apalagi jika atasan kita juga menganggap demikian. Sementara dia bukanlah atasan yang rajin melongok ke perpustakaan, hanya berasumsi saja dan tidak melihat pustakawannya koprol. Saya punya yang kayak gitu, dua :D

Sedih no more, wahai pustakawan sekolah. Seperti lagu lawas yang dibawakan Chrisye, badai pasti berlalu. Demikian juga prasangka buruk tentang pustakawan sekolah yang kurang kerjaan itu. Mau saya berikan tipsnya? Ini beberapa hal yang sudah saya lakukan selama menjadi pustakawan sekolah.

1. Promosi koleksi

Kadang perpustakaan yang sepi itu terjadi karena guru-guru di sekolah tidak tahu koleksi apa saja yang ada di dalam perpustakaan. Maka, carilah waktu untuk menyebarkan informasi koleksi. Jangan sekaligus semua, bisa bertahap. Di sini, saya berpromosi melalui grup guru di whatsapp. Apa sih yang tidak dibuat grup sekarang, ya kan? Pertama saya foto buku-buku per-subject. Misal, buku pegangan guru di ma-pel matematika, saya foto cover bukunya, lalu blast ke group. Besok ganti subject Musik, demikian seterusnya. Pasti ada kok satu-dua yang lalu datang dan ingin meminjam. Tak  apa mempromosikan koleksi lama.

2. Kerja sama dengan Guru

Ini saya lakukan terutama ke guru-guru yang subjectnya itu mengharuskan siswa membuat project yang membutuhkan riset, seperti science, dan social study, namun tidak menutup kemungkinan untuk pelajaran lain, seperti Bahasa Indonesia. Saya datangi koordinator subject tersebut, atau langsung ke gurunya juga lebih bagus. Katakan bahwa jika ada project, siswa bisa mencari data di perpustakaan, pustakawan yang akan menyediakan resourcesnya (bisa buku, poster, peta, ensiklopedia, dan lain-lain). Misal, guru sains sedang ada tugas tentang tanaman, pustakawan bisa menarik koleksi buku tentang tanaman dari rak -ini bertujuan supaya anak-anak tidak mengacak-acak koleksi- dan menumpuknya di meja. Beri sign TANAMAN. Guru tersebut datang ke perpustakaan dengan anak-anaknya, dan mencari data tentang tanaman dari buku yang telah disediakan.

3. Library Games

Sering-seringlah mengadakan games. Anak-anak suka banget jika perpustakaan mengadakan games. Yang gampang saja, seperti menghitung jumlah buku yang ada dalam kotak. Susun buku sedemikian rupa, sehingga sulit dihitung :D Jangan lupa diblast di group guru dan ajak juga mereka untuk ikut serta. Kadang mereka yang lebih antusias ikutan dibanding siswa, lho! Seru kan?

4. Pusat Kegiatan

Selain untuk kegiatan riset, bisa juga menjadikan perpustakaan sebagai pusat kegiatan. Di sini, komputer dan printer yang disediakan untuk guru, diletakkan di perpustakaan. Jadilah pustakawannya menjadi penjaga warnet :D Tapi jangan dianggap beban, justru ini akan membuat guru-guru sering datang ke perpustakaan. Kan mereka butuh nge-print. Nah, jika ada koleksi yang sekiranya sesuai untuk salah satu dari mereka, bisa langsung direkomendasikan secara personal. Ini terjadi saat saya melihat-lihat koleksi apa ya yang bisa ditunjukkan ke guru? Tiba-tiba mata saya berhenti pada satu buku tebal yang menurut saya akan berguna untuk counselor. Ketika saya mau WA, ternyata couselornya datang mau nge-print. Langsung saja saya suruh lihat-lihat buku itu, eeeh dia malah langsung pinjam, dan seminggu kemudian dia kasih feed back, “Miss, bukunya ternyata kepake banget!” Ah senangnya.


Ini semua tidak akan terjadi kalau pustakawannya kurang (atau tidak) narsis. Memang harus banyak sebar info, mau itu info tentang koleksi, tentang kegiatan, tentang apa saja. Ada seorang teman pustakawan yang sangat rajin mengirimkan headline koran ke grup guru. SETIAP HARI! Dia sangat mengerti bahwa guru-guru tidak sempat membaca koran, maka dia update berita terbaru yang ada di koran hari ini. Dia pancing sedemikian rupa rasa ingin tahu guru dengan tidak menceritakan seluruh artikel, agar mereka datang dan membaca sendiri ke perpustakaan.

Banyak hal yang bisa kita lakukan kok. Jangan gundah. Dan seperti halnya perpustakaan adalah pusat informasi, pustakawan juga harus rajin menyebarkan informasi. Jadilah makhluk narsis, namun narsis yang berfaedah ;)

**

Penulis: pustakawan sekolah dasar di Bintaro, yang sekarang sukanya main di Instagram dengan akun @bookdragonmomma. Website: book-corner.blogspot.com

2 komentar: