Kamis, 09 Mei 2019

Perpustakaan : Lembaga Post-Minimalisme


Budaya minimalis semakin digandrungi oleh individu-individu saat ini, budaya tersebut mengagungkan bentuk kelapangan sehingga membawa kebahagiaan. Minimalis merupakan upaya untuk menjelaskan tentang konsep sederhana dengan melihat dari segi ruang maupun segi kejiwaan, sehingga dapat memberikan efek psikologis yang menenangkan dan membahagiakan bagi para penganutnya.

Seperti yang selalu digaungkan oleh para tokoh-tokoh minimalisme Minimalism has helped us to Eliminate our discontent, Reclaim our time, Live in the moment, Pursue our passions, Discover our missions, Experience real freedom, Create more, consume less, Focus on our health, , Grow as individuals, Contribute beyond ourselves, Rid ourselves of excess stuff, Discover purpose in our lives

Salah satu aplikasi dari budaya minimalis ini adalah decluttering atau budaya beres-beres. Beberapa pembaca pernah mendengar atau bahkan sudah membaca konsep beres-beres ala Marie Kondo, minimalist lifestyle ala Fumio Sasaki, Ryan Nicodemus, Joshua Fields Millburn. Nama-nama tersebut adalah tokoh-tokoh yang menggaungkan budaya minimalis, sederhana dan simple. Salah satu yang terkena dampak pengaplikasian konsep beres-beres atau minimalist lifestyle adalah, koleksi buku-buku dan majalah-majalah yang disimpan oleh para pemiliknya. Istilah termudah dari menjelaskan tentang decluttering adalah aktifitas untuk menata ulang dan mengurangi timbunan barang yang kita miliki. Decluttering lebih memfokuskan pada apa saja yang perlu disimpan, dan bagaimana menata ulang benda yang disimpan itu.

Koleksi buku dan majalah merupakan yang paling top menjadi kendala bagi para minimalis dalam proses menjalankan decluttering. Karena biasanya buku-buku dan majalah tersebut menyimpan banyak kenangan bagi pemiliknya, dalam otak pemilik terkadang bermunculan suara-suara sumbang seperti “Sebagai orang yang sangat gemar membaca buku, ada budget khusus untuk membeli “makanan pikiran” ini. Pola beli-baca-simpan terus berulang, rak buku pun beranak pinak, cepat sekali terisi dengan deretan penghuni yang memikat hati. Hingga sebagian besar semakin jarang tersentuh ulang, untuk dibaca lagi.”

Source : www.evazahra.com

Berbeda dengan lembaga yang kita bilang perpustakaan, lembaga satu ini selalu setiap tahunnya mengumpulkan buku-buku untuk menambahkan koleksi nya menjadi semakin mutakhir dan komplit. Malahan salah satu perpustakaan lembaga pemerintah yang melakukan weeding decultering menjadi olok-olokan dari banyak orang (entah itu orang yang menggunakannya atau hanya numpang lewat). Padahal dengan budaya minimalis itu mungkin perpustakaan tidak menjadi lembaga yang berkesan kuno tetapi lembaga yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, begitupun pustakawan yang ada didalamnya mungkin dapat menjadi lebih bahagia dan lebih tenang. Sehingga kosongkanlah perpustakaan anda buatlah lebih lapang dan nyaman dipandang mata.

You don’t have to be a people pleaser, you don’t do good to look good, you don’t do mainstream to look normal, you don’t have to follow what others do, you don’t have to mimicking them. All you need is let go things in your life so you can be in a better life.

2 komentar:

  1. Saya kalo baju bisa declutter, tapi kalo koleksi buku? No no no

    Karna kebanyakan buku yang saya beli adalah buku-buku bagus dan asli, jadi ada nilai perjuangannya. Bukunya mau saya simpen, nanti kalo anak saya udah besar biar dia bisa baca buku-buku bapaknya.

    BalasHapus
  2. iyaps, berapa lama lagi anaknya besar mas?hehehe...

    jadi di rumahnya ada perpustakaan pribadi mas?hehehe

    BalasHapus