Selasa, 08 Maret 2022

Musik dan Perpustakan

 


9 Maret ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional, bertepatan dengan lahirnya WR. Soepratman, tepatnya 9 Maret 1903. Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) No. 10 Tahun 2013, tanggal lahir pencipta Lagu Indonesia Raya ini, ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional. Seperti kita ketahui, lagu Indonesia Raya didengarkan pertama kali saat Kongres Pemuda ke II, tanggal 28 Oktober 1928.

Pandemi selama dua tahun ini, salah satu sektor yang paling terkena dampaknya adalah bidang permusikan. Selama pandemi, kita ‘dipaksa’ mengurangi aktivitas ke luar rumah, apalagi berkeruman seperti menontor konser musik. Tentunya ini memukul dunia musik tidak hanya secara nasional, tapi juga secara global.

Pembatalan konser musik, tur keliling daerah, perisilan album maupun single, promo dari radio ke radio, tentunya sangat berdampak kepada para pemusik Indonesia. Selama dua tahun terakhir, tidak ada konser besar yang diadakan di Indonesia. Salah satu konser besar yang awalnya diagendakan akan berlangsung tahun 2020 di GBK dan berakhir batal karena mengguritanya pandemi di tahun itu adalah konser yang diadakan oleh Raisa, salah satu penyanyi ternama Indonesia.

Sebenarnya saat pandemi, banyak lagu-lagu hits bermuncul dan bisa dikatakan viral. Pertama, di tahun 2020, meski masa pandemi, lagu Lathi yang dinyanyikan Sara Fajira garapan Weird Genius yang terdiri dari Eka Gustiwana, Gerard Liu, dan Reza Arap  ini, tidak hanya booming di Indonesia saja, tapi juga menembus ke luar negeri. Poster Weird Genius sendiri, pernah terpampang di papan iklan di sekitaran kawasan Time Square, New York, Amerika Serikat sekitar Juli 2020. Di youtube, video klip lagu Lathi ini sudah ditonton sebanyak 123 juta kali dengan like sebanyak 3,5 juta.

Sedangkan di tahun 2021 kemarin, untuk memperingati 17 Agustus sebagai perayaan kemerdekaan Indonesia, Alffy Rev feat Novia Bachmid, lagu Wonderfull Indonesia juga cukup menyita perhatian. Video klip yang ditampilkan sungguh luar biasa. Menyuguhkan keberagaman Indonesia. Kini, video klip lagu Wonderfull Indonesia sudah ditonton sebanyak 32 juta kali, dengan mendapatkan like sebanyak 2,9 juta via youtube. Tak lama kemudian, muncul lagu The Spirit of Papua yang juga masih garapan Alffy Rev. Kali ini beliau berkolabrasi dengan Nowela Mikhelia, Epo D’fenomeno dan Funky Papua yang ketiganya memang asli putra-putri yang mengharumkan tanah Papua. Di youtube, video klip lagu The Spirit of Papua ini sudah menembus 7 juta kali ditonton dengan like 749 ribu.

Ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari mendengarkan musik. Pertama, mengubah mood. Mendengarkan musik yang rileks,  tanpa disadari mampu memengaruhi mood. Misal awalnya pikiran kita ruwet, menjadi rileks saat mendengarkan lagu atau instrument yang sesuai kita inginkan. Kedua, ketika mood kita sudah bagus, tentu manfaat selanjutnya dari mendengarkan musik adalah meningkatkan konsentrasi dalam melakukan sesuatu. Ketiga, dengan mendengarkan musik, mampu merangsang otak. Keempat, manfaat selanjutnya adalah melatih daya ingat. Kelima, musik juga bagus untuk kesehatan mental, mengatasi stress dan gangguan tidur. Ya, mendengarkan musik sambil membaca buku bisa menjadi pengantar tidur yang cukup efektif.

Sekarang ini, sudah banyak perpustakaan yang menerapkan untuk pemutaran musik di ruangannya. Meski begitu, perlu dipahami jika tidak semua ruangan dibutuhkan pemutaran musik. Untuk di perpustakaan perguruan tinggi misalnya, yang terdiri dari beberapa ruang, tentu tidak semua ruangan bisa diberikan sarana untuk pemutaran musik. Begitu juga dengan perpustakaan sekolah yang cenderung memiliki keterbatasan ruang dan tidak banyak sekat seperti tipe perpustakaan lainnya.

Tahun lalu, dalam rangka HUT Perpusnas ke 41 adanya Layanan Studio Musik. Fasilitas ini bersifat gratis. Berharap kedepannya, layanan ini membuka peluang bagi pemusik untuk menyalurkan minat dan bakatnya.

Berharap kedepannya, setelah pandemi ini berakhir, industri musik Indonesia bangkit kembali. Semoga tidak hanya kafe-kafe saja, tapi juga perpustakaan bisa mempromosikan lagu-lagu daerah dalam pemutaran musik di ruangan tanpa mengganggu kenyamanan pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan. Misalnya, saat perpustakaan baru dibuka layanananya, bisa diputar satu atau dua lagu khas daerah di tempat perpustakaan tersebut berdomisili. Begitu juga saat menjelang perpustakan tutup, bisa didengarkan satu atau dua lagu khas daerah yang berbeda judul dengan lagu yang diputar saat perpustakaan baru dibuka. Jika itu bisa diterapkan, tentunya perpustakaan mendukung musik atau lagu dengan kearifan lokal, yang tanpa disadari hari ini mulai tergerus dengan terpaan musik dari luar negeri yang cenderung lebih diminati bagi generasi milenial, terlebih lagi generasi Z.

Ditulis oleh

Luckty Giyan Sukarno

Pustakawan SMA Negeri 2 Metro, Lampung

https://luckty.wordpress.com/

http://catatanluckty.blogspot.co.id/

http://perpus.sman2metro.sch.id/

https://www.instagram.com/lucktygs/

https://www.instagram.com/perpussmanda/


1 komentar:

  1. Keren, memang walau tidak semua ruangan cocok diberi musik. tapi harus ada satu atau dua ruangan yang ada musiknya. Pemilihan musik juga ga boleh main-main nih agar pengunjung perpus betah. Salam kenal.

    BalasHapus