Minggu, 10 Februari 2019

Pustakawan di Sarang Penyuluh


Pustakawan udah jadi mitra peneliti. Suka-duka para pembantu lapangan dan saling berbalas pantun, mewarnai jalannya penelitian ini. Bagaimanakah kisahnya, Ikuti Bulan yuuk....*Hariyah 

            Bulan sang pustakawan menerima undangan rapat. Undangan itu sudah ada di mejanya begitu ia sampai kantor. Wew, undangannya mendadak banget. Siang ini rupanya. Tapi ini penting, Bulan harus hadir. Begitu pikirnya.Waaah, Bulan tetiba  ngebut  ngentri data koleksi, sebelum ia harus cabut menuju ruang rapat.
Begitulah Bulan. Disela-sela pekerjaan rutinnya ia harus menghadiri rapat yang menurutnya cukup penting dan gak boleh ditinggalkan. Bulan sang Pustakawan sudah jadi mitra peneliti, karena itulah Bulan dianggap mampu berperan di sini.  Emangnya rapat apa sih, kok  Bulan kayak grasak grusuk gitu. Ooo ternyata Bulan dilibatkan dalam kegiatan penelitian skala besar di lembaganya. Apa itu? Namanya Survey Indeks Kerukunan Umat Beragama di Indonesia tahun 2018.
Inti dari pertemuan tersebut semacam TOT (Training for Trainers). Bulan dan peneliti lainnya ditraining untuk menjadi Trainer. Setiap orang adalah kordinator di lokasi survey masing-masing. Mereka di sebar ke 34 propinsi di Indonesia.  Satu orang satu lokasi. Termasuk Bulan, dia dikirim ke kota Pekanbaru. Wuidiw, ini lagi-lagi pengalaman penelitian Bulan yang unik. Bersyukurnya, panduan yang didapat dari pertemuan tadi cukup lengkap. Ini akan memudahan dan menjadi panduan Bulan dan  peneliti lainnya untuk terjun ke lokasi. Tapi bagi Bulan tetap saja, rasa nervous itu ada.
Apa sih yang akan dikerjakan Bulan. Pertama, dia harus melengkapi dirinya dengan kelengkpan peneliti yang sudah disiapkan panitia pusat. Apa saja kelengkapannya, yaitu: Surat Perjalanan Dinas (SPD) untuk peneliti, Surat tugas penelitian, Surat rekomendasi penelitian dari Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Surat pemberitahuan penelitian kepada Kakanwil dan Kakankemenag dari Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Surat tugas untuk pembantu lapangan/enumerator, Berkas administrasi keuangan, seperti form daftar penerima honorarium dan kuitansi pembantu lapangan, File-file/softcopy (kuesioner, daftar desa di provinsi yang sudah diacak, file acak KK (Kartu Keluarga) yang terpilih, format Data Entry dan Sertifikat Enumenator.
Ketika sudah sampai di lokasi penelitian, apa yang harus dikerjakan? Pertama-tama Bulan berkomunikasi dengan Kanwil Kemenag provinsi, Kemenag kabupaten/kota, atau pihak perguruan tinggi.  Menyampaikan  rencana penelitian, terutama permintaan bantuan tenaga pembantu lapangan/enumerator. Seperti apa tenaga yang dibutuhkan. Kriterianya  adalah: Handal, siap menelusuri dan mewawancarai responden,  dapat dipercaya, melaksanakan proses survei sesuai aturan, dan diutamakan memiliki hp bisa ber-whatsapp/untuk komunikasi, serta terampil mengoperasikan komputer/ms. excel untuk input data, punya nomor rekening Bank atas nama yang bersangkutan, diutamakan dari kalangan penyuluh agama atau mahasiswa.
Bagaimana hunting Bulan untuk mendapatkan enumerator atau pembantu lapangan alias pembalap? Alhamdulillah, berkat komunikasi yang baik dengan pimpinan dan pihak-pihak terkait di sana, dalam waktu yang tidak lama Bulan sudah mendapatkan nama-nama orang yang akan membantunya. Siapa mereka?  Wow, ternyata mereka adalah kaum bapak para penyuluh keagamaan yang berjumlah 14 orang. Mereka siap menjalankan tugas dan berkomunikasi dengan Bulan selama survey berlangsung. Selanjutnya Bulan mengatur  jadwal pertemuan dengan para pembalap.
Pada hari yang sudah disepakati, berkumpulah mereka di ruang pertemuan Kankemenag kota Pekanbaru. Pertemuan dibuka oleh kepala kantor. Beliau sekaligus memberikan wejangan dan semangat kepada para penyuluh agar melakukan survey ini dengan baik. “Bapak-bapak para penyuluh keagamaan, saya minta bisa bekerja dengan baik. Hal ini dalam rangka mendukung dan mensukseskan program nasional dari pusat”, ujar beliau.
Selanjutnya Bulan on action. Bergaya layaknya seorang dosen, di depan kepala Kankemenag dan dihadapan 14 orang penyuluh keagamaan yang semuanya kaum Adam, Bulan menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat survei ini. Bulan  menyampaikan semangat dan motivasi bahwa pekerjaan ini sangat mulia, partisipasi mereka berkontribusi besar bagi upaya pemeliharaan kerukunan umat beragama di Indonesia secara luas.
Setelah itu Bulan melakukan simulasi wawancara, dengan mengulas satu per satu pertanyaan dalam angket, sehingga pembalap memahami maksud dan cara pengisian setiap item pertanyaan. Bulan menjelaskan cara penentuan responden dalam suatu desa. Setiap pembantu lapangan bertanggung jawab mewawancarai 10 responden di setiap Kelurahan/desa yang diperoleh secara acak. Diharapkan para pembalap dalam bekerja tidak terburu-buru, 1 hari sebanyak 3 orang. Bulan harus pastikan semua pembalap mengerti dan dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Dan yang juga penting adalah, para pembalap akan diberikan transport dan honor selama 6 hari.  Kepada masing-masing pembalap juga dilengkapi berkas-berkas berupa: angket 10 eksemplar, angket bantu 1 eksemplar, cinderamata untuk responden, surat dukungan penelitian dari Kemendagri, dan surat tugas pembantu lapangan.
Singkat cerita, dimulailah  survey ini. Sebagai satu-satunya kaum Hawa, pada awalnya Bulan rada canggung, tetapi dia cepat beradaptasi dengan mereka. Segala komunikasi dan perkembangan survey didiskusikan dalam sebuah grup wasap. Ini beberapa percakapan Bulan yang sempat terekam.
“Asw bapak2...semangat pagi. Hari ini turun ke desa/kelurahan kan...mohon posting foto2nya... Kopian kish grid, satukan/ sisipkan di instrumennya ya pak” Bulan membuka pembicaraan di grup.
“ Siippp..siap…”, sahut Pak Masrizal.
“Bapak2, adakah yg blm punya file excel untuk acak KK dan input....”, tanya Bulan.
“Udah semua kayaknya Bu...tinggal eksekusi dilapangan aja ...”, sahut Pak Ramlis.
“Sip...selamat berjuang, semoga dimudahkan, lancar dan sukses survey nya....” Jangan lupa foto2 di lapangan di share ya”, jawab Bulan.
“Aammiiiin... Insya Allah Bu..”,  jawab pak Ramlis.
            Walaupun sudah dilakukan pembekalan, tetap saja dalam prakteknya ada kendala. Ada yang wilayah kelurahan/ desanya cukup besar dan luas karena hasil pemekaran, sehinngga agak bingung bikin tabel acaknya, ada yang data KK di kelurahannya tidak lengkap, tersebar atau berserakan, bahkan tidak ada. Ada yang pemukiman padat dan kontur desanya agak sulit dijangkau, ada pula yang infrastruktur jalannya untuk masuk motor saja agak sulit, ada yang petugas di keluarahannya sulit ditemui, ada yang gak mau kasih data malah, dan lain-lain deh. Itu baru tahap untuk menetapkan responden. Nah, apalagi pas berhadapan dengan responden nih, bakalan macam-macam responnya. Makanya dalam penelitian ini melibatkan penyuluh keagamaan, karena mereka dianggap dekat dengan masyarakatnya, sehingga diharapkan lebih memudahkan survey dan penggalian data dari responden.
             Di survey ini yang paling bikin deg-degan si Bulan malah pada pembalapnya sendiri. Ada yang tidak ada kabar  sama sekali atas perkembangan surveynya dan ada pula yang sudah beberapa hari belum sempat turun ke lapangan. Ternyata usut punya usut, ada yang sedang sakit, ada yang harus pulang kampung menemui orangtuanya yang sakit sampai akhirnya meninggal, bahkan ada juga karena kesalahan administratif, si pembalap harus ke luar kota untuk diklat padahal dia sudah bergabung dalam survey ini, haduuuh, ada-ada saja ya, hihihi.  Kalau sudah begini Bulan jadi kalang kabut untuk mencari penggantinya yang dapat bekerja dengan cepat. Pffffh. Syukurlah ternyata bapak-bapak ini saling membantu dan memback up satu sama lain.
            “Semangat pagi bapak2....lanjut perjuangan hari ini ya....Saya mo sapa satu per satu nih. Pak Alfian  hadirkah..... pak Ramlis... Pak Busihat... Pak Arlis... Pak Masrizal... Pak Zarkoni... Pak Yusnedi... Pak Munasiri... Pak Nasri... Pak Suryandi... Pak Budhi... Pak Nurdin... Pak Suhaimi...dan  Pak Robi...”
            “Ok buk terima kasih hari ini kami siap tempur”, jawab Pak Yusnedi.
            Selama beberapa hari melakukan survey, beragam pengalaman, suka dan duka silih berganti dihadapi para pembalap. Ada yang wilayahnya terkena banjir, adapula yang penduduknya hanya bisa disurvey malam hari karena siangnya bekerja, ada yang respondennya gak mudeng-mudeng sehingga si pembalap harus membacakan setiap pertanyaan berulang-ulanng sampai tenggorokan kering, ada responden yang jutek, curiga dan nyuekin, ada pula responden yang bisa diwawancarai setelah selesai masak, selesai wiridan, dan selesai jaga kedai, jadi harus sabar menanti, macam-macam deh, hihihi.
Untuk menyemangati para bapak, Bulan menceritakan kepada mereka beberapa kondisi pembalap di daerah atau propinsi lain yang gak kalah seru suka-dukanya. Ada pembalap di daerah Maluku yang jatuh  dari motor sampai rusak motornya, karena medannya yg berat. Ada pula  yang harus nyebrang sungai atau pulau, sehingga kecapean dan sakit. Bahkan baru-baru ini ada yang terkena gempa cukup besar yaitu di daerah Lombok, getarannya sampai ke Bali bahkan Makassar. “Mohon doanya atas keselamatan mereka, bapak2”, jelas Bulan.
Setelah melalui berbagai aral melintang yang dihadapi, akhirnya para pembalap ini dapat menyelesaikan target surveynya dengan baik. Saatnya mereka merapikan berkas dan menyerahkan kepada Bulan.
“Bapak-bapak, untuk pengembalian instrumen kepada saya, apa perlu kumpul lg pak sekalian memberikan honornya atau bgm baiknya”, tanya Bulan
“Nanti ibuk nginap di mana? Hasil survey kami yang akan mengantarnya ke tempat ibuk”, sahut Pak Busihat.
“Saya nginap di hotel Pangeran bapak-bapak. Di Jalan Sudirman. Bisa temui saya di sini”, balas Bulan.
Karena suasana sudah mulai rileks, cair dan saling bercanda, mulailah mereka sahut-sahutan pantun. 
Naik kereta ke Pekanbaru....
Kereta berjalan jangan mendekat ...
Ke Pangeran jangan terburu-buru...
Pulang pergi asal selamat....., celetuk, Pak Alfian

Pekanbaru kota nan indah
Elok dipandang di malam hari
Kalau udah urusan rupiah
Kecepatan mobil tak dilihat lagi…, balas Pak Suryandi

Pekanbaru kota bertuah...
Pemandangannya begitu indah....
Usahlah kalah dg rupiah ....
Pikirkan Juo anak dirumah...., balas Pak Alfian

Pekanbaru di Bumi Melayu
Warna-warni beraneka budaya
Mobil pasti dibawa melaju
Demi rupiah anak istri tercinta…, Pak Suryandi gak mau kalah

Bahkan saat susah cari waktu janjian, ada yang nyeletuk,  “masak tempe asam padeh.... cape dehhhh..” hihihi senyum Bulan.

Saat mereka sudah kumpul bertemu Bulan, keluar lagi tuh pantun Pak Alfian,
Lancang kuning dibawa nelayan....
Menuju laut mencari Ikan....
Kompak penyuluh di Hotel Pangeran....
Tanda negeri ini rukun dan aman.....

Lancang kuning berlayar malam
Indah nian di selat Malaka
Habis ini mau makan malam
Karena lapar tak dapat ditunda...., balas Pak Suryandi karena sudah kelaparan dalam perjalanan.

Pak Budhi sedang otw ke hotel.  Pak Alfian beraksi,
Jika hendak malaju jalan...
Melajulah dijalan Sudirman.....
Kalau ada yg ikut makan ...
Ikuti saja mobil Pak Suryan...

Pak Suryandi gak mau kalah, dia membalas,
Mobil lah melaju kencang
Meninggalkan asap di antara ban
Lagi pengisian perut agar kenyang
Jangan diganggu sampai semua makanan dihabiskan

Hahaha seru  ya. Bikin seger. Bulan tersenyum-senyum. Ada satu orang pembalap, Pak Budhi namanya. Dari awal survey memang yang paling banyak kendalanya. Selain wilayah surveynya luas, untuk mendapatkan KK nya juga harus hunting yang gak mudah. Harus janjian sama bu lurah, dan berkali-kali gagal janjiannya saking sibuknya bu lurah. Bahkan sampai menunggu beliau demi mencari data KK, dari pagi sampai malam. Pak Budhi ini yang paling lama selesai surveynya, mendekati deadline. Lagi-lagi Pak Alfian nyeletuk,
Karet dibawa di hari pakan ...
Pasarnya jauh di Sungai rokan...
Mungkin Pak Budi kecapekan ...
Datanya jadi berantakan....
# Yg Sabar Ya !!!

Gak mau kalah Pak Budhi menimpali,
Apa tanda orang berpengaruh
Kalau berjalan penuh kewibawaan
Tadinya baru terinput separuh
Memang berencana nginput di Hotel Pangeran...
Berjalan ke Padang Datar
Dapat rusa belang kaki
Walaupun sedikit ada ke sasar
Tapi capeknya hilang ketemu ibuk Bulan di sini
            Bulan nyengar-nyengir memandangi HP-nya, rayuan gombal Pak Budhi meluncur. Pak Suryandi pun ikut nimpali:
            Rusa hilang di balik belukar
Belukar dibakar oleh petani
Tadi data pun hampir kesasar
Untung amplop bisa mengobati
“Wakkkk, bisa aja Pak Suryandi…” balas Bulan. Malam itu Bulan dan para pembalap tengah asyik bercengkerama di udara. Sampai malam kian menjelang, tinggal Pak Busihat yang belum nampak. Maka mulailah kelakar muncul,
            Amplop dijepit di bawah ketiak
Jepit nya sambil makan yang sedap
Buya Busihat masih belum terlacak
Apa jangan-jangan ada rencana menginap?

Selesailah malam itu, Alhamdulillah semua data survey dan berkas yang harus dikembalikan sudah ditangan Bulan. Sayangnya Bulan tidak sempat mengecek satu persatu untuk validasi datanya. Jadi kalau ada kekurangan bisa langsung dibetulkan saat itu. Karena sudah hampir tengah  malam dan Bulan harus packing barang untuk kembali ke Jakarta esok jam 6 pagi, maka komunikasi via grup wasap akan terus berlangsung untuk beberapa waktu.
Sesampainya Bulan di Jakarta, memang masih ada data yang harus diperbaiki. Alih-alih pengen istirahat, ternyata pekerjaan belum selesai. Seperti biasa, Pak Alfian usil,
Ibu Bulan sudah dirumah.....
Menunggu email ketua Pokja.....
Semoga Rezkinya makin melimpah......
Walaupun  ada tambahan kerja..
           
            Tapi buat Bulan, ini pengalaman menyenangkan. Para bapak ini alias pembantu lapangan adalah para penyuluh keagamaan di wilayahnya. Bahkan sebagian diantara mereka saling memanggil dengan sebutan ustad, buya, bahkan syekh. Karakter mereka yang beragam, juga jago berpantun, membuat suasana diskusi di grup lebih segar, santai, dan mencerahkan. Bahkan canda-canda mereka di grup, seringkali membuat Bulan terkekeh-kekeh, dan memberikan kesan ramah dan akrab. Terimakasih para bapak penyuluh keagamaan. Semoga perjuangan kalian membantu suksesnya survey ini menjadi amal sholeh. Tidak sebanding honor dengan kerja kerasnya, tapi biarlah Allah SWTyang akan membalas. Begitu doa Bulan.

0 komentar:

Posting Komentar