Minggu, 27 Januari 2019

Pustakawan, Si kecil berjiwa besar

Assalamualaikum waroh matullahi wabarokatu.

Bagi saya menjadi pustakawan itu sebuah pilihan, kenapa pilihan?!, karena profesi pustakawan masih banyak dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan. Maka saya tulis si Kecil berjiwa besar.

Menjalani  Profesi sebagai pustakawan, selama kurang lebih lima tahun, buat saya belum apa-apa masih banyak hal yang perlu saya gali dan pelajari. saya selalu merasa perlu mengembangkan pengetahuan saya agar membantu memudahkan pekerjaan saya serta tidak dipandang sebelah mata.

Banyak yang menganggap Pustakawan hanyalah pengurus buku digudang yang hanya duduk dan menunggu pemustaka yang datang. Padahal sebelum buku sampai pada pemustaka, ada proses panjang yang harus dikerjakan seorang pustakawan,  dan hal itu bukan hal yang ringan.

Butuh tekad dan niat yang kuat untuk mampu mengerjakan pengolahan ratusan bahkan ribuan bahan pustaka. mulai dari pengolahan, memberi nomor induk, megklasifiasi, memberi lebel dan sebagainya.

Meski melelahkan, pustakawan juga dituntut ramah dalam melayani pemustaka yang datang, dan hal itu mebutuhkan hati yang iklhas dan  jiwa besar agar tidak mudah merasa kesal ketika kita kurang dihargai dan dianggap remeh.

Perannya juga cukup penting dalam bidang pendidikan disekolah, seorang pustakawan  memudahkan peserta didik menemukan materi yang tepat untuk mengerjakan tugas dari guru mereka, dan hal itu sangat berarti bagi peserta didik untuk menunjang pengetahuan mereka, Apalagii pada kurikulum terbaru saat ini siswa dituntut mampu lebih aktif mencari pemecahan masalah sendiri pada setiap mata pelajaran yang diberikan.

sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu diperpustakaan. Taqk jarang mereka membutuhkan pustakawan untuk membantu hal itu, saya mengalaminya sendiri.

Putakawan juga dituntut  mampu bekerja lebih dari yang dibutuhkan, bukan hanya tentang mengolah dan melestarikan bahan pustaka tetapi juga dituntut mampu mengembangkannya. Apalagi dijaman digital seperti sekarang, tantangan seorang pustakawan semakin kompleks.

Jika dulu koleksi hanya sebatas buku,jurnal dan koleksi fisik lainnya,sedangkan koleksi jaman sekarang berkembang lebih canggih yaitu berupa koleksi digital.
hal itu menuntut pengetahuan yang mumpuni bagi seorang pustakawan agar dapat mengolah dan menyajikannya kepada pemustaka.

Akan tetapi, karena masih dipandang sebelah mata tadi, kesejahteraan pustakawan sering menjadi prioritas kesekian, khususnya untuk pengembangan profesi. Banyak orang- orang yang telah bekerja diperpustakaan dan bergelut dengan bahan koleksi bertahun-tahun namun tidak mengetahui bahwa pustakawan ada sekolahnya. sehingga pengetahuan mereka juga terbatas dan tak berkembang.

Kebanyakan pula, mereka hanya diberi gudang atau gedung yang tidak terpakai untuk menjadi perpustakaan serta fasilitas  ala kadarnya, sehingga tidak menunjang pekerjaan pustakawan dengan baik.

Bukan hanya itu pustakawan yang tidak menguasai disiplin ilmunya sering kali bermasalah pada bagian pelestarian, banyak bahan pustaka yang berharga atau langka dan masih bisa digunakan terbuang begitu saja karena tidak adanya pengetahuan tentang cara pelestarian bahan pustaka tersebut.

Sangat disayangkan bukan, dan akhirnya mengandalkan pada sumber pembelian. jika hal itu terjadi terus menerus maka bisa dipastikan bahan pustaka tidak bertahan lama dan juga tidak akan bertambah karena kurangnya perawatan.

Menjadi pustakawan bagi saya sama halnya menjadi orang tua. Merawat, mengembangkan dan mebuat bahan pustaka bermanfaaat untuk orang banyak, sama halnya denga memiliki anak.
Kita rawat sepenuh hati kita besarkan agar kelak membawa manfaat untuk orang banyak.

Sebagai pustakawan juga memeliki tugas mulia yaitu mengembangkan budaya literasi kepada seluruh lapisan masyarakat agar generasi yang akan datang lebih cerdas dan membanggakan. Menumpas buta aksara dinegara tercinta ini, agar kedepanya tidak ada lagi putra-putri indonesia yang tidak bisa membaca.

Melihat masih rendahnya minat baca di negara kita ini, saya memiliki impian sebagai pustakawan, saya ingin merangkap menjadi guru Tk ( taman kanak-kanak), kenapa?! karena menurut saya,menularkan budaya liiterasi pada orang lain tidak semudah membalik telapak tangan, dengan segudang problematika hidup pada orang dewasa akan sangat sulit menerapkannya.

Maka dari itu akan lebih baik jika menularkan hal itu sedini mungkin pada anak-anak yang  masih kecil. melalui cerita, nyanyian dan permainan. dengan kebiasaan dari kecil maka hal itu lebih mudah di ingat hingga ia dewasa kelak.
itulah sekelumit pengalaman saya sebagai pustakawan, lebih tepatnya staff perpustakaan.

Rasanya saya belum pantas disebut pustakwan, karena saya masih dalam masa menempuh pendidikan ilmu perpustakaan semster akhir. meski begitu saya begitu mencintai profesi ini,  banyak hal yang bisa saya pelajari, membuat saya sadaar betapa awamnya diri saya. Begitu banyak pengetahuan yang belum saya ketahui sebelumnya, namun sebagai pustakawan saya harus terus belajar agar bisa beranfaat utuk orang banyak.

Meski gaji sebagai pustakawan tidak seberapa tetapi saya tidak berniat untuk meninggalkanya. bagi  saya yang terpenting  manfaatnya  bagi orang lain moga bisa menjadi ladang amal buat saya diaherat kelak, Aaminn.

Saya berharap profesi ini lebih dipriorotaskan, tidak dipandang sebelah mata lagi. Semoga semua pustakawan yang berada dimanapun, senantiasa diberi kesehaan agar bisa bekerja sebaik mungkin, karena apa yang kita kerjakan adalah ladang pahala.

Salam terasi!

1 komentar:

  1. Saya sepakat, mengajarkan anak-anak TK sejak dini terkait literasi itu lbh penting, terutama untuk jangka panjang. Minimal dikeluarga sendiri ini, bisa dipraktikan. Salam

    BalasHapus