Minggu, 10 Februari 2019

Pustakawan Bisa Apa (Lagi)?

"Kepustakawanan Indonesia bak rumah besar dengan seribu pintu. Hiasilah ia dari sisi mana saja yang engkau bisa. Agar indah nan berwarna."
Judul di atas sebenarnya sudah digunakan oleh Mbak Sunarsih yang merupakan pustakawan di Dinas Perpustakaan Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Saya mengenal beliau, selain karena memang se-profesi, kami juga berasal dari daerah yang sama, yaitu Pati. Kendati saya tinggal di Yogyakarta. hehe

Di dalam tulisan tersebut, Mbak Sunarsih sudah mengulas paling tidak lima hal yang dapat dilakukan oleh Mbak Sunarsih yang notabene seorang pustakawan (baca lengkapnya: Pustakawan,Bisa Apa?).

Sejujurnya, judul "Pustakawan, bisa apa?" ini menarik diulas lagi. lebih luas, lebih panjang, dan lebih lebar. Tidak hanya dalam satu tulisan, namun bisa menjadi puluhan tulisan sekalipun. Jika perlu, judul tersebut diulas menjadi sebuah buku dengan judul baru, "100 Kiprah Pustakawan Indonesia dari A-Z" atau "75 Alasan Kenapa Kamu Harus Jadi Pustakawan". Agar apa? ya agar dunia ini tahu siapa makhluk bernama pustakawan itu.

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini, saya "nyemplung" ke dalam dunia penerbitan buku. Dunia yang sebenarnya tidak asing bagi saya karena pernah diajarkan di dalam perkuliahan dengan nama mata kuliah "Penerbitan dan Perbukuan" tat kala mengenyam bangku perkuliahan di Jurusan Ilmu perpustakaan. Di dalam perkuliahan tersebut dibahas tentang ISBN, Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (SSKCKR), HAKI, distribusi buku, dan lainnya. Hanya saja waktu itu tidak begitu paham detailnya karena belum merasa perlu.

Tepatnya di tahun 2015 saya mulai belajar penerbitan buku dan mendirikan sebuah penerbitan buku indie bernama Azyan Mitra Media (www.azyanmitramedia.com). Sebelumnya, Kang Murad Maulana dalam blognya www.muradmaulana.com pernah menyinggung sekilas Azyan Mitra Media dengan judul Kisah Pengalaman Saya Menulis dan Menerbitkan Buku: Dari Mayor Sampai Indie"

Perjalanan saya ke dunia penerbitan ini tidak tiba-tiba. Proses yang cukup panjang ini berawal dari kegalauan dan kegundahan pribadi ketika mencari referensi buku-buku bertema kepustakawanan di toko buku yang teramat susahnya. Tidak semua toko punya koleksi buku bertema kepustakawanan. Kalaupun ada, judulnya tidak lebih dari sepuluh hitungan jari dan judulnya bisa dipastikan itu-itu saja. Seakan sedang mengalami kejumudan. Tragis bukan?

Dari sini pertanyaan itu muncul. Mengapa sedikit sekali buku-buku bertema kepustakawanan di toko buku? Terlebih ini di toko-toko buku di daerah Jogja yang notabene adalah kota pelajar dimana seharusnya akses buku lebih gampang.

Saya menduga bahwa sedikitnya literatur di bidang kepustakawanan dikarenakan dua faktor. Pertama, sedikitnya pustakawan yang mau menulis. Kedua, minimnya minat penerbit untuk menerbitkan buku bertema perpustakaan. Hal ini karena tema perpustakaan tidak menjual atau tidak marketable. Namun, dugaan saya lebih condong pada poin 2, yaitu minimnya penerbit yang minat terhadap tema perpustakaan. Jika dilihat, beberapa nama penerbit yang masih menerbitkan buku tema perpustakaan hanya Graha Ilmu, Ar-Ruzz Media, Sagung Seto, dan beberapa lainnya yang jumlahnya tidak banyak. Bahkan, rasa-rasanya Penerbit kelas wahid, Gramedia, belum lagi menerbitkan buku tentang (ilmu) perpustakaan setelah terbitnya karya Profesor Pertama di bidang ilmu perpustakaan di Indonesia, Prof. Sulistyo-Basuki yang berjudul "Pengantar Ilmu Perpustakaan".

Saya meyakini bahwa saat ini jumlah pustakawan yang menulis sudah banyak.Hanya saja tidak didukung adanya penerbit buku yang mau menerbitkannya karena alasan market (pasar). Maka, sepertinya benar-benar dibutuhkan adanya sebuah wadah penerbitan yang memiliki idealisme di bidang perpustakaan. Tujuannya tidak lain adalah tumbuhnya literatur yang subur di bidang kepustakawanan.
Credit: https://pixabay.com
Semakin banyak literatur di bidang perpustakaan, tentu akan semakin bagus. Masyarakat yang ingin mengenal lebih dekat dengan pustakawan bisa tahu melalui buku yang ia baca. Namun, kalau buku-buku tentang pustakawan dan juga kepustakawanan saja tidak ada atau minim jumlahnya, bagaimana bisa orang (baca: masyarakat) dapat mengenal siapa itu pustakawan.

Masyarakat perlu literatur tentang kepustakawanan yang menggambarkan siapa itu pustakawan dan pernak-pernik pekerjaanya. Maka, jangan salahkan masyarakat jika saat ini masih miss persepsi bahkan tidak kenal siapa pustakawan. Bagaimana tidak? lha wong literaturnya saja minim, boss!

Melalui penerbitan ini, paling tidak kami sudah menerbitkan lebih sepuluh judul buku tentang kepustakawanan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Ke depan, kami masih terus berharap akan semakin banyak lagi literatur yang terbit di bidang kepustakawanan, baik melalui penerbit yang kami dirikan maupun penerbit lainnya. Mari kita sambut dengan suka cita.

Pada akhirnya, siapa lagi yang akan menyuarakan segala apa yang ada di perpustakaan jika tidak pustakawan itu sendiri?

Pustakawan bisa apa? Suarakanlah. Hiasilah kepustakawanan ini dari sisi mana engkau bisa. []




Moh. Mursyid
Wonokromo, Pleret, Bantul
10 Februari, jelang pukul 24.00 wib.

0 komentar:

Posting Komentar