Mumpung peringatan Hari Pustakawan Nasional yang jatuh
pada tanggal 7 Juli, rasanya relevan sekali jika membahas tentang pustakawan.
Sebenarnya di Indonesia, lumayan banyak pustakawan yang pintar, tapi sayangnya
kurang terekspos. Kalau istilah Bu Labibah (UIN Sunan Kalijaga, Jogja) banyak
pustakawan yang bekerja dengan giat, tapi bersifat tawadhu alias tak terlihat,
hahaha... :D
1.
Senyum
Pustakawan kerap identik dengan image
galak, judes, dingin, kaku, dan berbagai image negatif lainnya yang melekat.
Salah satu cara menghilangkan image tersebut sebenarnya sederhana sekali.
Sambut pemustaka yang datang dan layani dengan senyuman. Percayalah, dengan senyuman
yang tulus akan melunturkan image-image negatif tersebut.
2.
Sapa
Setelah senyum, tentunya dilanjut
dengan sapa. Ya, menyapa pemustaka bukan hal yang berat kok. Dengan menyapa,
ada kehangatan yang menjalar di relung sang pemustaka. Ada semacam rasa diakui
ataupun diingat. Apalagi kita sebagai pustakawan mengingat nama
pemustaka-pemustaka yang datang, ada semacam kebanggaan atau kebahagiaan
tersendiri bagi mereka jika diingat oleh pustakawan.
3.
Smart
Dulu saat kuliah, ada seorang dosen
berkata bahwa anti jika pustakawan berkata tidak tahu atau tidak bisa. Smart di sini
dalam artian tidak harus tahu segalanya. Pustakawan bukan robot, pustakawan tetaplah
manusia biasa. Smart tidak hanya mengetahui jawaban atas pertanyaan yang
diajukan oleh pemustaka, tapi minimal pustakawan bisa membantu pemustaka untuk
mencari jalan keluar suatu permasalahan
4.
Selow
Pustakawan jangan gampang terpancing
emosinya. Jika ada pemustaka terlambat mengembalikan buku atau buku yang
dipinjam rusak bahkan hilang, tak perlu langsung meledak-ledak. Tanyakan dahulu
permasalahannya. Kemudian dicarikan solusinya nanti bagaimana. Jika
pustakawannya nggak selow, dijamin pemustakanya takut buat balik lagi ke
perpustakaan, hahaha.. x))
5.
Siap sedia
Pustakawan adalah salah satu profesi
jasa yang tugasnya pelayanan. Meski bukan berarti siap 24 jam, tapi pustakawan
hendaknya siap melayani permintaan pemustakanya meski di luar jam kerja.
Misalnya tiba-tiba pemustaka bertanya tentang referensi buku, tidak ada
salahnya pustakawan membantu.
6.
Supel
Banyak perpustakaan bagus, tapi tak
jarang perpustakaannya sepi. Kenapa? Karena pustakawannya terkesan kaku,
pemustaka dianggap hanya penikmat perpustakaan. Padahal di zaman sekarang,
perpustakaan bukan lagi sekedar buku dengan buku, tapi juga pustakawan dengan
pemustaka. Ada komunikasi yang terjalin di dalamnya. Pustakawan yang supel,
tanpa disadari akan membuat pemustaka nyaman dan ingin lagi, lagi, dan lagi
untuk datang ke perpustakaan.
7.
Sportif
Pustakawan hendaknya sportif dalam
melakukan tugas. Jika pun salah, jangan malu untuk mengakui kesalahan di mata
pemustaka. Ataupun jangan ragu untuk menerima kekalahan saat orang lain ada
yang lebih unggul darinya. Mengakui kehebatan orang lain tidak akan membuat
harga diri jatuh kok.
8.
Sehat
Berteman dengan buku-buku yang rentan
penuh debu, pustakawan rentan terkontaminasi bakteri-bakteri lembut yang kasat
mata. Jika tidak menjaga kesehatan dan pola makan, pustakawan akan rentan
sakit. Pustakawan juga harus sehat agar kuat untuk barbelan alias shelving buku
setiap harinya. Semakin banyak buku yang dipinjam, berarti akan semakin sering
kegiatan shelving, hahaha... x)
9.
Sabar
Pustakawan harus sabar. Sabar dalam
mengolah buku yang bejibun. Sabar melayani pemustaka dengan karakter yang
beraneka ragam. Sabar menghadapi pimpinan yang banyak tuntutan. Sabar menghadapi
rekan kerja yang terkadang saling menyikut. Juga kudu sabar melihat buku-buku
yang berserakan di meja setelah dibaca pemustaka. Belum lagi buku-buku di rak
yang semrawut habis diacak-acak pemustaka. Hahaha... x))
10.
Solidaritas
Pustakawan hendaknya mempunyai
solidaritas alias kepedulian yang tinggi sesama pustakawan. Atau bisa juga
solidaritas terhadap pemustaka. Misal, meski jam kerja sebenarnya sudah lewat,
ternyata masih ada pemustaka yang membutuhkan layanan perpustakaan dan itu bersifat
darurat, tidak ada salahnya pustakawan bersikap solidaritas dengan membuka jam
layanan perpustakaan lebih lama.
*Foto pemanis adalah empat pustakawan sekolah yang
tersisa di Kota Metro, Lampung: Pustakawan SMA N 1 Metro, SMAN 2 Metro, SMK N 1
Metro dan SMK N 2 Metro.
Ditulis oleh
Luckty
Giyan Sukarno
Pustakawan
SMA Negeri 2 Metro, Lampung
Baca juga: PustakawanSekolah? Cuma Jaga Buku Aja?!?
0 komentar:
Posting Komentar