Kamis, 14 Februari 2019

Martin Buber, Pustakawan, dan Teori Dialog



Salah satu tema besar dalam filsafat komunikasi ialah mencoba menjawab pertanyaan “how do we know”, bagaimana kita tahu kalau komunikasi kita sebagai profesi apapun, entah itu jadi pustakawan atau atau jadi driver ojek online telah berhasil mengikat hubungan kita dengan sesama manusia dan memperluas wawasan individual kita. Bagaimana komunikasi melewati tujuan-tujuan individual dan meningkatkan the sense of community.

Ada tokoh terkenal yang menjawab pertanyaan besar dalam filsafat ini adalah Martin Buber, seorang Jerman, sebetulnya berasal dari sebuah daerah di Austria.

Pada waktu kecil, ibu Martin Buber melarikan diri ikut suami yang lain, atau mencari suami yang lain sebagai pengganti ayah Buber. Dan Buber sebagai korban broken home dititipkan kepada kakeknya yang tinggal di sebuah daerah, di Austria. 

Ketika Martin yang kecil ini bersama kakeknya, ia diasuh oleh seorang baby sitter, dan Martin curhat kepada baby sitternya, lalu baby sitternya mengatakan bahwa kamu sebetulnya tidak pernah berjumpa dengan ibumu, kamu boleh jadi bertemu dengan ibumu, tapi kamu tidak pernah berjumpa dengan ibumu. Lalu dari pertemuan itulah, Buber melahirkan teori dialog.

Burber mengatakan ada dua pertemuan seseorang dengan orang lain.
pertama adalah pertemuan yang ia buat buat sendiri dan tidak ada dalam bahasa Jerman. pertemuan itu disebut pertemuan 'vergengnung', sebuah pertemuan yang sekedar pertemuan biasa saja, pertemuan tersebut memiliki tujuan masing-masing, tidak ada perubahan dalam diri kedua orang yang berkomunikasi. Seperti ibu ibu yang bertemu tukang sayur keliling yang lewat di kampungnya. pertemuan tersebut adalah pertemuan alamiah biasa saja, pertemuan tersebut adalah pertemuan selintas saja berdasarkan kepentingan, si ibu ingin membeli sayuran dan tukang sayur itu ingin menjual sayurannnya. tidak ada perubahan dalam diri kedua orang yang berkomunikasi tersebut.

kedua, adalah pertemuan kita dengan oramg lain yang dapat merubah diri kita betapa pun pendeknya pertemuan tersebut memiliki makna. Buber menyebutnya dengan pertemuan 'begegnung'.

Buber mengatakan sebetulnya hakikat dari kemanusiaan ialah kemampuan kita untuk menciptakan situasi 'begegnung', yaitu ketika kita berjumpa dengan orang lain dalam suasana dialog, kita melibatkan seluruh diri kita untuk berubah karena proses pertemuan itu. Buber mengatakan bahwa pertemuan yang dapat mengubah diri kita betapa pun pendeknya pertemuan tersebut adalah pertemuan “begegnung”.

Boleh jadi kita sebagai pustakawan saat bertemu dengan pemustaka kita di meja sirkulasi atau di meja referensi ruang perpustakaan, selama ini hanyalah pertemuan "vergengung", bukan pertemuan "begegnung". sebuah pertemuan pustakawan dan pumustaka yang tanpa makna, sebuah pertemuan yang hanya sekedar pertemuan biasa saja, masing masing pihak memiliki tujuan masing masing.

Namun boleh jadi ada juga kalanya pertemuan antara pustakawan dan pemustaka meskipun hanya sebentar sekali, namun pemustakanya mengalami perubahan besar dalam hidupnya. itulah "begegnung",  pertemuan yang paling ideal  yang merupakan esensi dari kemanusiaan kita sebagai pustakawan.


9 komentar:

  1. Bagus nih...pencerahan... pertemuan begegnung

    BalasHapus
  2. Pertemuan yang saling menstransfer energi tanpa disadari oleh keduanya.
    Benarkah begitu ?.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pertemuan yang bermanfaat diibaratkan seperti pertemuan guru dengan murid yang didiknya saat mentransfer ilmu pengetahuan. sehingga sang murid menjadi berubah menjadi orang yang lebih baik,

      Hapus
    2. Oh, begitu, mas.
      Maklumin ya soalnya aku kayak mas Riza komentator dibawah, kurang pinter mengartikan kalimat yang berat.

      Hapus
  3. Bagus mas. Tapi bahasanya berat buat saya, hahaha

    Anak koplak berusaha meresapi postingan ini

    #ngikkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin ngga berat kalau dipraktikkan dalam sehari hari. contoh: pustakawan dapat memberikan bimbingan counceling, referensi bagi siswa siswa yang belum menguasai mteri pelajaran dari gurunya, melalukan remidial materi pembelajaran, bimbingan skripsi.

      Hapus
  4. Pertemuan begegnung kita dengan pemustaka dihambat oleh pengelola yg bukan latar belakang ilmu perpustakaan, biasanya ini penyakit birokrasi.

    BalasHapus
  5. Hmmm, dimana ada pertemuan, pasti ada something special, ups... :D

    BalasHapus