Senin, 11 Maret 2019

Karena Suka Duka pun Hilang

Jadikan duka sebagai penyemangat untuk terus belajar menjadi ibu bagi peradaban manusia"
Oleh: Rahayu, S.Pd., S.l.Pust.*

Pustakawan, bukan profesi yang saya cita-citakan. Pustakawan, profesi yang saya sukai karena ada kegiatan membaca buku. Pengalaman hidup tidak menjadikan saya profesi yang dicita-citakan, tetapi menghantarkan saya pada profesi yang saya sukai.
Baca juga: Cinta Buku dan Perpustakaan
Pustakawan, profesi yang sangat mulia seperti seorang ibu. Ibu yang menjaga, merawat dan selalu menyediakan hal yang terbaik bagi umat manusia untuk bisa mengembangkan peradabannya (baca: Pustakawan Bagaikan Seorang Ibu)
Pustakawan bagaikan seorang ibu

Bagi saya pustakawan berarti belajar untuk:
  • Menyediakan ilmu pengetahuan yang bermanfaat;
  • Membantu menyelesaikan masalah dengan ilmu;
  • Bertemu dengan banyak orang setiap hari;
  • Mempelajari hal baru setiap saat;
  • Memberi kebahagiaan dengan menjadi pendengar yang baik;
  • Berbahagia dengan keberhasilan orang lain;
  • Berkomunikasi dengan berbagai kalangan;
  • Bersabar dan terus bekerja keras;
  • Membuat perencanaan dan program yang lebih efektif;
  • Menimbang koleksi yang tepat dan bermanfaat;
  • Memberi kenyamanan pemustaka untuk membaca;
  • Menerima saran dan kritik menjadi motivasi diri;
  • Mengubah tantangan menjadi peluang;
  • Banyak hal positif lainnya.
Duka pustakawan tentunya ada. Perbandingan suka dan duka, lebih banyak suka daripada duka. Jadikan duka sebagai penyemangat untuk terus belajar menjadi ibu bagi peradaban manusia. Karena lebih banyak suka maka duka pun hilang.

*Pustakawan STIKes Budi Luhur Cimahi

0 komentar:

Posting Komentar