Rabu, 08 Mei 2019

Hari Pendidikan Nasional: Saatnya Orang Tua Millenial Mendidik Generasi Digital Yang Bermoral dan Berakal

“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu. Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Ditulis oleh Tri Utami, S.Hum.
Pustakawan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

“Hi guys, jangan lupa like, comment and subscribe” kalimat itu tiba-tiba saya dengar dari lisan anak perempuan saya usia 3,5 tahun. Saya tidak menyangka, anak ini bisa menirukan dengan fasih gaya youtuber ternama yaitu si cantik Ria Ricis. Anak saya belajar kalimat itu dari teman bermainnya yang suka menonton konten youtube mainan (slime dan sequisy).

Betapa dunia sudah berubah dan mau tidak mau kita juga harus ikut berubah, tapi tetap dengan prinsip tidak ikut hanyut dalam kelalaian perubahan ini. Zaman saya, saya masih mengalami bermain lompat tali, petak umpet, jamuran, kelereng, dakon dan permainan tradisional lain yang menguras tenaga hingga tubuh lelah berkeringat. Zaman sekarang, bermain bola tidak perlu ke lapangan bola, bermain boneka juga tidak perlu punya boneka, bermain musik tidak perlu punya alat musik, bermain catur pun tidak perlu membawa papan catur, pun dengan seabrek jenis permainan lain yang bisa dikemas dalam sebuah aplikasi dan bisa dimainkan dengan gadget kita tanpa harus keluar keringat.

Generasi millenial saat ini rata-rata sudah menjalani peran baru yaitu sebagai orang tua, sedangkan anak-anak generasi millenial yang lahir di tahun 2014 dan seterusnya disebut generasi digital, dimana dunia sudah dalam genggaman karena kecanggihan teknologi. Tapi apakah semua harus berubah? Tidakkah kita sebagai orang tua dan pendidik tidak ikut andil dalam mendampingi generasi digital ini tumbuh dan menguasai dunia digitalnya dalam prinsip moral dan akal?

Kecanggihan teknologi informasi menjadi magnet tersendiri bagi generasi millenial dan generasi digital, namun sebagaimana magnet yang memiliki kutub positif dan kutub negatif, kecanggihan teknologi informasipun memiliki dampak positif dan negatif. Kita sebagai orang tua harus mendidik anak kita sesuai zamannya, menyiapkan mereka untuk mampu beradaptasi di zaman mereka lahir, tumbuh dan hidup untuk mempertahankan eksistensi dan potensinya sebagai khalifah di bumi. Orang tua diharapkan mampu melindungi anak-anak dari ancaman negatif kemajuan teknologi informasi di era digital, tetapi tidak menghalangi potensi manfaat positif yang dihasilkan dari kemajuan teknologi informasi tersebut.

Beberapa manfaat kemajuan teknologi informasi saat ini adalah:

a. Sumber informasi

Informasi yang telah dikemas menjadi bentuk digital membawa kemudahan tersendiri bagi kita, apalagi jika gadget sudah dalam genggaman, seakan semua bisa kita ketahui hanya dengan sentuhan jari jemari kita. Apapun yang menjadi ke-kepo-an kita bisa dengan mudah didapatkan dan terjawab. Data dan berbagai informasi sudah dikemas semenarik mungkin dalam berbagai bentuk tulisan, e-book, infografis, audio, visual, video, bahkan dalam bentuk aplikasi yang bisa di download secara gratis.

Informasi menjadi semakin mudah, murah dan cepat. Namun, dengan banyaknya informasi yang tersebar di dunia maya, membuat informasi harus disaring, jangan asal percaya kemudian diambil lalu disebarluaskan. Kita harus bisa membedakan informasi mana yang benar atau hoaks, informasi mana yang bisa dipertanggungjawabkan kebenaran dan sumbernya atau tidak dan informasi mana yang mengandung ujaran kebencian dan menyinggung SARA. Kita harus membekali diri kita dan anak-anak kita pengetahuan dan ketrampilan untuk mendapatkan dan menyebarluaskan informasi yang akurat, terpercaya dan aktual.

b. Membangun Kreativitas

Siapa yang tidak kenal dengan youtuber dengan follower terbanyak di Indonesia? Mereka adalah Atta Halilintar dan Ria Ricis? Mereka berdua berhasil memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meraup pundi-pundi uang, dan masih banyak lagi youtuber yang berhasil menggali dan melejitkan kreativitas mereka dengan menciptakan konten-konten digital yang bermanfaat dan menghibur. Bahkan dari akun youtube atau sosial media kita, bisa menjadi ajang meraup uang yang omsetnya mencapai ratusan juta rupiah. Kita bisa menciptakan konten youtube yang berisi tutorial, membuat karya atau kerajinan tangan, hiburan atau konten youtube edukatif. Bisa juga kita menjadi selebgram, vlogger, influencer atau endorser suatu produk barang atau jasa yang kita promosikan dengan akun media sosial kita. Kita bisa mengajarkan anak-anak kita untuk menggali kreativitas mereka dan menampilkannya di akun sosial media mereka. Mengajari mereka untuk menciptakan dan memposting konten yang kreatif , edukatif, bermanfaat tapi tetap beretika.

c. Komunikasi

Era Digital benar-benar membuat komunikasi menjadi sangat mudah, cepat, dan murah bahkan berkomunikasi jarak jauh saat ini bisa terkesan nyata dekat berhadapan. Kecanggihan ini bisa mengobati rasa rindu orang tua pada anaknya yang dulu hanya terobati oleh tulisan, kini bisa bertatap muka melalui video call. Kita dulu harus ke wartel dan membayar mahal untuk berkabar melalui telepon, sekarang semua ekspresi bisa kita lihat langsung melalui kecanggihan gadget.


d. Pembelajaran Jarak Jauh

Istilah e-learning dan teleteaching sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan zaman ini, kegiatan belajar dan mengajar sudah tidak harus datang langsung ke pembimbing atau guru, kita bisa memanfaatkan tekonolgi untuk belajar jarak jauh. Bahkan banyak aplikasi pendidikan yang bisa di download gratis, seperti aplikasi bimbingan online Ruangguru, latihan soal-soal ujian nasional bahkan latihan soal CPNS yang semuanya gratis dan mudah diakses.

e. Jejaring Sosial

Generasi digital adalah generasi yang sangat mengutamakan eksistensi, generasi ini cenderung lebih terbuka, blak-blakan dan cara berpikirnya lebih agresif. Generasi digital akan mempertahankan eksistensinya di dunia digital daripada dunia nyata, mereka beramai-ramai memiliki akun media sosial yang tidak cukup satu, misalnya instagram, facebook, twitter, youtube, line dan lainnya. Di sini peran orang tua harus sangat ketat, orang tua harus membekali ilmu dan  menanamkan rasa malu serta etika, agar apa yang di upload atau didownload generasi digital adalah sesuatu yang bermartabat dan bermanfaat.

g. Mendorong Pertumbuhan Usaha

Jika kita ingin belajar seluk beluk usaha, mencoba membuka usaha sampingan, ingin membuka lapangan pekerjaan atau membuka layanan jasa hanya dengan duduk di depan komputer atau smartphone kita, semua itu sudah bisa kita lakukan dengan sangat cepat dan mudah di era digital. Kita bisa menjadi freelancer, penjual online shop, reseller, dropshipper, dan pekerjaan jasa antar jemput melalui aplikasi jasa (grab atau gojek).

h. Memperbaiki Pelayanan Publik

Pendaftaran peserta didik dan pengumuman kelulusan dalam penerimaan peserta didik baru dalam suatu sekolah atau perguruan tinggi juga sudah bisa dilakukan secara online. Pembuatan akte kelahiran, akte kematian, Kartu Identitas Anak (KIA), dan kartu keluarga juga sudah bisa dilakukan secara online di dinas kependudukan dan pencatatan sipil daerahnya masing-masing. Pelayanan bank sekarang sudah memudahkan kita dalam mentransfer uang, membayar tagihan bulanan dan menerima laporan per transaksi tanpa print rekening koran di bank. Hal ini karena adanya kemajuan teknologi dalam bentuk aplikasi internet banking atau mobile banking. Kita merasa nyaman, cepat dan mudah dalam bertransaksi perbankan hanya dengan smartphone atau komputer. Laporan SPT Tahunan sudah tidak perlu mengantri ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama, cukup dengan aplikasi e-Filing  pada komputer kita, kita sudah bisa melaporkan SPT dan mendapatkan bukti pelaporan.


Berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi di era digital. Hal-hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mendampingi putra-putrinya dalam menggunakan gadget adalah:

a. Kesehatan mata

Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh layar sangat berbahaya bagi kita jika terpapar terlalu lama, gelombang elektromagnetik ini antara lain dikeluarkan dari peralatan audio-video, handphone, televisi dan komputer. Terlalu lama terpapar radiasi layar baik televisi, komputer atau smartphone bisa berdampak pada kerusakan mata seperti minus dan silinder.


b. Masalah tidur

Tubuh manusia memiliki siklus alami untuk tetap terjaga pada siang hari dan terlelap pada malam hari. Jika mata kita terlalu lama terpapar layar smartphone atau komputer di malam hari, siklus alami ini menjadi rusak dan membuat otak kebingungan apakah ini waktunya tidur atau terbangun.  Rusaknya siklus ini karena otak berhenti menghasilkan melatonin, yaitu hormon yang merangsang tubuh untuk tidur, sehingga jika produksi hormon ini terganggu, siklus tidur akan terganggu.

c. Kesulitan konsentrasi

Masalah sulit tidur dan kurangnya waktu tidur membuat kita sulit untuk fokus dan belajar, otak menjadi lambat dalam bekerja dan sulit untuk berkonsentrasi dalam menangkap hal-hal baru. Tubuh menjadi lemas dan malas melakukan aktifitas harian, sehingga kemampuan berpikir dan berkonsentrasi menjadi terganggu.


d. Menurunnya prestasi belajar

Menurut hasil penelitian, pancaran layar smartphone ini bisa mereduksi kapasitas kognitif dan kemampuan fokus dalam belajar, sehingga pemahaman tentang suatu pelajaran menjadi terganggu bahkan cenderung tidak bisa memahami apa yang diajarkan, hal ini berakibat pada penurunan prestasi belajar anak.

e. Perkembangan fisik

Anak yang terlalu lama berada di depan gadget atau komputer bisa mengalami 2 kemungkinan, yaitu antara menjadi terlalu gemuk (obesitas) atau menjadi kurus. Faktor pemicu obesitas yang utama pada anak-anak adalah gaya hidup, pola makan yang tidak sehat dan berlebihan yang disertai duduk terlalu lama di depan TV, komputer atau gadget. Tubuh menjadi kurang gerak, sementara porsi ngemil dan makan terlalu banyak.

Game addict pada anak membuat anak menahan lapar, haus, dan keinginan buang air sehingga mengganggu sistem pencernaan, yang menyebabkan anak lupa makan hingga kurus bahkan nyawa bisa menjadi taruhannya.

f. Perkembangan sosial

Aktif di dunia maya memang penting, tapi aktif di dunia nyata juga tidak kalah penting. Anak-anak kita butuh bermain dan belajar bersosialisasi dengan dunia luar dan teman sebayanya. Kecerdasaan sosial anak adalah bekal utama dalam menghadapi dunianya di sekolah, dunia kerja dan hidup bersosialisasi ditengah masyarakat. Anak harus bisa belajar bertenggang rasa dan tolong menolong pada orang lain. Anak juga harus belajar merasakan berbagai nuansa perasaan hasil dari dia bergaul dengan teman sebayanya.

g. Perkembangan otak dan hubungannya dengan penggunaan media digital

Anak-anak usia balita sangat dianjurkan untuk bermain yang membuat dia berkeringat dan bereksplorasi terhadap lingkungan luar. Cahaya matahari, rumput dan tanah adalah wahana terbaik untuk perkembangan otak dan fisik anak.

h. Menunda perkembangan bahasa anak

Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan media digital bisa menunda perkembangan bahasa anak (speak delay) terutama pada anak-anak usia 2 tahun dan dibawahnya. Hal ini karena suara yang dikeluarkan dari kegiatan menonton adalah bentuk komunikasi satu arah, jadi anak tidak diajari komunikasi aktif, dia hanya pasif mendengarkan, tanpa harus berpikir dan mencoba untuk merespon dengan menjawab atau menirukan seperti orang yang berbincang.

i. Paparan hoaks dan pornografi

Maraknya akun hoaks di media sosial menjadi kewaspadaan dan filter tersendiri yang harus orang tua ajarkan pada anak-anaknya, ratusan akun hoaks yang sengaja dibuat untuk menyebarkan informasi palsu, menyebarkan ujaran kebencian dan penipuan sudah marak kita dapatkan di smarthphone kita. Pun dengan situs-situs pornografi yang bebas diakses siapaun dan dimanapun. Akses ke situs pornografi bahkan sengaja dibuat menarik oleh kaum pedofilia, karena mereka mencari mangsa anak-anak yang lengah dan lemah.

Semua sisi positif dan negatif kemajuan teknologi informasi di era digital ini menjadi perhatian dan pengetahuan yang harus dikuasai orang tua millenial untuk menyiapkan generasi digital yang ahli dan melek teknologi, tapi tetap memiliki moral dalam setiap mengkonsumsi dan memposting informasi. Generasi millenial juga harus dibekali ilmu agar berakal sehingga apa yang diposting memiliki manfaat dan martabat. Orang tua millenial harus belajar dari apa yang diajarkan guru kita, menteri pendidikan pertama di Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara, pahlawan nasional yang mencetuskan Patrap Triloka.
Ing ngarsa sung tuladha, - di depan memberi teladan.
Ing madya mangun karsa, - di tengah membangun semangat
Tut wuri handayani, - dari belakang memberi dorongan

Berpedoman pada tiga kalimat diatas, kita harus mendidik anak kita dalam 3 posisi dengan tugas berbeda ditiap posisinya. Pertama, memposisikan diri sebagai orang tua, memantaskan diri untuk dihormati dan dijadikan teladan yang baik bagi anak-anak kita. Orang tua menjadi yang terdepan, menjadi guru yang bisa digugu lan ditiru, sebagai sosok yang bisa menjadi contoh baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, serta apa yang harus dilakukan dan jangan dilakukan. Menjadi sosok yang harus bisa dibanggakan, karena anak-anak akan mudah meniru seseorang yang menjadi kebanggaan atau idolanya. Kedua, orang tua memposisikan diri sebagai “teman” yang senantiasa berada disampingnya, ada saat anak-anak kita membutuhkan kita di waktu yang paling penting dalam hidupnya, saat anak sakit, saat anak sedih dan saat anak unjuk prestasi, senantiasa menyemangati anak untuk terus berkreasi, berkarya hingga mampu menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat dan bermartabat. Ketiga, kita memposisikan diri sebagai orang yang berada di belakang layar, memotivasi dengan sedikit intervensi, menasihati tanpa introgasi dan mendorong dengan tujuan menolong.

Referensi
  • https://www.fimela.com/beauty-health/read/3723500/bahaya-radiasi-handphone-dan-komputer-sekaligus-cara-mengatasinya akses 6 Mei 2019
  • https://tekno.kompas.com/read/2017/07/18/19190057/7-efek-buruk-cahaya-layar-ponsel-bagi-mata-di-malam-hari?page=all akses 6 Mei 2019
  • https://mudazine.com/raisarft/pendidikan-ala-ki-hajar-dewantara-adalah-pendidikan-yang-progresif/ akses 6 Mei 2019
  • https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/kecil/wp-content/uploads/2018/11/MATERI-BIMTEK-MENDIDIK-ANAK-DI-ERA-DIGITAL.pdf akses 6 Mei 2019

1 komentar: