Jumat, 22 Mei 2020

Kegiatan Pustakawan Pemantau Covid-19 di Banyumas

Rinjing Pustaka, aktivitas pustakawan di masa pandemi | Sumber gambar: Facebook

Oleh: Wahid Nashihuddin (Pustakawan LIPI)

Kebahagiaan pustakawan adalah ketika bermanfaat bagi orang lain. Manfaat tersebut tidak hanya diperoleh dari diri sendiri karena kita telah berbuat baik kepada orang lain, tetapi juga melihat manfaat dari teman kerja yang telah berbuat banyak untuk kemaslahatan hidup masyarakat. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi pengetahuan dari seorang sahabat pustakawan, namanya Fuad Zein Arifin (Pak Fuad).

Sehari-hari ia bekerja di Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Dinas ARPUSDA) Banyumas sebagai pustakawan PNS. Saya sangat tertarik dengan pengalamannya ketika menjadi ‘tim relawan/pemantau COVID-19 didaerahnya’. Bagiku ini pengalaman yang luar biasa, dan perlu diikuti oleh pustakawan (khususnya yang bekerja di perpustakaan umum di Indonesia dan umumnya di perpustakaan lain).

Saya lihat ia sangat bangga menjadi ketika ditunjuk sebagai tim pemantau COVID-19 oleh Bupati Banyumas. Dengan semangat jiwa kepustakawanannya. Pak Fuad merasa tugas ini adalah tugas mulia dan kesempatan bagi pustakawan untuk berkontribusi langsung dalam pencegahan COVID-19 di masyarakat. Rasa bangga ini juga saya sampaikan ketika melihat prestasi Pak Fuad dalam pemberdayaan perpustakaan berbasis inklusi sosial yang dikumandangkan oleh Perpustakaan Nasional RI sejak tahun 2019. Beberapa prestasi yang telah ia raih dalam pemberdayaan informasi dan literasi perpustakaan di daerahnya, yaitu:
  • Menjadi pustakawan Berprestasi Terbaik Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016.
  • Menjadi Inovator TOP 40 Inovasi ‘Rinjing Pustaka’ Jawa Tengah Tahun 2019.
  • Pengelola BI Corner Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2019.
  • Wakil Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Daerah Banyumas.
  • Ketua Forum Pengelola BI Corner se-KPW BI Purwokerto.
  • Tutor Universitas Terbuka & Dosen Tidak Tetap Poltekkes Semarang Prodi Keperawatan Purwokerto.
  • Warung hidup: kangkung, bayam, buncis, cabe, dan tanaman sayur lainnya.
  • Lumbung Hidup: singkong, pisang, tales, dan ubi jalar.
  • Toga: sereh, kunyit , jahe, lengkuas, dan tanaman obat lainya.

Baginya, program inklusi sosial ini adalah kesempatan bagi pustakawan untuk mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat melalui gerakan literasi perpustakaan. Meskipun pemerintah masih mengintruksikan masyarakat untuk Work From Home (WFH) dan Studi From Home (SFH), Pak Fuad tetap aktif melaksanakan tugas kesehariannya sebagai pustakawan, dan berkantor rutin (sesuai jadwal piket) untuk memberikan layanan referensi online kepada masyarakat dan menyusun program literasi perpustakaan dalam masa pandemi COVID-19.  Di masa Pandemi COVID-19 ini, Menurut Pak Fuad, pustakawan memiliki peran yang setrategis dan mampu untuk:
  1. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang kontekstual dengan apa yang terjadi dan dibutuhkan masyarakat. Melalui berbagai sumber informasi digital maupun non-digital, bahkan informasi melalui audio. 
  2. Menyediakan informasi kepada masyarakat yang tidak tersentuh media sosial maupun media cetak dan elektronik yaitu penyebaran informasi  melalui Publikasi Keliling dengan sumber informasi Audio. Keberadaan pustakawan mampu menjawab sebuah permasalahan yang terjadi di semua golongan masyarakat. Melalui penyediaan informasi oleh pustakawan juga bisa meng-counter berita hoaks yang terjadi, sehingga membuat masyarakat pasti.
Contoh kasus saat terjadi penolakan jenazah terinfeksi COVID-19 di Banyumas. Bergelut dengan waktu agar bisa memberikan pencerahan dan jawaban pada masyarakat dengan berbagai perspektik agama, ilmu kedokteran melalui pernyataan tokoh agama, Tokoh organisasi profesi, tokoh pemerintahan melalui berbagai sumber informasi digital/nondigital, media cetak maupun elektronik/audio untuk disosialisasikan sehingga sampai informasinya pada masyarakat. Sehingga ruang hampa/ketidaktahuan masyarakat dapat cepat terisi.

Mendekatkan layanan perpustakaan ke masyarakat
Perpustakaan adalah milik rakyat dan untuk rakyat, untuk itu pustakawannya harus dekat dengan rakyat dan ‘terjun langsung’ ke lapangan. Bersama mitra kerja, pustakawan harus aktif dalam meliterasikan masyarakatnya, apakah literasi baca dan tulis, literasi ekonomi, literasi budaya, literasi kesehatan,  dan sebagainya. Menurut Pak Fuad, Dinas ARPUSDA adalah milik masyarakat banyumas dan siapapun yang berkepentingan dengannya. Untuk itu, pimpinan lembaga dan pustakawan siap membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Termasuk ketika masa pandemi COVID-19, pustakawan harus siap ditugaskan untuk mendampingi pemerintah dalam pencegahan penyebaran virus corona di masyarakat. “Pustakawan harus menjadi penggerak literasi didaerahnya, COVID-19 ini membuat kita harus hidup diera ‘New Normal’, dan pustakawan juga harus merubah perilakunya dalam melayani kebutuhan masyarakat”.

Sebelum ada isu pandemi COVID-19 merebak di Banyumas yang menyebabkan layanan perpustakaan secara fisik (tatap muka) tutup, Pak Fuad juga telah melakukan kegiatan literasi informasi masyarakat, seperti melakukan: pengukuhan “Bunda Literasi Banyumas”; Peluncuran SIMANTAP (Sistem Administrasi Data Perpustakaan); Peluncuran buku ”CURUG CIPENDOK” karya Komunitas Literasi Arpusda Banyumas (KLAB); Pelatihan Pengelola Pojok Baca Ikatan Adhyaksa Dharmakarini Kejaksaan Negeri Purwokerto; dan kunjungan ke berbagai sekolah dan desa untuk menyiapkan kegiatan literasi informasi di masa pandemi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendekatkan Dinas ARPUSDA Banyumas ke masyarakat.

Membuat program inovasi perpustakaan
Dalam rangka menggiatkan program layanan perpustakaan, Pak Fuad memiliki program inovatif, yang sepertinya perlu ditekuni dan segera dilaksanakan oleh pustakawan di tempat lain.  Salah satu program unggulan Dinas ARPUSDA Banyumas dan Pak Fuad adalah layanan “Rinjing Pustaka”. Rinjing Pustaka adalah layanan perpustakaan yang dilakukan oleh ibu-ibu di daerah Banyumas dengan menggunakan ‘Panggul Buku’ yang dilakukan dengan cara berjalan kaki dan mengelilingi  rumah warga.

Kegiatan “Rinjing Pustaka” dimulai sejak tahun 2019, hasil kerjasama antara Dinas ARPUSDA Banyumas dengan pemerintah Desa Karanganyar Kecamatan Patikraja - Banyumas. Wujud nyata kegiatan ini berupa pembuatan ‘Taman/Kebun Dasa Wisma’ yang didalamnya terdiri dari Tanaman Warung Hidup, Lumbung hidup, dan Toga.
Peran pustakawan dalam kegiatan ini adalah menyediakan sumber referensi (buku) yang dapat dibaca langsung dan dipraktikan oleh warga, dalam hal ini adalah bercocok tanam (berkebun/bertani). Hal yang sudah dilakukan adalah pustakawan membantu warga (Kelompok Wanita Tani Dewi Sri) membuat Taman/Kebun Dasa Wisma dan memanfaatkan lahan halaman/ pekarangan rumah untuk bertanam sesuai dengan seleranya masing-masing.

Pada masa pandemi COVID-19, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei 2020), “Rinjing Pustaka” melakukan gerakan “Bagikan Sayuran Gratis Pada Masyarakat Terdampak Covid-19 Untuk  Ketahanan Pangan”. Menurut Pak Fuad “relawan ‘Rinjing Pustaka’ beserta Kelompok Wanita Tani dan PKK melakukan kegiatan membagikan sayuran secara gratis kepada masyarakat sekitar, dan kegiatan ini diharapkan dapat meringankan beban warga masyarakat yang terdampak  COVID-19.

Berbagi pengalaman melalui webinar perpustakaan
Baginya, berbagi pengalaman di masa pandemi ini adalah cara dan kesempatan pustakawan untuk berbagi dengan sesama. Melalui kegiatan webinar (seminar online) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Prodi D3 Ilmu Perpustakaan UNS, tanggal 20 Mei 2020, Pak Fuad berbagi pengalamannya tentang “Keterlibatan Pustakawan dalam Masa Pandemi COVID-19”. Ia mengatakan bahwa “kita harus mengambil hikmah dari COVID-19 ini”. Bagi mahasiswa dan pustakawan, momen ini menjadi tantangan dan peluang. Kita harus mulai belajar dan berpikir diluar kebiasaan (non-linear) atau think out of the box, intinya kita jangan stres menghadapi masalah...!

Beberapa hikmah dari adanya COVID-19, yaitu: (1) meningkatkan jiwa kreativitas, solutif dan inovatif; (2) menumbuhkan perilaku hidup bersih (PHBS); (3) menumbuhkan rasa solidaritas, simpati, dan gotong royong antar-pribadi, keluarga, dan warga/masyarakat; (4) berkontribusi aktif dalam kegiatan kepustakawanan di masa pandemi sesuai dengan kapasitas masing-masing.


Kegiatan pustakawan di masa pandemi COVID-19
Pustakawan harus mau terjun langsung ke masyarakat, meski dalam keadaan darurat. Kita optimalkan layanan online perpustakaan, apakah melalui email, whatsapp, media sosial, atau siaran di radio (RRI Purwokerto). Jika memungkinkan, masyarakat harus kita layani 24 jam, dan pustakawan terlibat aktif dalam pencegahan penyebaran virus corona di masyarakat.

Dalam hal ini, Pak Fuad bersama tim pemantau COVID-19 melakukan pemantauan dan tindakan antisipasi COVID-19 dan dampaknya bagi masyarakat sekitar, dengan cara:
  • Memasang wastafel (tempat cuci tangan) – memakai sabun dengan air mengalir di depan pintu masuk perpustakaan dan rumah-rumah warga.
  • Melaksanakan protokol kesehatan pada layanan perpustakaan.
  • Menyemprot disinfektan ke rumah warga.
  • Mengecek suhu tubuh warga menggunakan Thermo-Gun.
  • Memfungsikan mobil perpustakaan keliling – menjadi mobil publikasi keliling untuk memberi literasi informasi kepada masyarakat yang tidak terjangkau media sosial dan media lainnya.
  • Melakukan Study From Home (SFH) bersama anak-anak dan Work From Home (WFH) bersama dengan remaja dan orang dewasa melalui layanan “penelusuran referensi VIChat & Group medsos” dengan nama #TAKONPUSTAKAWANEBAE.
  • Menelusur sumber informasi dan memberikan literasi informasi/sosialisasi serta meng-counter berita hoaks melalui media sosial, publikasi keliling untuk menjawab permasalahan penolakan pemakaman pasien terinfeksi COVID-19 – publikasi kegiatan melalui video/audio, informasi tertulis tokoh agama,tokoh pemerintahan, dan pengurus organisasi profesi.
  • Menghimpun istilah terkait COVID-19 melalui media sosial dengan memberikan hiburan dan memberi pemahaman istilah yang muncul kepada masyarakat (https://id.wikipedia.org/wiki/Glosarium_COVID-19).
  • Menyiapkan protokol kesehatan untuk layanan perpustakaan pada kondisi new normal dan setelahnya.
Best practice sebagai pemantau COVID-19
Sebagai pustakawan yang diterjunkan sebagai pemantau COVID-19, Pak Fuad bertugas di  desa binaan Dinas ARPUSDA Banyumas, yaitu Desa Klapagading, Kecamatan  Wangon – Banyumas. Dalam melaksanakan tugasnya, berikut ini pengalaman terbaik (best practice) Pak Fuad dalam melakukan pencegahan penyeberan virus corona di masyarakat.
  • Hari pertama – melaporkan dan memantau perkembangan ODP, PDP, Isolasi, Pasien Positif, Pemudik, Warga Terdampak, dan Jaring Pengaman Sosial.
  • Hari Keempat – menerima  laporan 9 orang warga dalam satu rumah, diantaranya  terdapat bayi dan tetangga terdampak melakukan isolasi mandiri dan melaporkan untuk dicarikan solusi jaring pengaman sosial karena tidak dapat beraktifitas. Keesokan hari turun bantuan sembako dari BPBD dan simpati warga sekitar memberi sayuran.
  • Hari Ke-dua puluh delapan – memantau,  melaporkan, dan meng-input data 244 warga sekitar dan pemudik yang terdampak setelah adanya pemberlakuan PSBB untuk diusulkan mendapatkan jaring pengaman sosial.
  • Hari Ke-tiga puluh satu – selain melakukan pemantauan pemudik dan karantina desa, juga mengingatkan ketua gugus tugas dan pihak desa pada saat pemberian bantuan harus memperhatikan protokol kesehatan, memastikan bantuan tepat sasaran, dan memantau aduan warga. Sebagai contoh pada tanggal 14 Mei 2020, setelah dilakukan pendataan ada sekitar 14 orang hasil aduan warga yang tidak mendapat bantuan dan melakukan proses validasi dengan pihak gugus tugas dan pemerintah desa (sehingga diusulkan data baru berdasarkan hasil aduan masyarakat).
Praktik di lapangan, Pak Fuad aktif mendampingi pejabat Desa Klapagading (Kepala Desa, Ketua RT, Ketua RW, Ketua gugus tugas masing-masing tingkatan, Babinsa, Babinkamtibmas, dan Bidan Desa) dalam menggali informasi terkait objek yang menjadi tugas pemantauan selama pandemi COVID-19. Bersama tim pemantau, Pak Fuad aktif mensosialisasikan gerakan “physical distancing” dengan mencatat nomor kontak warga yang bisa dihubungi melalui Whatsapp Group, dan berpegang teguh pada protokol kesehatan, yaitu hati-hati dan waspada.

Setelah menyimak tulisan ini, Pak Fuad telah berbagi pengetahuan dan pengalamannya kepada kita,  sekarang, apa yang kita bisa lakukan selama masa pandemi COVID-19. Jawabannya adalah “Pustakawan, ayo BERGERAK, tunjukkan bahwa kita BERMANFAAT bagi masyarakat melalui kegiatan kepustakawanan. Mari kita berbagi, setidaknya dalam masa pandemi ini, pustakawan dianggap ada dan berkontribusi bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik. Safe Healthy dan tetap semangat berbagi dan berkarya...!

1 komentar:

  1. Karya yg sangat Luar biasa Pustakawan Pa Fuad ini, smg bs ditiru oleh para pustakawan Indonesia, aamiiin

    BalasHapus