Kamis, 19 Desember 2019

Kesetiaan Pustakawan dan Pemustaka (Refleksi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional)

Oleh. Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag, S.IPI, M.Pd.I
(Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin)

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata setia yang bisa bermakna patuh, taat, berpegang teguh pada janji, pendirian, tetap dan teguh hati dalam persahabatan, dan sebagainya. 

Sebuah kesetiaan menjadi sangat penting ketika kita berinteraksi berkawan dengan orang lain. Sebuah ungkapan bijak yang disampaikan oleh Bob Sadino mengatakan bahwa “Hidup berfoya-foya bukan jaminan banyak sahabat. Tapi setia kawan, bijaksana, mau menghargai, menerima teman apa adanya dan suka menolong, itulah kunci banyak sahabat.”
Begitu pentingnya sebuah kesetiakawanan, maka setiap tanggal 20 Desember Indonesia memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang di tahun 2019 ini mengusung tema "Kesetiakawanan Sosial Menembus Batas."

HKSN diperingati setiap tahun sebagai rasa syukur dan hormat atas keberhasilan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam menghadapi ancaman bangsa lain yang ingin menjajah kembali bangsa kita dan juga untuk mengenang, menghayati dan meneladani semangat persatuan, kesatuan, kegotongroyongan, kekeluargaan dan kerelaan berkorban tanpa pamrih rakyat Indonesia yang secara bahu membahu mengatasi permasalahan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa atas pendudukan kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia oleh tentara Belanda pada tahun 1948. Dan harapannya  dapat mewujudkan kembali semangat kebersamaan, simpati, empati serta mendorong orang untuk berbuat yang terbaik bagi orang lain, seperti ia berbuat baik untuk dirinya sendiri, membangun integrasi sosial, menyatukan ikatan, tidak ada lagi sekat perbedaan yang menjadi masalah dan beban antar umat tersebut.

Dalam konteks dunia kepustakawanan sebuah kesetiakawanan menjadi modal penting dalam membangun komunikasi persahabatan antara seorang pustakawan yang bertugas melayani dengan setulus hati kepada setiap pemustaka (pengguna) yang datang ke perpustakaan untuk memanfaatkan jasa layanan yang diberikan oleh pustakawan melalui perpustakaan.  

Kesetiakawanan antara pustakawan dengan pemustaka ibarat dua sisi mata uang yang saling membutuhkan tidak dapat dipisahkan antara keduanya, sehingga keduanya harus dibangun dalam sebuah bingkai kesetiakawanan yang harmonis sehingga mampu menjadikan sebuah perpustakaan yang bisa dimanfaatkan secara maksimal.  

Banyak upaya yang bisa dilakukan dalam membangun kesetiakawanan yang harmonis dengan orang lain termasuk antara pustakawan dan pemustaka. Pertama, Berlaku Jujur dan Dapat Dipercaya. Ekspresikan apa yang sesungguhnya kita rasakan. Berusahalah untuk tidak menyembunyikan perasaan kita yang sebenarnya saat berbicara antara pustakawan dan pemustaka. Ketika ada sesuatu yang salah sampaikan dengan bijak. Setia bukan berarti takut mengutarakan pendapat dengan jujur dan lugas. Sebaliknya, berbohong justru akan membuat orang lain tidak memercayai kita dan tidak menganggap kita setia.

Kedua, Jangan bergosip. Membicarakan seseorang di belakangnya adalah tindakan yang dianggap tidak jujur dan tidak setia. Jangan memercayai gosip, pun jangan ikut menggosipkan seseorang yang dekat dengan kita. Jika kita memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tertentu, bicaralah langsung dengan orang tersebut alih-alih ikut bergosip atau menyebarkan rumor. 

Jika kita mendengar orang lain bergosip di sekitar kita, mintalah mereka untuk berhenti melakukannya. Kita boleh mengatakan, "Sebaiknya jangan bergosip atau menyebarkan rumor", atau "Saya lebih suka berbicara langsung dengannya daripada memercayai gosip."

Ketiga, Penuhi komitmen kita. Temuilah orang jika kita sudah berjanji kepadanya termasuk janji yang dibuat oleh pustakawan dan pemustaka. Penuhi komitmen yang telah kita buat dan menepati apa yang sudah kita janjikan kepada orang lain menunjukkan bahwa kita bisa bisa dipercaya. Jangan mudah ingkar janji dengan apa yang kita sampaikan maupun membatalkan rencana karena akan menunjukkan bahwa kita tidak dapat dipercaya. Kita bisa dengan cepat membangun reputasi buruk karena ingkar janji dan tidak berhati-hati dengan tindakan kita.

Datanglah tepat waktu dan hadirlah untuk orang lain jika kita telah berjanji. Gunakan tindakan kita untuk menunjukkan bahwa jika kita berkata akan datang, berarti kita benar-benar bermaksud demikian. 

Keempat, Jadilah pendengar yang baik. Tunjukkan kesetiaan kita antara pustakawan dan pemustaka dengan meluangkan waktu untuk mendengarkan perkataannya. Tatap matanya dan menangguklah selama mendengarkan ucapannya. Hindari memotong ucapan orang lain selama mereka bicara, ataupun menguasai pembicaraan. Alih-alih, berikan perhatian penuh selama ia bercerita. Kita juga bisa meyakinkan orang lain bahwa kita mau mendengarkannya kapan saja. Kita mungkin bisa mengatakan “Aku (Pustakawan) selalu ada di sini kalau kamu (Pemustaka) butuh teman bicara”, atau “Aku selalu mau mendengarkan ceritamu.”

Baca juga: Senyum Pustakawan
Kelima, Berikan solusi dan ide yang positif. Kita juga bisa memberikan dukungan dan bermurah hati kepada orang lain dengan berfokus pada hal-hal positif dalam suatu situasi atau bahkan masalah. Berusahalah untuk memberikan solusi dan ide yang bisa membuat orang lain merasa optimis dan produktif.

Misalnya, Pustakawan bisa memberikan dukungan untuk pemustaka yang baru saja ditolak judul risetnya dengan mengingatkan segala hal positif dalam hidupnya bahwa masih banyak tema-tema menariknya lainnya yang tersedia di perpustakaan yang bisa digali. 

Keenam, Menjaga jarak yang sehat. Buatlah pilihan untuk setia kepada orang lain. Kesetiaan adalah sesuatu yang seharusnya kita berikan kepada orang lain karena keinginan sendiri, bukan karena terpaksa. Jangan merasa kita harus setia kepada orang lain lain yang meminta dan mengharapkannya. Alih-alih, buatlah pilihan sendiri untuk setia kepada mereka yang kita percaya dan yakini.
Ingatlah bahwa kesetiaan bukan berarti membutakan diri dan mengikuti apa saja yang orang lain inginkan atau harapkan. Sebaliknya, kita seharusnya merasa ingin setia kepada orang lain berdasarkan karakter dan tindakannya.

Kesetiakawanan antara pustakawan dan pemustaka bisa menjadi tantangan karena membutuhkan kesabaran dan kemurahan hati. Kesetiaan sesungguhnya adalah kemampuan untuk mengutamakan orang lain sebelum diri sendiri dan mendampingi mereka di waktu senang maupun susah. 

0 komentar:

Posting Komentar