Tampilkan postingan dengan label Inklusi Sosial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inklusi Sosial. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Mei 2019

Menyelami Tagline Baru Perpustakaan Nasional

Pustakawan Berkarya Mewujudkan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Dalam Rangka Ikut Serta Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”

Oleh: Tri Utami, S.Hum

Tagline Perpustakaan Nasional Tahun 2019 ini sangat menantang bagi kita yang berprofesi sebagai pustakawan. Mengingat kembali karya apa yang selama ini telah kita buat, mengorek kembali hasil apa yang sudah kita kontribusikan untuk masyarakat, dan memecut semangat kita, sudahkah karya kita menyebar ke semua lapisan masyarakat? Sudahkah karya kita mengubah hidup masyarakat sampai semua lapisan?

Perpustakaan Nasional sebagai lembaga negara yang mengemban tugas mengadakan, mengolah, melayankan, melestarikan dan mengelola seluruh koleksi yang terbit di Indonesia menjadi ujung tombak dalam memfasilitasi masyarakat menemukan cita-citanya. Disinilah peran penting Perpusnas dan semua perpustakaan yang ada di Indonesia. Pustakawan dituntut mampu berkarya, menciptakan produk atau jasa baru yang berdayaguna dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya membuat masyarakat gemar membaca, tapi pustakawan diharapkan mampu menggali potensi-potensi pemustakanya, pustakawan mampu meningkatkan ketrampilan masyarakat agar tercipta kesejahteraan masyarakat.

Inklusi sosial memang sedang menjadi pembahasan dalam pencapaian tujuan kesejahteraan masyarakat. Upaya menempatkan martabat dan kemandirian seseorang sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik dan sejahtera. Pemerintah berusaha menjangkau masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, masyarakat dengan status sosial yang kurang dihargai di lingkungannya, dan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan formal rendah. Sebagai Warga Negara Indonesia, mereka memiliki hak yang sama dalam mendapatkan perhatian dan fasilitas pemerintah, bahkan jika ketrampilannya terasah dan terarah, mereka bisa menjadi potensi yang luar biasa bagi kemakmuran masyarakat kedepannya. Jangan sampai kegiatan yang tidak merata ini menciptakan eksklusi sosial.

Salah satu perpustakaan umum yang telah terpilih untuk melaksankan program revitalisasi perpustakaan berbasis inklusi sosial dan berhasil mensejahterakan masyarakat adalah Perpustakaan Kabupaten Musi Banyuasin. Perpustakaan Kabupaten Musi Banyuasin telah melakukan pengembangan perpustakaan sebagai sumber belajar dan berkegiatan. Contohnya, mereka mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), Sanggar Tari, Bimbingan Belajar Membaca dan Matematika, Salon Literasi, dan pendirian Pojok Baca di Polres Musi Banyuasin. Perpustakaan Kabupaten Musi Banyuasin memilih 5 Desa dan 1 Kelurahan sebagai penerima manfaat Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial.

Perpustakaan Nasional sendiri telah melakukan banyak kegiatan untuk menjangkau masyarakat yang jauh dari perpustakaan, diantaranya aplikasi iPusnas, pusteling (perpustakaan elektronik keliling), kuda pustaka, sepeda pustaka, motor pustaka, kapal pustaka, pelatihan merajut dan kegiatan sosial lain seperti pelatihan bagi masyarakat di pedesaan. Tidak kalah pentingnya, Perpustakaan Nasional memiliki gedung layanan perpustakaan tertinggi di dunia yang terletak di civic center Jakarta, dengan berbagai macam layanan yang tersebar di 24 lantai dan 1 Gedung Cagar Budaya. Hal ini tidak lepas dari usaha Pemerintah melalui Perpustakaan Nasional untuk menarik pengunjung, membuat nyaman pengunjung dan memenuhi kebutuhan pengunjung. Perpustakaan Nasional buka setiap hari kecuali libur nasional.

Perpustakaan bertransformasi untuk memberdayakan masyarakat melalui karya-karya pustakawan. Karya pustakawan yang memperkuat peran dan fungsi perpustakaan, agar tidak hanya sekedar tempat penyimpanan dan peminjaman buku, tapi menjadi agen perubahan,  wahana pembelajaran sepanjang hayat dan pemberdayaan masyarakat.

Dari karya dan hasil kerja pustakawan inilah, masyarakat dari kalangan ekonomi rendah, masyarakat dengan status sosial kurang dihargai, dan masyarakat di daerah 3T (Tertingal, Terdepan, Terluar) diharapkan bisa menemukan passion-nya, mereka bisa menggali ketrampilan yang dimilikinya dan menghasilkan produk atau jasa yang berdaya guna, berhasil guna dan memiliki nilai jual yang tinggi. Mereka bisa meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk individu yang merdeka, utuh dan mampu bersaing di lingkungan masyarakat.

Masyarakat yang daerahnya memiliki potensi sayur pare misalnya, mereka bisa mendapatkan pengetahuan agar dapat mengolah pare menjadi keripik yng nilai jualnya lebih mahal dan pastinya lebih awet. Masyarakat mantan narapidana atau yang terasingkan karena status sosialnya, sebaiknya diberikan motivasi, ketrampilan dan bimbingan agar mereka bangkit, berkarya dan hilang rasa mindernya. Ibu- ibu yang menjadi korban kekerasan bisa mendapatkan pelatihan menjahit atau membuat kerajinan tangan yang bisa dijual, sehingga mereka bisa bangkit dan mandiri, jauh dar keterpurukan dan kemiskinan.

Peran perpustakaan tersebut di muka dalam mendukung cita-cita bangsa: "... memajukan kesejahteraan umum & mencerdaskan kehidupan bangsa ..." . Betapa mulia cita-cita bangsa Indonesia, dan perpustakaan ikut serta dalam mengemban tugas mewujudkan cita-cita mulia itu. Meskipun koleksi perpustakaan bukan milik atau karya kita, tapi ada jasa dan karya pustakawan disana yang tidak bisa dipungkiri. Pustakawan yang melakukan pengadaan koleksi, mengolah koleksi hingga siap layan, dan pustakawan yang melayani dan bertemu langsung dengan pemustaka.

Disinilah tugas paling mulia itu diemban oleh pustakawan. Bukan sebagai dokter kita bekerja, tapi sebagai pustakawan kita diharapkan mampu menyembuhkan “penyakit” jiwa dan pikiran masyarakat. Bukan sebagai fisioterapis kita menerapi, tapi sebagai biblioterapis kita mendampingi. Bukan dengan obat kita memnyembuhkan, tapi dengan koleksi kita mengubah keadaan.
                                                                                                                           
Sumber:
  • https://news.okezone.com/read/2019/01/03/65/1999638/perpustakaan-berbasis-inklusi-sosial-tingkatkan-kesejahteraan-masyarakat, diakses 24 April 2019
  • https://programpeduli.org/inklusi-sosial/, diakses 24 April 2019
  • https://www.mubaonline.com/berita/terpilih-laksanakan-program-perpustakan-berbasis-inklusi-sosial-dpk-muba-dapatkan-kunjungan-tim-monev-terpadu-muba3377t, diakses 24 April 2019

Sabtu, 06 April 2019

Inklusi Sosial : Bagaimana Konsep Pustakawan Meningkatkan Kerja Dan Kebahagiakan Hidup

Oleh:  Juli Purnawati*

Bagaiamana orang-orang menemukan makna dalam pekerjaan adalah topik yang sangat menarik perhatian para ahli manajemen. Satu hasil penelitian oleh profesor manajemen Wharton Adam Grant menjelaskan bahwa yang memotivasi pegawai adalah "mengerjakan pekerjaan yang mempengaruhi kesejahteraan orang lain" dan yang "melihat atau menemui orang-orang yang terdampak oleh pekerjaan mereka."

Dalam sebuah eksperimen, seorang cold caller (orang yang berusaha menjual atau mengumpulkan dana lewat telepon) di University of Michigan yang menghabiskan waktu dengan seorang penerima beasiswa yang dananya sedang diusahakan untuk dikumpulkan membawa 171% lebih banyak uang dibandingkan orang-orang yang hanya bekerja lewat telepon. Tindakan sesederhana menemui calon murid penerima dana memberikan makna ke para pengumpul dana dan meningkatkan kinerja mereka.

Orang Jawa menganjurkan agar hidup dengan ‘nrimo ing pandum’ atau menerima apa yang ada (diberikan oleh Tuhan). Sekelompok orang lain mengatakan bahwa kita tidak boleh pasrah dan nrimo atau menerima nasib. Kita harus berusaha mengubah nasib. Yang miskin harus berusaha agar tidak miskin. Yang tidak punya anak harus berusaha mempunyai anak. Yang tidak berkuasa harus berusaha memiliki kekuasaan agar berdaya. Pokoknya harus berusaha.

Baik, kita terima pendapat yang mengatakan bahwa orang harus berusaha. Jadi yang miskin harus berusaha untuk mencari nafkah yang cukup untuk makan, untuk berpakaian, untuk memiliki rumah tempat dia berlindung. Pertanyaannya adalah, apakah usaha yang dia lakukan akan dapat  menghasilkan uang untuk itu semua? Usaha yang bagaimana yang akan dapat

Kebahagiaan hakiki pada dasarnya merupakan nikmat karunia Allah yang diberikan kepada setiap orang. Dengan kat lain, kebahagiaan adalah salah satu unsur dalam diri manusia. Dalam bahasa teknis dapat dikatakan bahwa kebahagiaan merupakan design factor manusia. Sama dengan rasa manis yang menjadi design faktor gula. Kalau tidak manis maka itu bukanlah gula.

Dalam hal diri kita berada dalam ‘keadaan’ tertentu, maka potensi kebahagiaan ini akan muncul ke permukaan sehingga dapat kita rasakan.  Kalau ‘keadaan’ tersebut kita pertahankan maka kebahagiaan akan terus menerus berada di permukaan sehingga kita juga terus menerus merasakan bahagia.

Seseorang yang berada dalam kemiskinan dapat bahagia, orang yang tidak memiliki anak dapat bahagia, orang yang tidak berkuasa atau tidak menduduki jabatan penting juga dapat bahagia. Orang sakitpun dapat bahagia. Semua itu tergantung pada bagaimana kita menyikapi keadaan hidup kita. Selama sikap hidup kita tidak berubah, maka kebahagiaan akan tetap berada pada diri kita. Artinya kita akan tetap bahagia bagaimanapun keadaan yang kita alami dan apapun yang kita miliki.

Inklusi Sosial : Bagaimana Konsep Pustakawan Meningkatkan Kerja Dan Kebahagiakan Hidup

5 Nilai dasar untuk Menjadi Pustakawan Unggul yaitu :

  1. Resilience (memiliki daya tahan) kemampuan untuk bertahan hidup, survival, tidak mudah menyerah dalam berbagai situasi.
  2. Adaptivity (menyesuaikan diri) kemampuan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
  3. Intergrity mampu memegang teguh integritas pribadi dan profesional seperti kejujuran, toleransi, kolaborasi, tolong menolong, mematuhi kaidah ilmiah dan profesional.
  4. Competency memiliki kualitas dalam branding yang digeluti serta mmapu memahami perkembang bidang lain sehingga memeperluas wawasan.
  5. Continuous Improvement menjadi pembelajar sejati untuk trus melakukan perbaikan dalam bidang yang ditekuni.
Mau tahu bagaimana harus bersikap dalam hidup agar tetap bahagia?

Kembalilah pada inti sejatining ngaurip, yaitu ‘eling lan waspada’ dengan menyadari bahwa misi hidup ini adalah untuk ‘memayu hayuning bawana’, yakni memakmurkan bumi dan membahagiakan sesama manusia.

Kurang jelas? Kebahagiaan hidup adalah untuk memberi. Memberi artinya memenuhi kebutuhan orang lain bukan menyenangkan orang lain. Setiap orang dapat dipastikan mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain. Untuk memberi anda harus bersikap perduli kepada sesamanya. Bersikap perduli membuka pintu kebahagiaan. Pintu terbuka dan anda mesuk ke dalam kebahagiaan.

Dalam Al Quran Allah melihat anda sebagai orang yang beriman dan bertaqwa: “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa itu adalah kebahagiaan” (Surat An Na’ba ayat 31).

Pemeluk agama Islam diwajibkan mengucapkan ‘Bismillah’ setiap kali akan melakukan suatu kegiatan. Kata ‘bismillah’ artinya ‘atas nama Allah’. Kalau anda mengucapkan kata basmalah itu artinya anda ‘melaporkan’ kepada Allah bahwa apa yang akan anda lakukan itu dengan niat untuk melaksanakan misi kholifah.

Ada 3 langkah yang perlu diperhatikan dalam menjalankan perintah Allah yaitu:
  1. Perhatikan kebutuhan orang lain (artinya anda harus perduli).
  2. Maka berniatlah untuk memenuhi kebutuhan orang lain tadi (artinya anda berniat menjalankan perintah Allah dan membuat komitmen)
  3. Berupayalah memenuhi niat  
Fokus  dipoin tiga, yaitu “berupayalah memenuhi niatmu”. Langkah ini merupakan komitmen. Berupaya memenuhi komitmen sesuai dengan misi manusia yang diamanahkan Allah  juga sering disebut sebagai ‘berupaya di jalan Allah’. Sekarang mungkin anda memahami kata-kata yang sering dinasihatkan kepada kita, yaitu “Lakukan semua itu dengan ikhlas”. Dengan ikhlas artinya melakukan sesuatu di jalan Allah tadi (suatu upaya memenuhi kebutuhan orang lain dalam rangka tiga langkah tersebut di atas).

Kalau dari passion sudah diketahui kebutuhan pengguna, maka pustakawan mengambil keputusan mau melakukan apa dan dengan cara bagaimana. Setelah itu barulah berusaha melakukan pengembangan diri.

Memenuhi kebutuhan orang lain berarti memberi dan memberi itu tidak selalu langsung. Kalau anda berjalan dan melihat ada paku, maka ambillah paku itu dan buang ke tempat yang aman. Kalau niat anda mengambil paku tadi adalah agar orang lain tidak celaka karena paku itu, maka anda akan bahagia. Jadi berbuat sesuatu agar anda bahagia itu tidak perlu ada orang yang tahu.

Kalau anda seorang pustakawan, tidak bararti anda tidak dapat bahagia. Demikian juga kalau anda seorang pejabat atau penguasa. Selama anda menjalankan tugas atau pekerjaan anda “di jalan Allah” (yaitu menjalankan perintah Allah untuk memakmurkan bumi dan membahagiakan orang lain), maka anda akan bahagia.

Itulah makna sejatinya urip iku urup.

Salam Pustakawan

Salam Literasi

*Penulis adalah Pustakwan Perpustakaan USU
Blognya bisa dibaca disini: https://purnawatijuli.blogspot.com/

Client Ku Master di UNS: Persfektif Inklusi Sosial

Oleh:  Juli Purnawati*

Tulisan ini terinspirasi oleh seorang pengguna Perputakaan Cabang Fakultas Hukum bernama Kukuh Murti Supomo (beliau sekarang Dosen di FH UNS), ketika saya bertugas di Perpustakaan Fakultas Hukum beliau adalah salah satu mahasiswa yang paling aktif berkunjung di perpustakaan. Dalam pergaulan di kampusnya beliau aktif di organisasi, kepanitiaan dan kegiatan sosial lainnya. Khusus dalam keanggotaan perpustakaan beliau client, yang sangat aktif dilihat dari tingkat kunjungan maupun peminjaman buku.

Biasanya beliau menyempatkan dulu membaca beberapa lembar sebelum melakukan peminjaman buku-buku yang dibutuhkan. Kebutuhan akan bahan bacaan mengharuskan beliau untuk rutin berkunjung ke Perpustakaan di FH USU. Dibanding teman-teman sekelas dan seangkatannya kala itu beliau sosok yang sangat rajin, untuk tingkat peminjaman buku jangan ditanya beliau selalu berada di peringkat pertama.

Perjanjian Transnasional

Dalam sekali proses transaksi beliau bisa langsung meminjam sebanyak 10 eks sekaligus. Tidak sampai satu minggu beliau sudah mengembalikan buku-buku tersebut dan langsung meminjam buku-buku lain dengan subjek yang berbeda. Ketika itu dalam benak saya berkata, “wah mahasiswa ini luar biasa, mungkin suatu saat ia akan menjadi seorang pemikir yang sukses di bidang Hukum” karena kebiasaan dan kegemarannya dalam membaca, begitu gumam saya.

Ternyata apa yang saya pikirkan 10 tahun yang lalu sekarang sudah terbukti, beliau kini sukses dalam karirnya. Menjadi Dosen di Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret dan sudah melahirkan buku yang berjudul Perjanjian Transnasional di Bidang Keuangan Negara. Buku ini merupakan salah satu karya tulis beliau yang sudah terbit dan sudah di perjual belikan. Semoga dengan mengangkat tulisan ini akan melahirkan penulis-penulis, pakar dan tokoh handal di bidangnya sesuai dengan kompetensinya. 

Mengutip moto dari Mas Wahid Nashihuddin, “ Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna”. Demikian tulisan ini semoga dapat menginspirasi dan salam literasi. 

*Penulis Pustakawan Perpustakaan USU
Blognya bisa dibaca disini:https://purnawatijuli.blogspot.com/